Ketika negara-negara berlomba untuk memenuhi kebutuhan pangan laut, maka daerah kepulauan harus cukup cermat untuk memastikan nelayan tradisioanl tidak tergusur oleh kekuatan kapital dan kapal pencuri ikan yang sudah terjadi selama ini.
Kerugian daerah kepulauan sudah terjadi bertahun-tahun, sehingga ke depan harus bisa memastikan untuk memutus mata rantai yang mengeksploitasi hasil laut sedemikian rupa. Sudah bukan rahasia, kalau wilayah laut di kawasan timur, khususnya Maluku sebagai sumber pangan laut untuk memasok kebutuhan pangan laut dunia.
Apa yang terjadi di Laut China Selatan, ketika negara-negara tidak mempedulikan wilayah laut ZEE sesungguhnya itu merupakan indikasi kalau ada wilayah tangkapan nelayan kecil pun tidak segan-segan diambil alih. Artinya, negara lain tidak akan sungkan untuk merebut sumber pangan lokal nelayan.
LANGKAH ANTISIPASI
Di sisi lain, ketegangan di Laut China Selatan, sebenarnya harus memberikan kesadaran kepada pimpinan di berbagai level untuk memastikan terwujudnya kedaulatan pangan lokal. Sebab, kalau pemenuhan pangan selama ini hanya mengandalkan impor dan suatu ketika ada gangguan terhadap negara pengekspor akan menjadi masalah serius bagi Indonesia.
Kalau mengacu kepada data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak tahun 2000, setidaknya ada sembilan negara yang selalu mengirim beras ke Indonesia, yakni Vietnam, Thailand, China, India, Pakistan, Amerika Serikat, Taiwan, Singapura, Myanmar. Namun, sejak tahun 2015, Singapura dan Taiwan tidak lagi tercatat sebagai pengekspor beras ke Indonesia. Untuk data yang tersedia, pada 2018, Indonesia mengimpor beras sebanyak 2. 253. 824,5 ton dan pada 2019 sebanyak 444.508,8.
Dari negara pengekspor ini sangat jelas, beberapa negara terlibat langsung dalam sengketa di Laut China Selatan, seperti China, Vietnam, Amerika Serikat. Namun, semua negara ini berada dalam kawasan regional yang akan terpengaruh dengan ketegangan di Laut China Selatan. Taruhlah yang terburuk, ketegangan memuncak menjadi konflik bersenjata dan negara yang “setia” mengirim beras menghentikan penjualan berasnya, tentu Indonesia akan kerepotan sendiri.
Jadi, sangat wajar untuk mengantisipasi situasi yang tidak dapat diprediksi di Laut China Selatan. Jangan sampai kita menitipkan kebutuhan pangan ke negara lain seperti selama ini, sementara di satu sisi, Indonesia memiliki kemampuan untuk memenuhi sendiri kebutuhan pangan.