AMBON, SPEKTRUM – Yayasan Pelangi bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial Provinsi Maluku serta didukung Caritas Germany Indonesia menggelar kegiatan Training Sphere Guide Hanbook at Local Level di Kota Ambon, Rabu (24/11/2021).
Kegiatan yang dibuka Plh. Sekda Maluku, Sadrli Ie itu membahas seputar masalah kebencanaa.
Gubernur Maluku dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sadeli Ie, menegaskan jika pemerintah, organisasi kemasyarakatan dan organisasi keagamaan bertugas dalam penanganan bencana di daerah ini.
Dikatakan, Proyek Sphere atau Spehere dimulai pada tahun 1997 oleh organisadi non Pemerintah (NGOS), kemanusiaan, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sedunia.
Kegiatan Sphere bertujuan meningkatkan mutu tindakan organisasi-organisasi ini, saat tanggap darurat dan mempertanggungjawabkan akuntabilitas mereka berdasarkan falsafah Sphere pada dua pemahaman dasar yaitu mereka yang terkena bencana atau konflik mempunyai hak azasi untuk hidup bermartabat. Oleh sebab itu, berhak untuk mendapat bantuan.
“Kedua, semua langkah yang memungkinkan harus diambil untuk meringankan beban penderitaan manusia akibat bencana atau konflik,” kata Sadeli.
Pendekatan Sphere ini berbasis pada hak azasi manusia dan berpusat pada masyarakat dalam aksi kemanusiaan.
Dengan pengalaman beberapa waktu kemarin, Maluku menjadi daerah dengan tingkat kebencanaan yang tinggi maka diperlukan penanganan bencana yang berkesinambungan, tersistematis serta melibatkan komponen pemerintah dan masyarakat.
“Pengenalan penggunaan Sphere sangat penting ke berbagai pihak yang nantinya akan terlibat dalam penanganan kebencanaan yang terjadi di Maluku.
Menjadi sebuah hal penting, karena dalam buku pegangan sphere menyediakan berbagai macam standar penanganan minimum yang dapat digunakan sebagai acuan dan secara khusus empat sektor utama yang menjadi fokus Sphere yaitu pasokan air, sanitasi, promoso higiene (wash), pangan dan gizi, hunian dan ketahanan pemukiman serta kesehatan,” jelasnya.
Berkaca dari pengalaman sebelumnya, Provinsi Maluku telah berkali-kali mengalami bencana alam pada tahun 2019.
Provinsi Maluku juga termasuk dalam wilayah rawan bencana seperti gempa bumi, nanjir dan tanah longsor.
“Sehubungan dengan itu, atas nama Pemerintah Provinsi Maluku, saya berikan apresiasi yang tinggi dan ucapan terima kasih kepada Yayasan Pelangi Maluku yang didukung Caritas Germany Indonesia atas pelaksanaan pelatihan, dalam rangka membangun kesepahaman, sinergitas diantara kerjasama lembaga pemerintah, organisasi masyarakat dan keagamaan terkait penanggulangan bencana, saya menaruh harapan yang tinggi kepada seluruh peserta pelatihan Sphere selaku pegiat kebencanaan di Provinsi Maluku maupun kabupaten dan kota dan berharap pelatihan Sphere ini dapat diikuti dengan serius sehingga nantinya setiap daerah memiliki rencana penanggulangan bencana,” katanya.
Tak lupa, Sadeli juga mengucapkan terima kasih kepada para narasumber yang telah berkenan membagikan ilmu dan pengalaman serta memberikan pencerahan tentang Sphere sebagai salah satu standar minimum penanganan bencana yang lebih baik di masa mendatang.
Sementara itu, Max Pentury Vocal Point Caritas Germany Indonesia menjelaskan jika kegiatan yang diselenggarakan Yayasan Pelangi, yakni pelatihan dan panduan buku pegangan Sphere.
Kegiatan ini membicarakan soal standar kemanusiaan dalam respon kemanusiaan.
“Kegiatan Yayasan Pelangi juga dilakukan bersama Caritas Germany Indonesia, untuk itu kita bersama laksanakan pelatihan Sphere,” katanya.
Pelatihan ini dkhususkan bagi orang-orang yang memiliki perhatian terhadap kebencanaan.
Pentury mengakui jija seluruh pemangku kepentingan di Maluku terpapar dengan buku Panduan Sphere, membicarakan standar minumum dalam respon kemanusiaan
“Respon kemanusiaan yakni tindakan sebelum bencana atau setelah peristiwa bencana itu ada,” katanya. (HS-16)