Sampah Berserakan, Lebe Bae Ukulele, GSM, Koramil Bersihkan Siwang

AMBON, SPEKTRUM –  Komunitas Lebe Bae Ukulele Kid bersama Gerakan Sayang Maluku (GSM) dan Koramil Nusaniwe bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ambon, bahu membahu membersihkan sampah-sampah plastik yang dibuang sembarangan, berserakan bahkan di lembah-lembah curam yang sulit dijangkau di lokasi pariwisata “Siwang Paradise”.

 Mereka berbagi tugas. Anak-anak komunitas Lebe Bae dan GSM membersihkan sampah di tempat datar sedangkan para prajurit TNI membersihkan di lokasi-lokasi curam dan staf DLH yang mengangkut sampah-sampah tersebut ke tempat penampungan sampah.

Sebelum ke lokasi “Siwang Paradise”, mereka menanam anakan pohon Jati Putih (Gmelina Arborea Roxb) di sepanjang perjalanan sekitar Pensip menuju “Siwang Paradise”.   

Komunitas Gerakan Sayang Maluku (GSM)

Ketua Lebe Bae Ukulele Kid, Kezia Tulalessy dan GSM, Ipur Salampessy merasa senang dan bersemangat karena kegiatan mereka selalu didukung oleh orang dewasa dan orang tua.

Komandan Koramil (Danramil) Nusaniwe, Hemlek Lumamuly yang diwawancarai seusai bersih-bersih sampah, mengaku bangga dengan semangat dan kesadaran anak-anak Lebe Bae dan GSM yang sadar lingkungan. Sadar manfaat menanam pohon dan memelihara tanaman.

“ Kami sangat bangga. Adik-adik masih kecil-kecil sudah ada kesadaran untuk menanam. Arti lingkungan hidup. Sudah ada kesadaran tentang arti menanam, menumbuhkan,” akuinya.

Prajurit TNI dari Kodim 1504 sedang memunguti sampah
Sampah-sampah yang dibersihkan

Ia telah menyampaikan ke pemilik dan pengelola “Siwang Paradise” agar pengunjung membatasi penggunaan botol plastik. Lebih baik lagi jika membawa botol-botol minuman dari rumah yang bisa digunakan kembali sehingga bisa dibawa pulang agar tidak mengotori tempat-tempat wisata dengan aneka sampah plastik.

Danramil Nusaniwe, H. Lumamuly menanam anakan pohon Jati Putih

“ Minimal kalau bisa membawa botol-botol air dari rumah. Supaya habis minum di simpan,” pintanya.

Ia juga meminta pengelola pariwisata ini agar menyediakan tempat-tempat sampah agar petugas persampahan kota Ambon mudah mengangkutnya karena ia telah berkoordinasi dengan DLH untuk seminggu sekali mengangkut sampah-sampah tersebut.

Sementara itu, Kepala Bidang Tata Lingkungan DLH Kota Ambon, Sammy Matulessy mengatakan, baru kali ini mereka ikut dalam kegiatan bersih-bersih sampah di lokasi ini. Di lokasi lain, terutama di pantai sudah sering dan rutin dilakukan.

Ia berharap semua orang taat dan tertib membuang sampah. Himbauan dapat dilakukan oleh para pemandu atau petugas yang di tempatkan di lokasi-lokasi wisata dan ditempelkan secara tertulis untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat karena perilaku membuang sampah sembarangan ini sudah menjadi kebiasaan buruk yang harus dihilangkan.

“ Pemandu mengarahkan buang di tempat sampah. Satu kali belum (berhasil). Lama-lama bisa karena dia manusia. Kesadaran masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan buruk. Bertahap. Himbauan, sosialisasi, tempat sampah,” ujarnya.

Komunitas Lebe Bae Ukulele Kid sedang memungut sampah

Ia juga mengeluhkan rusaknya jalan menuju lokasi ini yang mempengaruhi kunjungan orang. Mestinya di semua lokasi pariwisata harus ditunjang dengan sarana dan prasarana memadai termasuk infrastruktur jalan dan air.

Dinas Pariwisata Harus Berperan

Sementara itu, pemerhati pariwisata yang juga pendiri Komunitas Ukulele, Nico Tulalessy berharap dinas pariwisata, baik provinsi maupun kota harus berperan aktif untuk menunjang dan memajukan pariwisata di daerah. Tidak hanya menghabiskan uang daerah ke luar negeri atau ke luar daerah untuk hal-hal yang kurang strategis.

Ia mencontohkan promosi tempat-tempat wisata yang indah menggunakan video yang dilakukan dinas pariwisata, tidak bermanfaat dan menjadi sia-sia jika ada wisatawan yang berkunjung kemudian mengabadikan dan menyebarkan video tumpukan sampah di lokasi wisata. Video tumpukan sampah kotor tersebut lebih efektif membatalkan keinginan orang untuk berwisata di Maluku.   

Kepala Bidang Tata Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Ambon , Sammy Matulessy

Ngapain aja ke luar negeri habiskan kepeng (uang) daerah?. Bilang keperluan dinas. Lebih baik gunakan untuk sama-sama bersihkan sampah,” semburnya.

Ia mengaku sedih bila ada seseorang yang bercerita tentang Singapura yang bersih karena jika ada yang membuang sampah sembarangan didenda tetapi tidak melakukan hal yang sama ketika berwisata ke Indonesia.

“ Orang Ambon jangan mengaku orang Ambon kalau bikin Ambon badaki (kotor). Kenapa pulang ke Ambon, buang sampah sembarangan tidak bayar?.

Kebersihan, menurut Tulalessy harus dijadikan gaya hidup. Hal ini harus didukung oleh semua pihak termasuk dewan dan para petinggi di daerah. Olehnya, ia berharap Peraturan Daerah (Perda) Kota Ambon Nomor 11 tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah mendesak untuk diterapkan, terutama sanksi bagi siapa saja yang membuang sampah sembarangan.

Kezia Tulalessy sedang menanam anakan pohon Jati Putih (Gmelina Arborea Roxb)

“ Kita harus saling mendukung. Dewan dan pemkot segera tegakkan Perda. Jangan dibuat tapi tidak ditegakkan. Kalau hitung sukses, Kadis Perhubungan Kota itu sukses karena dia mendatangkan income besar buat pemerintah kota. Lingkungan Hidup juga tegakkan. Orang buang sampah sembarang musti bayar,” tandasnya. (S.17).