AMBON, SPEKTRUM – Prof. Alex Retraubun dilantik menjadi Ketua Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia (ISOI) Komisariat Daerah (Komda) Provinsi Maluku, Kamis, (07/11/2019).
Kepada kepada wartawan Prof. Alex Retraubun menjelaskan, kendala yang dihadapi dalam upaya menetapkan Maluku sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN), sebaiknya dijawab Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku. “Sebaiknya ditanyakan ke Dinas Perikanan dan Kelautan karena informasi yang saya peroleh konsep yang ditawarkan terlalu berorientasi pada proyek,” tegasnya.
Namun tambah mantan Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI era SBY ini, yang paling mengecewakan adalah tidak ada pernyataan resmi dari Pempus soal konsep berbasis proyek itu.
“Tetapi yang mengecewakan tidak ada statement atau pernyataan dari Pempus secara resmi seperti itu menurut saya Pemerintah Pusat menjalankan fungsi pembinaan terhadap daerah. Kalau konsep tersebut terlalu berorientasi proyek maka harus dikatakan mesti dilakukan seperti apa dan mestinya ada arahan supaya program Maluku jadi LIN bisa jalan,” kata Alex.
Ia menduga, Pemerintah Pusat sengaja lepas tangan atau lebih tepatnya pembiaran.Intinya adalah nilai bergening politik Provinsi Maluku sangat kurang karena jumlah anggota DPR RI dapil Maluku hanya empat orang.
“Posisi tawar kita tergantung berapa jumlah anggota DPR RI dibolak balik model apapun, tidak bisa,” katanya.
Apa yang dikemukakan Prof. Rokhmin Dahuri bahwa Maluku layak menjadi Lumbung Ikan Nasional dengan fakta perhitungan yang dikemukakan secara ilmiah ini penting. “Karena dari sisi ilmiah maupun dari sisi apapun Maluku layak menjadi LIN masalahnya kenapa Pemerintah Pusat tidak menetapkannya,” herannya.
Menurutnya, hal itu merupakan poin penting sehingga Ketua Umum ISOI, Rokhmin Dahuri diminta menjadi pembicara kunci.
“Sebab, jika saya yang bicara akan dianggap subjektif tetapi orang sekaliber Rokhmin Dahuri benar dan itu faktanya sehingga perjuangan untuk menjadikan Maluku sebagai LIN tidak boleh berhenti dan harus terus diperjuangkan semua elemen masyarakat Maluku agar diperhatikan Pemerintah Pusat karena tidak ada cara lain untuk mengurangi angka kemiskinan di Maluku kecuali menggenjot sektor ini,” jelasnya.
PIT ISOI XVI 2019 ini dirancang seperti tahun sebelumnya yaitu sebagai pertemuan semi internasional untuk mendiseminasi hasil-hasil penelitian dari Indonesia maupun luar negeri yang dianggap relevan dengan isu lingkungan, kelautan, perikanan Indonesia, dan industri maritim.
Beberapa isu internasional saat ini yang menjadi sorotan luas, yaitu kesehatan lingkungan laut dan isu nasional berupa pembangunan kemaritiman Indonesia sebagai implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) maritim, sepertiwisata bahari, marine debris, ketahanan pangan, perubahan iklim, teknologi kelautan, deteksi dini bencana kelautan, energi dan lain-lain.
Menurut Ketua Panitia, Bambang Herunadi, beberapa topik bahasan pada SesiParalel terdiri dari: 1). Hidro-Oseanografi; Penginderaan Jauh; dan Iklim Maritim; 2).Perikanan Tangkap; dan Budidaya perikanan; 3). Bioteknologi; Biodiversitas; Ekologi Laut; dan Pencemaran Perairan; 4). Instrumentasi Observasi; Geologi/Geofisika; Sumberdaya Mineral dan Energi; dan Kebencanaan; dan 5).Tata kelola Wilayah Pesisir dan Laut; Kebijakan Kelautan; dan Sosial Ekonomi Perikanan; serta 6). Ocean Renewable Energy (energi laut terbarukan).
Special Program yang digelar Jumat, (08/11/2019) bekerjasama dengan Republik Korea yang menampilkan pakar Indonesia-Korea membahas International Cooperation Present and Future on Marine Science and Technology serta Experince of Indonesian dengan topik antara lain Marine Environment and Marine Obseroation).
Dalam rangkaian PIT ISOI XVI ini diadakan “Gerakan Indonesia Bersih untuk Penanganan Sampah Laut” di pantai Ambon dilakukan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Provinsi Maluku dan Kota Ambon) melibatkan Dinas Lingkungan Hidup, Kodam XVI Pattimura, Komunitas Green Maluccas.
Acara ini dipimpin oleh Ketua Umum ISOI dan dihadiri oleh Walikota Ambon. Lokasi bersih-berish pantai (beach clean-up) diadakan di PLTD Poka Ambon. Di lokasi ini selain bersih-bersih pantai dari sampah laut termasuk sampah plastik, juga dilakukan penanaman mangrove untuk menjadi lingkungan pantai tetap lestari.
Sampah yang terkumpul kemudian ditimbang dan diangkut ke lokasi pembuangan akhir (TPA). Semua aktivitas dilakukan tanpa menggunakan produk plastik. Sebagai kepedulian ISOI terhadap masyarakat Provinsi Maluku, setelah acara bersih pantai dilakukan penyerahan bantuan korban gempa di beberapa lokasi terdampak sekitar Kota Ambon. (S-16)