Ragam  

Penderita TBC Terbanyak di Kota Ambon

AMBON, SPEKTRUM – Para penderita penyakit tuberkulosis atau TBC ini, berdasarkan hasil estimasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Maluku. Dinkes Maluku mencatat hingga akhir tahun 2019, warga yang terserang penyakit TBC di Maluku mencapai 6.379 orang, atau 0,35 persen, dari total jumlah penduduk Provinai Maluku yakni 1,8 juta jiwa. Penderita TBC terbanyak berada di Kota Ambon.

“Hingga September 2019 Provinsi Maluku berada pada urutan ke-13 dari 34 dengan jumlah penderita sebanyak 40 persen dari jumlah penduduk,” kata Kepala Dinas Kesehatan Maluku Meikyal Pontoh di Ambon, Selasa, (11/02/2020).

Pontoh menyatakan, provinsi dengan jumlah penderita TBC terbanyak yakni Gorontalo sebesar 66 persen, Banten 65 persen serta DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan Jawa Barat masing-masing sebesar 58 persen.

Dikemukakannya, berdasarkan data yang sudah terekapitulasi pada Sistem Informasi Tuberkulosisi Terpadu (SITT) tercatat hingga Desember 2019 ditemukan 51 persen TBC di Maluku atau 3.253 penderita dari estimasi 6.379 orang.

Sedangkan jumlah penderita TBC yang bisa diobati tercatat sebanyak 2.699 orang atau 59 persen dari kasus yang ditemukan di tahun 2018 sebanyak 4.575 orang.

Pontoh merincikan, estimasi kasus TBC terbanyak di Maluku terdapat di Kota Ambon sebesar 65 persen. Berikutnya Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) 62 persen, Maluku Tenggara 51 persen, Maluku Tengah 41 persen, Kabupaten Pulau Buru 40 persen, Maluku Barat Daya 40 persen, Seram Bagian Timurr 38 persen, Seram Bagian Barat 30 persen, dan Buru Selatan 23 persen.

Pontoh mengklaim berbagai upaya telah dilakukan guna mengeliminasi TBC sekaligus mendukung upaya pemerintah memberantas penyakit tersebut.

Ia mengaku pada 2020 ini bersama pihaknya telah melakukan monitoring dan evaluasi di tingkat provinsi maupun supervisi TBC ke 11 kabupaten dan kota di wilayah Maluku.

Selain itu, juga dilakukan penguatan pengawasan TBC berbasis digital melalui SITT serta pertemuan pengawasan bagi kabupaten/kota dengan angka capaian yang rendah.

“Dinkes pun sudah membuat tautan khusus untuk menampung data-data program sesuai gugus pulau termasuk untuk data penyebaran dan program penanganan TBC,” ujarnya.

Dinkes Maluku maupun kabupaten/kota, kata dia, juga meluncurkan program “ketuk pintu” TBC, di mana petugas Puskesmas mendatangi rumah warga untuk memeriksa ada tidaknya orang dengan suspek atau tersangka TBC.

“Jika ditemukan orang dengan dugaan suspek TBC maka akan dirujuk untuk menjalani pengobatan lanjutan dan rutin di Puskesmas. Penanganan pemberantasan TBC di Maluku harus melibatkan seluruh kelompok kepentingan sehingga optimal,” katanya. (ANT/S-07)