Waktu adalah sesuatu yang tak terbendung. Ia akan terus bergerak sekalipun kita telah lelah untuk beranjak dari tempat kita berdiri, ia akan terus melangkah ke depan sekalipun kita telah kehilangan semangat dalam mengarungi kehidupan ini.
Perjalanan waktu adalah sunnatullah (ketetapan Tuhan Yang Maha Esa) yang pasti terjadi. Perputarannya adalah arus yang tak bisa terbendung. Anak-anak berjalan menjadi dewasa, orang dewasa menjadi tua adalah sebuah ketentuan dalam kehidupan. Selaku umat manusia hendaknya kita mengambil pelajaran di dalamnya.
Negeri ini adalah anugerah Sang Maha Pencipta. Banyak kekayaan alam di kandungnya. Lautan luas dan tanah subur, pulau terbanyak, namun dengan banyaknya kekayaan alam yang dimiliki negeri ini, belum membuat masyarakatnya hidup sejahtera.
Tapi inilah realitas dari kehidupan, ketika kita merasa telah berjuang begitu keras, ternyata masih banyak kerikil tajam yang masih mengganjal di setiap langkah kita, ketika kita telah berupaya, masih ada kegagalan yang menghampiri kita, masih ada tangis yang mengiringi jalan kita, masih banyak hal yang tidak sesuai dengan harapan kita. Apalagi ketika kita memasuki tahun-tahun penuh tantangan seperti 2019.
Berdedikasi dan tidak bertanggungjawab, dan hanya pintar menuntut, ketika hal itu terjadi pada diri kita, ketika kita dibenturkan dengan masalah-masalah tersebut, kita merasa sebagai makhluk yang paling malang, sebagai insan yang paling menderita di dunia. Kita pun bertanya-tanya, mengapa alam begitu tidak adil, mengapa kita harus terlahir menanggung derita-derita yang berkepanjangan?
Peristiwa datang bertubi-tubi dan pertanyaan itu tak terjawabkan, kita dilanda rasa frustasi yang teramat sangat, kita merasa begitu lelah, kita merasa terabaikan, tubuh kita seakan mati rasa, denyut nadi kita berhenti sesaat, kita segera terjebak dalam ruang gelap yang tidak pernah kita tahu kapan berakhirnya.
Lalu, sebelum semuanya semakin kelam, mari kita buka mata dan hati kita, mari kita manfaatkan waktu ini untuk merenung, menelaah dan mencari pencerahan dari kejadian-kejadian sepanjang 2019.
Hari-hari yang dilalui, bertambah pula tangisan di bumi pertiwi. Bagaimana tidak, negeri ini makin terjajah, berbagai permasalahan lengkap sudah mewarnai bumi pertiwi. Kehidupan di negeri ini sedang mengalami krisis multidimensional dalam segala aspek kehidupan, baik itu di bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan dan hukum, sehingga mengakibatkan kemiskinan, bertambahnya pengangguran, tindak kriminal, kezaliman, kebodohan, kemerosotan moral dan akhlaq, instabilitas moneter, penguasaan sumberdaya alam negeri ini oleh kekuatan asing, maraknya korupsi di seluruh sendi di seantero negeri, kerusakan lingkungan dan meningkatnya penyakit sosial hingga frustasi sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan di negeri ini.
Kerusakan-kerusakan yang menimpa negeri ini, tentu dalam keyakinan orang beragama dikarenakan akibat ulah “tangan manusia” sendiri. Selama ini, faktanya bahwa kehidupan di tengah-tengah masyarakat banyak sekali kemaksiatan yang dilakukan. Dalam sistem sekuler, aturan-aturan keagamaan memang tidak pernah secara totalitas digunakan, karena agama hanya digunakan dalam ranah individu dengan Tuhannya. Sedangkan urusan sosial kemasyarakatan peran kerap agama di tinggalkan.
Semua ini semestinya menyadarkan kita untuk bersegera kembali ke jalan yang benar, jalan yang diridhai oleh Tuhan Yang Maha Esa. Seraya meninggalkan semua bentuk sistem dan pemikiran yang rusak, terutama sistem sekuler yang nyata-nyata telah sangat merusak dan merugikan umat manusia.
Kita ketahui sendiri dalam sistem sekuleristik, menyebabkan lahirlah berbagai bentuk tatanan yang jauh dari nilai-nilai agama, yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistis dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistis serta paradigma pendidikan yang materialistik.
Dalam tatanan ekonomi kapitalistik, kegiatan ekonomi hanya dilakukan sekedar meraih keuntungan materi sebanyak-banyaknya, tanpa memandang apakah kegiatan ekonomi tersebut sesuai dengan aturan agama ataupun tidak. Mulai dari cara memperoleh harta dan penyalurannya tanpa meperhatikan nilai-nilai keagamaan. Dan aturan keagamaan yang menyangkut ekonomi dinilai akan menghambat kegiatan ekonomi. Dalam ekonomi kapitalistik, pendistribusian kekayaan tidak merata, kekayaan hanya ada di segilintir orang, sehingga bagi negeri penganut ekonomi kapitalistik menyebabkan ketimpangan sosial di negeri tersebut.
Aneka problematika mulai ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan dan hukum, hingga menyulut kemiskinan, meningkatnya pengangguran, tindak kriminal, kezaliman, kebodohan, kemerosotan akhlaq dan moral, instabilitas moneter, penguasaan sumberdaya alam negeri ini oleh kekuatan asing, korupsi yang akut di negeri ini, jangan lagi diperdebatkan untuk menguras energi. Tapi, masing-masing pemangku jabatan sesuai bidangnya, harus bergandengan-tangan untuk bagaimana mencari solusi, sehingga bisa keluar dari sejumlah kemelut yang merambah negeri ini.
Catatan refleksi perjalanan setahun melayani umat manusia di Maluku khususnya dan Indonesai, dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman hidup kepada publik, yang baik tentu datangnya dari Tuhan Yang Maha Esa, sebaliknya yang kurang itu adalah kodrat (selaku makhluk ciptaan-Nya).
Tidak terasa kita sudah memasuki akhir tahun 2019. Waktu berlalu dengan sangat cepat meninggalkan jejak peristiwa dan kesan penuh warna dan makna. Akhir tahun adalah waktu yang tepat untuk merefleksi berbagai aspek kehidupan.
Dari dapur redaksi kami mengucapkan Selamat Memasuki Tahun Baru 2020 untuk seluruh umat manusia di Maluku dan Indonesia. Salah Hormat…!! (*)