AMBON, SPEKTRUM – Sikap arogansi Bupati Seram Bagian Barat (SBB), Yassin Payapo akhirnya dibalas penutupan jalan dengan pepohonan oleh masyarakat Desa Kairatu Kecamatan Kairatu Kabupaten SBB, Kamis (14/05/2020)
Perlawanan ini dilakukan, setelah Rabu, (13/05/2020) Payapo memerintahkan pembongkaran Pos Covid-19 yang dibangun suka rela oleh masyarakat Kairatu dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Corona Virus.
Payapo dinilai telah menginjak-injak harga diri masyarakat Kairatu.
Salah satu warga dalam orasinya dihadapan warga Kairatu dan pengguna jalan lainnya, berteriak meminta keadilan.
Payapo dituding menerapkan politik adu domba.
“Selama ini kita menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan pemerintah, tapi pada saat harga diri kita diusik maka kita akan bertindak,” katanya.
Warga meminta agar Bupati SBB, Yassin Payapo mengklarifikasi alasannya membongkar pos relawan Covid-19 Desa Kairatu.
Bahkan, bupati juga dituding menerapkan konspirasi ekonomi untuk menguasai masyarakat Kairatu.
“Kita bersama pemerintah berupaya memerangi covid-19, hargai upaya para relawan, dukung program Pemerintah Pusat, bukan menggunakan jabatan bupati untuk mengintimidasi. Kondisi ini terjadi lantaran ulah bupati yang arogan. Jabatan bupati hanya lima tahun tapi jabatan rakyat tu kekal, jangan kami diperlakukan seperti hewan atau manusia yang tidak punya harga diri,” katanya.
Sang orator, membandingkan sikap bupati terhadap warga Kairatu dengan sikapnya terhadap warga Desa Hualoy yang bisa menutup jalan dengan di cor selama 24 jam.
“Ketika warga Hualoy cor jalan selama 1 x 24 jam, bupati turun lakukan komunikasi dan negoisasi tapi dengan masyarakat Kairatu tidak, kenapa ? Karena kita tidak dihargai, tidak diperhitungkan, kita bagaikan anak tiri, bagaikan itik dalam air tapi mati kehausan, bagaikan tikus dalam lumbung padi yang mati kelaparan. Ini konspirasi politik dan ekonomi, ini kapitalis yang harus diwaspadai,” teriaknya.
Dikatakan, akibat ulah bupati timbul gejolak dan dinamika sosial yang dilakukan oleh pemimpin yang dalam memberikan pelayanan selalu tebang pilih.
“Kedua, saat pembagian masker di Kairatu, bupati katakan bahwa belanja di Pasar Waimital tu aman, apakah ini pemimpin yang adil dan bijaksana. Jangan anggap kami diam, penurut, tolong dicatat bapak TNI/Polri,” katanya berapi-api.
Menurutnya, yang dilakukan relawan desa Kairatu adalah melawan covid-19, melawan pandemik, ini masalah nyawa manusia jangan digiring ke masalah ekonomi dan politik.
Untuk diketahui, arogansi Bupati Seram Bagian Barat (SBB), Yassin Payapo makin terlihat setelah memerintahkan Camat Kairatu membongkar pos jaga yang dibuat masyarakat untuk mengantisipasi penyebaran virus corona pasca pemakaman warga Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) yang terpapar virus corona namun dimakamkan tidak menggunakan protap Covid-19.
Perintah tersebut disampaikan saat
Bupati berkunjung ke Gemba Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat untuk lakukan pencerahan, Rabu (13/05/2020).
Selain memarahi warga, bupati juga menumpahkan kekesalannya kepada Camat Kairatu. Saat berada di pos jaga tersebut Payapo menegaskan, kehidupan masyarakat ini perlu disatupadukan agar kondisi kestabilan daerah ini makin terjamin.
“Oleh karena itu pada saat ini, jam ini juga pos ini harus dibongkar sekarang, khusus untuk jalan raya, lalu tidak boleh ada pembatasan, kecuali atas perintah dulu, laporkan ke Pemda baru diambil kesimpulan seperti apa,” tegasnya.
Setelah itu, Payapo langsung membentak Camat Kairatu yang berada di depannya.
“Hai camat, camat juga salah, ini terjadi keresahan bukan main, kita datang ini bagaimana, anda ini perpanjangan tangan dari bupati, camat juga penjabat (desa), perpanjangan semua ini sistem negara. Oleh sebab itu hasilnya lapor ke kita,” katanya sebelum meninggalkan lokasi tersebut. (S-16)