AMBON, SPEKTRUM – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, dalam sambutan di Acara Hari Museum Indonesia pada tanggal 12 Oktober 2020 mengatakan Museum adalah Rumah Peradaban Bangsa.
“Di Museum kita belajar tentang kecerdasan leluhur kita, bukan saja kecerdasan intelektual walaupun mereka tidak mengenyam pendidikan formal tetapi kecerdasan spiritual, emosional dan kecerdasan sosial,” kata Kepala Balai Museum Negeri Siwalima Ambon, Dra. Jean Saiya dalam sambutannya pada pembukaan perlombaan Permainan Tradisional, yang diselenggarakan di Museum Siwalima Negeri Ambon, Rabu (14/10/2020).
Perlombaan ini dilaksanakan dalam
rangka memperingati Hari Museum Indonesia yang ke 5 tanggal 12 Oktober 2020.
Saiya juga mengingatkan, jika Museum bukan tempat menyimpan masa lalu, tapi
rumah untuk merawat rasa rindu.
Permainan tradisional lanjut Saiya, merupakan permainan yang dilakukan dengan berpegang teguh pada norma/adat kebiasaan, yang sudah ada secara turun temurun dan bisa menciptakan rasa senang dan riang gembira bagi anak-anak yang melakukan permainan tersebut.
“Masyarakat Indonesia di masa lalu memanfaatkan bahan alam untuk menciptakan alat permainan mereka dan memainkannya bersama atau beramai- ramai,” katanya.
Perlombaan Permainan Tradisional Engran Batok dan Lompat Karung, merupakan Program Publik di Museum Siwalima yang didanai Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bantuan Operasional Penyelenggaraan Museum dan Taman Budaya Tahun 2020.
Perlombaan ini dilaksanakan dalam
rangka memperingati Hari Museum Indonesia yang ke 5 tanggal 12 Oktober 2020.
Kemajuan teknologi di era globalisasi ini tambahnya, tidak bisa dibendung lagi, cepat atau lambat menggeser permainan tradisional.
“Permainan anak-anak kemudian beralih
dengan menggunakan perangkat elektronik, komputer, dan perangkat seluler, yang kemudian menggeser rasa sosial dari jiwa anak dan kemudian tumbuh rasa individual dalam diri anak tersebut,” katanya.
Apalagi, lanjut Saiya, sejalan dengan bencana Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, Indonesia, Maluku dan juga Kota Ambon, maka sebagian besar aktivitas masyarakat khususnya anak-anak agak terhenti..
“Untuk menghidupkan kembali kecintaan anak-anak akan permainan tradisional, tetapi juga memupuk jiwa sportivitas dan jiwa sosial anak-anak sejak dini, maka Museum Siwalima menyelenggarakan kegiatan Lomba Permainan Tradisional yaitu egrang batok untuk anak-anak tingkat Sekolah Dasar dan Lompat Karung untuk anak-anak tingkat Sekolah Menengah Pertama, sejalan dengan tugas fungsi museum untuk mendokumentasikan dan melestarikan benda alam dan buatan manusia,” jelasnya.
Saiya berharap, perlombaan ini bermanfaat bagi semua anak-anak yang ikut berlomba.
Perlombaan Permainan Tradisional yakni Engran Batok untuk tingkat SD dimenangkan Dimitri B Risakotta, juara kedua Al Mudakir, juara ketiga Tristan Kaimudin.
Ditempat keempat, Jezano Silooy, disusul Dilan, kemudian Jacques F. Lainssmputty dan ditempat terakhir Syaugi Suatrat.
Untuk Lompat Karung, juara pertama diraih, Maryo Noya, juara kedua, Alfian M. Makalaipessy, dan juara ketiga, Christensen H. I. Tarekat.
Diurutan ke empat Ilgnet I. Sarimole, disusul Josephus Patalala, selanjutnya Moko Lahalo, dan ditempat terakhir Myrrel R. Tatuhey.
Seluruh pemenang berhak membawa pulang 1 unit sepeda, piala dan sertifikat. “Seluruh peserta yang ikut berpartisipasi pada kegiatan ini memperoleh sertifikat sebagai peserta Perlombaan Permainan Tradisional,” kata Saiya. (S-16)