Roviq : Apa Alasan Pertahankan Nasarudin
AMBON, SPEKTRUM – Jabatan Nasarudin sebagai Direktur Utama RSUD dr. Haulussy yang masih dipertahankan dipertanyakan alasannya oleh Komisi IV DPRD Maluku.
Padahal, dalam penilaian Komisi IV, Nazarudin gagal komandoi rumah sakit milik Pemda Maluku itu. Sebab, sejak, menjabat sebagai Dirut RSUD Haulussy, sejumlah persoalan tidak bisa ditangani bahkan cenderung menciptakan persoalan baru. Salah satunya upaya penuntasan pembayaran insentif tenaga kesehatan saat pandemi covid-19 berjumlah 1.032 orang, yang selalu gagal.
Wakil Ketua Komisi IV, Roviq Afifudin kepada wartawan di DPRD Maluku menikai Nasarudin lemah dari sisi kebijakan manajemen.
“Apalagi dia bukan tipikal pemimpin yang suka terhadap resiko karena sering menghindar dari resiko. Nasaruddin tidak dapat memimpin institusi besar seperti RSUD dr M Haulussy yang punya visi besar yakni sebagai pusat rujukan masyarakat Maluku,” katanya.
Harus dicatat tambahnya, salah satu visi dan misi Gubernur Maluku Murad Ismail dan Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno adalah menjadikan RSUD Haulussy sebagai RS bertaraf internasional.
“Tetapi jika seorang Direktur RSUD dr M Haulussy memiliki model kepemimpinan seperti ini maka akan sangat sulit sebab masalah yang kecil seperti pembagian insentif tenaga kesehatan saja tidak berani bagaimana mungkin berani mengembangkan RSUD menjadi RS bertaraf internasional. Saya pastikan dia tidak mampu untuk membawa RSUD lebih maju. Ada banyak anak negeri yang memiliki pengalaman, kemauan dan cita-cita yang sama menjadikan RSUD sebagai rumah sakit terbaik di Maluku,” ujar Rovik.
Saat ini di Maluku sudah ada RS Siloam dan RSUP Dr Leimena yang memiliki pelayanan terbaik dengan suasana yang nyaman, berbeda dengan RSUD Haulussy yang jauh dari kenyamanan padahal letak RSUD Haulussy sangat strategis berada di pusat Kota Ambon.
“Situasi RSUD tidak seperti itu masih lebih baik situasi di RST, Alfatah dan Sumber Hidup, padahal ada dalam pusat kota Ambon,” katanya kesal.
Tidak dituntaskannya persoalan di RSUD Haulussy kata Roviq, akan mengrorong rumah sakit tersebut disebabkan hilangnya kepercayaan antara pemimpin dan bawahan.
” Artinya pegawai RSUD sudah kehilangan pemimpinnya sehingga jangan salahkan jika tenaga kesehatan mencari tempat mencurahkan kegalauan. Tidak boleh disalahkan bukan diancam dipindahkan ketika ke DPRD. Ini perilaku yang tidak pantas,” kata Rovik tegas. (HS-16)