Wa Nine Butuh Uluran Tangan Pemerintah – Dermawan

AMBON, SPEKTRUM – Nasib malang tengah dialami Wa Surti alias Wa Nine. Anak perempuan berusia 10 Tahun, dari pasangan La Bulamba dan Wa Dima, warga Dusun Eli Besar, Kecamatan Huamual Kabupaten Seram Bagian Barat,
Provinsi Maluku ini, terserang penyakit ganas pada matanya.

Ayah dan ibunya kini sangat mengharapkan uluran tamgan dari dermawan untuk bisa mengobati putri merwka tercinta itu agar bisa sembuh dari penyakit yang kini deritanya.

Berdasarkan keterangan orang tua korban, awalnya Wa Nine hanya mengalami mata merah atau iritasi (dengan dialeg Ambon biasa disebut mata peci).

Orang tuanya pun memberikan obat tetes mata biasa. Melalui pengobatan seadanya itu, mata Wa Nine sempat membaik. Namun selang beberapa hari kemudian, matanya kembali memerah seperti awal.

Sang Ibu pun berinisiatif memberikan obat tetes mata seperti yang pernah dilakukannya saat putri tercintanya itu mengalami gangguan pada matanya.

Tetapi kali ini mata Wa Nine bukan membaik malah tambah memburuk dari hari ke hari. Hingga 6 bulan lamanya, kondisi sakit yang diderita Wa Nine, orang tuanya tak bisa berbuat banyak. Mereka tetap bersama dirinya di kampung halaman.

Sebab latar belakang ekonomi keluarga ini hidup serba kekurangan. Orang tua korban yang mengalami keterbatasan biaya (uang) demikian, sehingga tak bisa berbuat banyak untuk mengantarkan buah hati mereka itu, agar bisa menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum.

Namun karena kondisi semakin parah, maka orang tua dan keluarga akhirnya membawa korban ke Ambon. Paaalnya, mata korban sudah parah di mana telah mengelurkan ulat-ulat kecil dan terlihat membusuk.

“Karena sudah sangat parah kami terpaksa membawa Wa Nine ke Ambon untuk memeriksa matanya di salah satu rumah sakit di Kota Ambon,” ungkap Wa Dima, Ibu korban kepada Spektrum.

Setelah tiba di Rumah Sakit tersebut, dokter pun memeriksa dan mengambil tindakan, yakni mencuci mata korban.

Karena orang tua dan kelurga korban berfikir matanya sudah membaik, setelah ditangani dokter pada rumah sakit tersebut, mereka lalu membawa pulang Wa Nine ke kampung halaman.

Namun berselang dua bulan kemudian, kata Wa Dima, ada timbul benjolan di samping mata korban, tepatnya dekat telinga sebelah kanan.

“Semakin hari kondisi benjolan oada matanya membesar,” ucap Ibu Korban.

Karena itu, ia dan suaminya kembali membawa buah hati merwka itu ke Kota Ambon, untuk memeriksa benjolan pada mata korban

“Setelah diperiksa oleh dokter di salah satu rumah sakit Kota Ambon, hasil diagnosanya menyehut Wa Nine mengidap penyakit tumor,” jelas W Dima, Ibu korban.

Menurut ibu korban, sesuai keterangan dokter kepada ia dan suaminya, Wa Nine kena tumor. Dokter tidak bisa menyebut penyakit tumor jenis apa yang menyerang Wa Nine.

“Karena menurut dokter mereka mengalami keterbatasan alat yang belum memadai, sehingga belum bisa mengetahui jenis tumor apa yang sebenarnya bersarang pada mata anak kami,” ungkap Wa Dima, tampak pasrah dengan kondisi kesehatan buah hatinya itu.

Dokter pun menganjurkan agar Wa Nine harus di rujuk ke luar Kota Ambon tepatnya di Jakarta.

“Karena keterbatasan biaya, maka sampai saat ini kami belum bisa membawa Wa Nine untuk berobat di Jakarta. Kami hanya bisa mengobati dia seadanya di rumah. Tepatnya di Rumah tantenya di kawasan Rumah Tiga Kota Ambon,” pungkas Wa Dima, dengan nada pastah.

Sementara itu, Yeni tante Wa Nine mengaku, karena ia dan keluarga tak punya biaya untuk membawa korban ke rumah sakit umum seperti yang dianjurkan dokter mereka pun merawat korban di rumah saja.

“Sudah hampir satu bulan korban kami rawat seadanya di rumah saya di RT 003/005, Desa Rumah Tiga,” ungkap Yeni kepada Spektrum, Rabu (25/11/2020).

Tadi malam, sambung Yeni, ia dan keluarga juga sempat membawa Wa Nine ke Rumah Sakit Bhayangkari Polda Maluku di Tantui Ambon, untuk dirawat karena kondisinya semakin parah.

“Di Rumah Sakit Bhayangkari, dia sempat diinpus. Tapi untuk tindakan selanjutnya pihak rumah sakit tidak bisa berbuat banyak, karena keterbatasan peralatan. Mereka pun menganjurkan agar Wa Nine dirujuk ke RSUD Haulussy,” tambah dia

“Karena tidak punya biaya lebih, serta orang tua korban juga belum punya BPJS, dan kami khawatir dengan kondisi saat ini Covid-19, terus disuruh untuk swab dan lain lain. Sehingga tadi malam, kami terpaksa membawa pulang korban ke rumah,” bebernya.

Sampai saat ini, ia dan orang tua korban masih mengurus BPJS agar bisa mereka gunakan untuk kepentingan pengobatan Wa Nine di Rumah Sakit Umum.

Yeni dan keluarga korban saat ini hanya bisa mengharapkan ada uluran tangan dari pemerintah maupun dermawan yang bisa membantu biaya untuk korban, sehingga bisa dibawa ke Rumah Sakit Umum untuk mendapat perawatan medis secara intensif.

“Kondisinya semakin parah. Untuk itu mewakili keluarga beta berharap kiranya ada bantuan dari pemerintah maupun siapa saja, sehingga kami bisa membawa korban untuk dirawat di rumah sakit umum,” harap Yeni. (S-14)