AMBON, SPEKTRUM – Kota Ambon sejak beberapa tahun lalu mendapat kepercayaan dunia sebagai kota musik dunia mengingat Maluku sebagai salah satu daerah di Indonesia yang banyak melahirkan musisi dan artis penyanyi terbaik.

Oleh karenanya, UNESCO menetapkan Kota Ambon sebagai salah satu kota musik dunia (Ambon City Music ).

Namun pemberian gelar itu kurang dihormati dan dihargai sehingga terbesit berita, Unesco bakal menarik status kota musik dunia itu dari Kota Ambon.

Salah satu musisi senior Ambon sekaligus mantan birokrasi asal Pemerintaah Kota Ambon melayangkan kritiknya.

“Kita sebagai warga kota tapi juga sebagai musisi, sangat kecewa karena pemberian status Ambon sebagai kota musik ini tidak dirawat dengan baik. Kota musik bukan seperti Ambon ini. Harusnya di pintu-pintu masuk terutama di Bandara Pattimura Laha, maupun di pelabuhan-pelabuhan besar seperti pelabuhan Yos Soedarso Ambon dan tempat-tempat wisata yang rame dikunjungi wisatawan asing maupun lokal harus ada pemain musik di situ setiap hari,” kata Drs. Joos Sahetapy, musisi sekaligus birokrat itu.

Menurut Sahetapy lebih baik status Ambon City of Music dicabut Unesco karena Ambon tidak nampak sedikitpu seperti kota musik.
“Ini status kota musik dunia loh, bukan main-main tapi kok seperti ini ? Mestinya ketika orang datang di kotaa Ambon ini, persis turun dari pesawat suasana kota ini terlihat benar-benar kota musik. Ada band musik tradisional maupun lagu-lagu pop dan lain sebagainya, terdengar seperti hawaian, dan lainnya ikut bermain di bandara. Begitupun ketika kapal sandar di pelabuhan. Tapi ini tidak sama sekali, pantas kalo Unesco menarik status kota musik dunia ini dari Ambon,” katanya jengkel..

Dinas Pariwisata, kata Sahetapy yang mestinya menjadi ujung tombak untuk memperlihatkan kota musik ini di berbagai sudut kota Ambon.

Karena dengan Ambon sebagai kota musik itu benar-benar nampak maka kunjungan wisata semakin banyak.

Mantan juru bicaraa Walikota Ambon, Yohanes Sudiyono menandaskan, saat menerima tamu-tamu manca negara, misalnya, pada momen tahunan lomba Perahu Layar Darwin – Ambon suasana Ambon benar-benar menampakan kota musik.

“Dinas pariwisata yang harus lebih berperan,” tegasnya.

Sahetapy mengaku heran, lantaran orang yang ditunjuk sebagai salah satu koordinator musik lokal itu tidak pernah terlihat batang hidungnya.

Sahetapy memastikan Dana pasti ada tetapi manajemennya yang tidak baik sehingga tidak terlihat nuansa kota musik itu sedikit pun.

Disinggung tentang alat musik jukulele yang kini giat dilakukan oleh anak-anak baik di sekolah maupun di gereja, Sahetapy memberi apresiasi itu.

“Itu bagus sekali, lebih baik pihak sekolah bisa menghidupkan jukulele ini dan diharapkan musik-musik tradisional lainnya seperti hawaian, dan lain-lain harus dihidupkan lagi,” ujar mantan politisi Partai Demokrat yang pernah duduk di kursi DPRD Kota Ambon itu.

Sahetapy juga setuju dengan pendapat salah satu akademisi sebelumnya DR Dody Siwabessy yang mengatakan bahwa Pemerintah Kota Ambon hanya mengejar status Ambon City Music dari Unesco tetapi Ambon sama sekali tidak siap sehingga Kota Ambon sebagai kota musik kondisinya seperti ini. (*)