AMBON, SPEKTRUM – Proyek air baku di Dusun Mahia Negeri Urimesing Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon dipastikan gagal. Proyek senilai Rp 1,3 miliar tersebut tidak bisa dinikmati masyarakat lantaran tidak menghasilkan air bagi warga setempat.
Kegagalan proyek tersebut lantaran pihak ketiga yang memenangkan tender tersebut tidak berpengalaman mengerjakan proyek air baku maupun air bersih.
Hasil penelusuran Spektrum di Mahia, hsdilnya sangat mencengangkan.
Empat titik sumur bor yang digali kontraktor ternyata tidak ada yang menghasilkan air, pada kedalaman tertentu.
“Memang kontraktor saat pencarian titik sumber air menggunakan alat yakni Geo namun tidak mereka sadari jika alat tersebut hanya bisa membaca air permukaan,” jelas sumber Spektrum di Balai Wilayah Sungai Maluku.
Akibatnya lanjut sumber, pada saat penggalian pada kedalaman diatas 800 meter hanya menghasilkan air bercampur lumpur.
“Setelah dikuras ternyata debit airnya makin kecil dan hilang sama sekali,:” tambah sumber ini.
Sumber ini menjelaskan, jika kontraktor berpengalaman dibidang pengeboran air maka tidak akan berpatokan pada hasil Geo.
“Setiap orang yang berpengalaman dibidang pembuatan sumur bor dalam kapasitas besar akan tahu dan bisa membedakan air permukaan dan air yang dibutuhkan, karena bisa terlihat dari lumpur yang dikeluarkan,” kata sumber ini.
Untuk menutupi kegagalan proyek yang dikerjakan Azis Tunny dengan menggunakan CV Sintya Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku gunakan ‘jurus tipu-tipu’.
Jurus ‘tipu-tipu’ tersebut yakni mengambil air dari sumber di Dusun Tuni Negeri Urimesing kemudian ditarik dengan hidran untuk dimasukan dalam reseford (bak penampung) selanjutnya dialiri ke pemukiman masyarakat Mahia.
Padahal sumber air di Dusun Tuni dikerjakan Dinas PU Provinsi Maluku tahun 2003 dan masih digunakan hingga saat ini.
Masyarakat Mahia awalnya keberatan dengan modus ini sebab, sumber air dari Dusun Tuni sangat terbatas..
“Sumber air ini terbagi atas tiga bagian yakni atas, tengah dan bawa. Sebelum ditarik masuk ke bak penampung yang dibuat kontraktor untuk proyek air baku milik BWS, air tersebut digunakan sesuai jadwal yakni tiga hari sekali,” jelas sumber Spektrum lainnya di Dusun Mahia.
Tapi setelah sumber air ini ditarik masuk ke bak penampung maka masyarakat baru bisa menikmati air empat hari sekali, lantaran semakin kecilnya debit air yang dihasilkan.
“Coba diperhatikan, pipa ini dari sumber air Tuni masuk ke bak dan ini pipa yang akan mengairi rumah penduduk. Pipa yang digunakan hanya berukuran 1,5 inchi. Ini pertanda debit air makin kecil, mestinya pipa yang digunakan itu berukuran 2 inchi,” jelas sumber ini.
Akibat campur tangan BWS Maluku maka dipastikan terjadi gesekan di masyarakat lantaran harus menunggu empat hari sekali baru bisa memperoleh air.
“Ini ide gila. Pertanyaan kami, proyek dengan anggaran Rp 1,3 miliar untuk pembuatan sumur bor dan ternyata gagal, lantas siapa yang harus bertanggungjawab,” kata sumber ini.
Sementara itu sumber Spektrum lainnya di Kantor Negeri Urimesing menjelaskan jika awalnya mereka menolak saat proyek tesebut mau diserahkan ke desa.
“Tapi akibat bujuk rayu salah satu pegawai BWS yang isterinya orang Mahia akhirnya penjabat Negeri Urimesing menerima penyerahan proyek gagal tersebut,” katanya.
Staf di BWS tersebut menjanjikan jika proyek air baku akan masuk ke Mahia tahun 2023.
“Kami meminta agar ada perjanjian tertulis diatas materai. Jika janji tersebut tidak ditepati maka kami akan proses hukum. Dan orang tersebut tidak berani,” jelasnya.
Untuk itu lanjut sumber ini, hanya karena ingin mengamankan Azis Tuni BWS Maluku tega menipu warga Negeri Mahia.
“Kami tidak akan tinggal diam, dengan jurus ‘tipu-tipu’ BMS Maluku,” ancamnya. (TIM)