AMBON, SPEKTRUM – Luas Provinsi Maluku, 97% lautan, memiliki wisata laut yang sangat luar biasa indah. Spot-spot penyelaman yang hampir semuanya bagus, dikagumi Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Danlantamal) IX, Laksamana Pertama Eko Jokowiyono. Olehnya, Lantamal IX memiliki program unggulan yang dinamai “Maluku Diving Rescue Center”.
Hal ini diungkapkan Danlantamal di ruang kerjanya kepada wartawan.
“ Semuanya lautan. Maluku jadi lumbung ikan nasional. Wisata laut sangat luar biasa. Bagus sekali. Spot-spot penyelaman hampir semuanya bagus. Maluku Diving Rescue Center. Program unggulan di Lantamal,” ungkapnya.
Sesuai namanya, program ini untuk pelaksanaan perbantuan dan penyelamatan bagi penyelam. Rescue bawah air. Tidak hanya bagi penyelam tradisional yang kurang memiliki pengetahuan tentang teknik menyelam yang aman tetapi juga bagi penyelam profesional yang sudah overload. Menyelam sudah melebihi kedalaman 50 meter atau sudah berulangkali menyelam. Lantamal IX melalui program ini memiliki fasilitas Chamber untuk menyegarkan dan pemulihan tubuh.
“ Kami siapkan apa yang disebut dengan Chamber. Para penyelam yang melakukan penyelaman sudah overload. Kedalaman sudah melebihi dari 50 meter. Ini harus masuk Chamber. Sudah berulangkali menyelam harus masuk Chamber lagi,” tuturnya.
Pada saat menyelam, menurut Danlantamal, kadang Nitrogen masuk dalam tubuh tanpa disadari. Ketika Nitrogen yang dihirup dalam jumlah banyak masuk ke tubuh, dapat menurunkan kinerja sistem syaraf pusat. Nitrogen tersebut harus dikeluarkan kembali agar tidak terjadi apa yang disebut dengan stroke. Ia mengungkapkan, banyak penyelam-penyelam alam yang kurang pengetahuan masalah bagaimana tahap-tahap penyelaman. Tidak boleh dari permukaan langsung menceburkan diri sampai kedalaman beberapa meter walau penyelam itu mampu.
“ Tidak. Harus melalui pentahapan. 10 meter turun, penyesuaian. Berapa menit disitu, baru nanti turun lagi. Teorinya seperti itu. Penyelam alam, langsung turun tanpa memperdulikan padahal ada organ atau bagian tubuh kita yang harus kita jaga. Ini yang kami konsen sekali disitu,” bebernya.
Lantamal IX juga menyediakan dermaga kecil yang sewaktu-waktu bisa didarati kapal-kapal kecil agar langsung dapat mengevakuasi para penyelam yang butuh pertolongan pertama.
Kejadian-kejadian kecil namun tidak fatal sering terjadi pada para penyelam karena ada yang hanya memenuhi jadwal tanpa melihat kondisi fisiknya atau mengejar waktu untuk pulang kembali. Jika tubuh tidak siap tapi dipaksakan untuk menyelam, kata Danlantamal, akan mempengaruhi secara psikis. Melihat benda-benda melayang di permukaan dan di dalam air, seperti tas kresek yang mengembang, dapat menimbulkan rasa takut luar biasa dan dengan sekejap mata melarikan diri naik ke permukaan seketika.
“ Kedalaman lebih dari 20 meter. Asik, lihat, bagus. Kita kayak dikasi rangsangan untuk melihat yang bagus-bagus tapi karena dia sudah takut, tidak kontrol dia langsung timbul ke atas, bisa terjadi stroke,” ungkapnya.
Dikutip dari laman detikHealth, pada saat seseorang menyelam, zat yang dihirup mayoritas adalah oksigen dan nitrogen. Oksigen jelas penting bagi metabolisme tubuh. Namun nitrogen tidak digunakan oleh tubuh. Ketika nitrogen terhirup, dalam jumlah banyak bisa menurunkan kinerja sistem saraf pusat. Bahkan jika jumlah nitrogen yang larut di plasma darah sangat besar bisa memicu terjadinya nitrogen narcosis.
Penyakit dekompresi juga rentan dialami penyelam. Sebab semakin dalam menyelam maka kelarutan nitrogen dalam cairan tubuh makin tinggi. Jika penyelam naik ke permukaan terlalu cepat, maka nitrogen dalam tubuh bisa membentuk gelembung yang menyumbat di dalam tubuh. Pembuluh darah, otak, dan lain-lain bisa tersumbat oleh gelembung nitrogen ini.
Faktor risiko penyakit dekompresi ini antara lain lemak yang tinggi, usia 40 tahun ke atas, kelelahan, alkohol, pernah punya riwayat kondisi yang sama, atau karena ada kerusakan jaringan. Untuk itu selain saran asupan sehat dan pemanasan cukup, nitrogen wash out dengan terapi oksigen hiperbarik pada 2-7 hari sebelum penyelaman sering disarankan dr Erick yang juga Sekretaris Ikatan Dokter Hiperbarik Indonesia menegaskan terapi oksigen hiperbarik ini aman dan berbasis kedokteran. Meski demikian bukan berarti tidak memiliki efek samping. Untuk meminimalkan efek samping itu, maka harus dikendalikan melalui pengawasan. (S.17).