Polisikan Gubernur, PDIP: Politisi Golkar Cari Panggung

AMBON, SPEKTRUM – Setelah Gubernur Maluku Murad Ismail dipolisikan atau dilaporkan ke Polda oleh Ridwan Marasabessy politisi Golkar Maluku, pihak PDIP tak tinggal diam. Mereka membela Murad selaku Ketua DPD PDIP Provinsi Maluku.

Salah satu kader PDIP yang juga Anggota DPRD Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) periode 2019-2024, Abdul Azis Yanlua, angkat bicara.

Azis mengemukakan pendapat atas laporan yang disampaikan politisi DPD Golkar Maluku dalam hal ini Ridwan Marasabessy, nuansanya intrik politik semata.

Menurut Azis, dirinya sudah membaca alasan pihak yang melaporkan Gubernur Maluku Murad Ismail yabg juga ketua DPDi PDIP provinsi Maluku itu ke Polda Maluku.

“Lewat komentar salah satu politisi Golkar yakni pak Ridwan Rahman Marasabessy menyambut pemberitaan salah satu media online lokal, hemat saya, alasan pelaporan itu terkesan imginer asumtif dan penuh intrik politik,” kata Azis Yanlua kepada Spektrum Sabtu (26/12/2020).

Padahal, menurut Azis, jika bicara hukum itu sandarannya fakta, bukan imajinasi, dan asumsi yang politis.

Karena itu Azis menangkap pernyataan Ridwan Marasabessy yang menilai kata atau penggalan kalimat (makian) Gubernur, itu terlalu jumawa dan berdasarkan pada asumsi semata.

“Kalimat makian dan seterusnya jika kemudian diasumsikan bahasa tersebut dialamatkan kepada beliau (Ridwan), Saya kira itu juga tidak berdasar pada fakta hukum melainkan pada asumsi,” jelas Azis.

Ia menilai pihak Golkar Maluku dalam hal ini Ridwan Marasabessy terlalu jumawa, dengan menanggapi serius bahasa dari Gubernur.

“Padahal kita tau bersama, pak gubernur itu memiliki kebiasaan bercanda sebagaimana orang Maluku lainnya. Kita orang Maluku biasa menggunakan kata-kata makian (kasar) itu sebagai bahan candaan. Dan itu sudah menjadi kebiasaan generik,” ungkapnya.

Hanya saja, lanjut Azis, kapasitas Murad selaku Gubernur, sehingga kelakar atau candaan dengan menggunakan kebiasaan generik orang Maluku itu, dimaknai lain oleh oknum tertentu.

“Bahasa pak Gubernur itu kemudian dipelintir menjadi isu-isu yang tidak etis, dan tentu itu penuh intrik politik,” tegas politisi PDIP SBT ini.

Yang dilakukan Ridwan Marasabessy, adalah mencari popularitas. Alasannya, berita awal Gubernur punya kata-kata kasar (makian) yang diberitakan salah satu media online lokal, kemudian dilanjutkan oleh media yang lain, itu tidak dalam konteks wawancara.

Ia juga menyoroti media online yang menulis masalah ini, tapi tidak beretika. Sebab tanpa atitude yang baik.

Bahkan, kata Azis, Gubernur sudah mendengarkan rekaman itu secara utuh tidak dalam proses diwawancarai. Sudah selesai diwawancarai. Dan dalam sementara bercanda.

Sebab, menurut dia, pernyataan Gubernur tidak dilontarkan atau menyerang privasi (person to person), tapi hanya candaan kepada semua.

“Lalu jangan kemudian dikaitkan dengan Hari Ibu. Karena Gubernur bicara dengan para wartawan saat itu, satu hari sebelum Hari Ibu. Nah, gak usah cari panggunglah,” ketusnya.

Azis berujar dan membandingkan, Maluku ini mau dibangun dengan cara-cara yang bagaimana? apakah orang yang santun tapi tidak membangun? atau figur seperti Murad yang belum dua tahun memimpin Maluku, tetapi sudah mampu melobi Pempus kemudian Lumbung Ikan Nasional (LIN) direrealisasikan.

Bahkan di era Murad, lanjut Azis, infrastruktur jalan kawan Haruku, Maluku Tengah, berpuluh-puluh tahun, akhirnya bisa dibangun.

Padahal, sambung Azis, orang Haruku pernah dua orang menadi Gubernur, satu Wakil Gubernur, bahkanjadi Bupati 20 tahun, tetapi tidak bisa membangun jalan di kawasan Haruku itu.

“Ini kan fakta-fakta yang tidak boleh disampingkan. Gaya seperti ini, bikin Maluku selalu terpuruk,” tegasnya.

Azis balik menerangkan soal ucapan kata kasar Gubernur, bagi orang Maluku sudah dianggap candaan atau kelakar biasa.

Ini, lanjut dia, tergantung niat jurnalis saja. Sebab Gubernur tidak melontarkan kata (makian) itu kepada person jurnalis atau media mana yang menulisnya.

“Kan tidak. Itu sudah selesai di wawancarai. Apalagi yang kalian mau tanyakan, itu dong tulis beta. Ini gubernur menganggap, semua wartawan adalah bagian dari rekan-rekan, dan para sahabatnya,” ulas Azis meniru pernyataan Gubernur.

Gubernur itu, kata Azis, tidak menduga, ada rekan-rekan wartawan yang sedang menunggu momen-momen untuk merusak keadaan.

Hanya saja, kata Gubernur, sambung Azis, dikemas dalam narasi yang justru bukan bahasa jurnalistik.

“Lalu kemudian dijemput oleh oknum Politisi Golkar seolah-olah Gubernur menyerang pribadi orang. Padahal tidak. Jadi, melapor Gubernur ke polisi, bagi kami (PDI), oknum politisi Golkar hanya mencari panggung,” tandasnya. (TIM)