Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarno Putri, menolak bangunan dinasti politik. Mega melarang seluruh kader dan pengurus partai berlambang Banteng Moncong Putih, agar tidak boleh memaksakan anak, isteri dan keluarga, masuk bursa pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
AMBON, SPEKTRUM – Pernyataan Mega tersebut, kini dijadikan rujukan oleh publik. Warga atau masyarakat Ambalau Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku, juga menolak Safitri Malik Soulisa, isteri Tagop Sudarsono Soulisa itu, di calonkan DPP PDIP di Pilkada Bursel.
Sebelumnya, DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Buru Selatan, dan masyarakat adat Bursel, juga menolak Safitri Malik Soulisa di rekomendasikan oleh DPP PDIP., sebagai Calon Bupati Kabupaten Bursel.
Abdullah Hisyam, salah satu tokoh masyarakat Ambalau kepada Spektrum, Kamis, (05/03/2020), meminta DPP PDI-P untuk jeli dan peka dalam menyikapi kondisi psikologi sosial masyarakat Kabupaten Buru Selatan, sebelum memberikan rekomendasi kepada pasangan bakal calon Bupati dan Wakil Bupat untuk berkompetisi di Pilkada Bursel, yang akan dihelat September 2020.
Ia menilai Safitri tidak layak di calonkan sebagai Bupati Buru Selatan. Hisyam berdalil, Safitri didorong oleh suaminya (Tagop Sudarsono Soulisa), masuk bursa pencalonan kepala daerah, justru membuat demokrasi di Bursel tidak berkembang, sebaliknya hanya membangun dinasti politik semata.
“Apalagi Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarno Putri saat pengumuman rekomendasi pasangan calon kepala daerah gelombang pertama di Jakarta Februari lalu, beliau sangat tegas menolak kader dan pengurus mendorong anak dan isteri serta keluarga masuk buraa pencalonan kepala daerah. Selarang kami meminta DPP PDI-P agar mempertimbangkan kondisi masyarakat Buru Selatan, sebelum meberikan rekomendasi. Tentunya, Kami menolak Safitri Malik Soulisa,” tegas Abdullah Hisyam.
Hisyam mengemukakan alasan mendasar masyarakat Ambalau menolak Safitri Mali Soulisa, karena Tagop Sudarsono Soulisa, Bupati Buru Selatan (suami Safitri Malik), telah gagal membesarkan PDI-P di kabupaten Bursel.
Selain itu, kata dia, sejak dua periode memimpin kqbupaten Bursel, Tagop tidak mampu mendamaikan masyarakat Bursel. Hisyam mencontohkan sampai sekarang masih ada keretakan hubungan antara masyarakat daratan Buru Selatan dengan masyarakat Pulau Ambalau.
“Padahal, kami ini satu tapi karena beda pilihan politik saja, Pemkab Bursel menganaktirikan kami. Kondisi ini akan tetap langgeng jika Safitri Malik direkomendasikan PDI-P sebagai calon Bupati Buru Selatan,” tegasnya.
Hisyam yang juga simpatisan PDI-P ini menegaskan, bila DPP PDIP merekomendasikan Safitri Malik Soulisa, maka dia dan warga Ambalau akan menggalang kekuatan menolak, sekalgus melawan calon yang diusung DPP PDIP tersebut.
“Kami akan menghadang PDI-P di Buru Selatan, jika tidak memperhatikan apresiasi kami. Selain Ambalau, kami juga akan menggandeng masyarakat adat untuk penolakan ini,” kata Hisyam.
Dikatakan, tidak ada alasan bagi PDI-P untuk merekomendasikan Safitri Malik di Pilkada Buru Selatan 2020.
“Satu lagi, kegagalan Safitri Malik Soulisa di Pileg 2019 lalu, mestinya dijadikan ukuran oleh DPP PDI-P, sebelum mengambil keputusan (memberikan rekomendasi) kepada Safitri. Sebab, kami memastikan, dia akan kalah juga. Ada banyak kader terbaik PDI-P di Bursel yang layak untuk direkomendasikan,” tandasnya. (S-16)