AMBON, SPEKTRUM – Masyarakat Dusun Mahia Negeri Urimesing Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon didesak laporkan kontraktor dan PPK di Balai Wilayah Sungai Maluku yang mengerjakan dan menangani Proyek Air Bersih Dusun Mahia tahun 2020.
Desakan ini disampaikan praktisi hukum, Marnix Salmon, Sabtu (25/06/2022).
“Berdasarkan pengakuan masyarakat jika mereka belum menikmati air bersih yang dihasilkan dari proyek pekerjaan tahun 2020. Namun, oleh BWS Maluku dan kontraktor telah menyerahkan proyek tersebut ke desa, ini merupakan upaya cuci tangan atau sengaja melepas tanggungjawab,” kata pengacara muda ini.
Untuk itu, masyarakat diminta untuk melaporkan ulah kontraktor dan instansi terkait.
“Mestinya, proyek milik pemerintah yang ditangani pihak ketiga disebut selesai apabila hasilnya dinikmati masyarakat, kalau proyek tersebut tak kunjung dinikmati masyarakat berarti proyek tersebut disebut gahal,” tegasnya.
Apalagi, jika pihak ketiga telah menerima pembayaran 100 persen, maka ini masuk pada rana pidana.
“Penyerahan ‘paksa’ proyek ke desa atau negeri sering dilakukan padahal proyek tersebut belum tuntas dikerjakan,” sesalnya.
Guna menghindari adanya proyek gagal lanjut Salmon maka seharusnya masyarakat melaporkan hal tersebut agar ada efek jera bagi perusahaan yang memegang proyek tersebut.
“Kalau tidak ada yang berani melaporkan tindakan manupulatif ini maka dipastikan tindakan ini akan terus ada dan masyarakat yang mengalami kerugian,” tandasnya.
Untuk diketahui, Untuk diketahui, proyek yang berlokasi di Mahia, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 1,3 miliar, paket proyek dilelang pada 13 Januari 2020 dan pemenangnya CV. Shinta beralamat JI. Dr. Kayadoe Kudamati, Ambon telah diumumkan LPSE Kementerian PUPR.
Diduga kuat CV. Shinta dipinjam AT (Ketua HIPMI Maluku) untuk mengikuti tender proyek dimaksud.
Sebelumnya, Kepala Seksie Keterpaduan Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku, Hary Mustamu kepada Spektrum mengaku jika air bersih di Dusun Mahia Negeri Urimesing Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon belum bisa dinikmati masyarakat dusun tersebut lantaran masih berlumpur.
“Kendalanya air yang dihasilkan masih keruh karena kedudukan pompa dalam lumpur setebal 10 meter,” kata Mustamu kepada Spektrum di ruang kerjanya, kemarin. (TIM)