AMBON, SPEKTRUM – Muhamad Syahrul Wadjo kader HMI yang diduga menjadi korban penculikan pada tanggal 2 September 2020 oleh sekelompok orang dengan menggunakan parang ternyata membantah kabar tersebut.
“Saya baru tahu tentang kabar tersebut dari media sosial dan saya mau katakan jika kabar tersebut hoax atau tidak benar,” kata Syahrul Wadjo saat memberikan keterangan pers di Ruang Media Centre Polres Ambon, Jumat (04/09).
Menurutnya, pada malam kejadian ada beberapa orang yang mendatangi Komisariat HMI Fakultas Ekonomi dan langsung mengajaknya masuk ke mobil yang telah disediakan.
“Setelah saya berada dalam mobil, ternyata salah satu orang merupakan senior saya di HMI dan pernah bertemu tiga tahun lalu. Dalam mobil kami ngobrol kemudian mereka mengajak saya makan di dalah satu rumah makan dan sekitar pukul 24.00 Wit saya diturunkan di bundaran tugu Leimena,” kata Syahrul.
Syahrul juga membantah jika pada saat ditarik ke mobil ada yang memegang parang. “Saya tidak tahu kalau ada parang, saya tahu saat membaca media sosial,” katanya.
Syahrul menjelaskan, dirinya sempat di interogasi di kawasan Waiheru.
Dalam interogasinya, salah satu orang yang dikenal sebagai seniornya itu mengaku kecewa dengan materi yang disampaikan saat berorasi ketika demo di Kantor Gubernur Maluku.
“Mereka srolah-olah marah dengan narasi yang saya sampaikan ketika berorasi fi Kantor Gubernur Maluku pada 2 September 2020,” katanya.
Dalam penjelasannya, Syahrul mengakui saat diturunkan di bundaran Tugu Leimena – Poka, saat itu dirinya berkeinginan untuk langsung ke Komisariat HMI Fakultas Ekonomi tempat awal dia dijemput.
Tapi, ada beberapa temannya yang melarang dengan alasan sudah ada anggota polisi di komisariat.
“Akhirnya, saya ke tempat salah satu senior dan bermalam di sana, paginya baru saya lihat di media sosial jika kepergian saya semalam telah ramai dibicarakan,” kata Syahrul.
Kapolresta Ambon, Kombes (Pol) Leo Simatupang yang ikut mendampingi Syahrul mengaku saat ini pihaknya sedang mencari seseorang yang dikenal dan merupakan seniornya itu.
“Tadi dari pengakuan saudara Syahrul Wadjo bahwa apa yang disebut penculikan itu tudak benar, sebab dia mengenal salah satu dari orang-orang itu dan sampai saat ini kami masih mencari orang itu agar kami bisa melengkapi secara utuh cerita itu, kemudian yang bersangkutan juga menyebutkan jika tidak ada pemukulan, telah diakui jika ada bebetapa cerita yang tidak benar diawal dan telah dianulir tanpa ada paksaan dari pihak manapun,” kata Simatupang.
Ia berjanji akan menindaklanjuti penyebab dihalanginya Syahrul Wadjo oleh beberapa temannya saat akan kembali ke Sekretariat HMI Komisariat Fakultas Ekonomi dengan alasan ada anggota polisi.
“Ini juga akan kami usut, kenapa hingga ada larangan dengan alasan ada anggota polisi,” tegasnya.
Mantan Kapolres Pulau Buru ini mengatakan, banyak keterangan atau cerita Syahrul yang berubah-ubah sejak awal memberikan keterangan dan ini masih terus diusut.
“Ada penjelasan dan keterangan yang terus berubah-ubah, makanya kami akan lakukan pengusutan agar semuanya jelas,” tandasnya.
Masyarakat Diminta lebih bijak gunakan media sosial. “Kalau tidak mengetahui cerita yang sebenarnya jangan ngomong macem-macem,” tandasnya.
Selain ngomong yang tidak benar di media sosial, ada juga yang memposting sesuatu yang bersifat memprovokasi.
“Kita akan proses semuanya untuk memberikan pelajaran atau edukasi dan efek jerah kepada masyarakat agar tidak ditiru yang lainnya. Karena informasi seperti ini sangat sensitif,” kata Simatupang.
Simatupang menegaskan, persoalan ini tetap diproses terkait dengan informasi yang tidak benar akan tetap kita proses juga sesuai aturan hukum yang berlaku. (S-07)