SPEKTRUMONLINE.COM, AMBON – Ketua Kelompok (Kapok) Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Nusaniwe, Samuel Leasa membantah jika ada belatung pada Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dikonsumsi siswa SD Negeri 72 Ambon.
Bantahan tersebut diungkapkan Leasa yang memboyong sedikitnya 10 orang pekerja di dapur MBG yang berlokasi di lorong Choker Kudamati Kecamatan Nusanuwe Kota Ambon ke Kantor Redaksi Spektrum, Rabu (22/10/2025).
Menurutnya, ulat yang ditemukan pada MBG SD Negeri 72 Ambon bukan melainkan ulat beras atau ulat sayur.
“Masalah ini telah diselesaikan dengan pihak sekolah maupun Dinkes dan Puskesmas Waihaong dan Aur Salobar,” begitu bunyi pesan singkat yang dikirim ke Redakai Spektrum.
“Sudah diklarifikasi ya ibu sama dinkes juga bahwa itu bukan belatung. Beda belatung sama ulat sayur/beras. Masalahnya juga sudah diselesaikan bersama pihak sekolah dan DINKES untuk berita ini naik pun pihak sekolah tidak mengetahui. Oleh karena itu mohon disikapi dengan bijak karena masalahnua telah diselesaikan antara SPPG, SEKOLAH SD N 72, Dan DINKES Perwakilan Puskesmas Airsalobar dan Waihaong,”kata Leasa dalam.pesan aingkat berikutnya.
Sebagai tambahan referensi juga ibu bahwa ulat tersebut biasanya ditemukan akibat adanya kumbang beras atau biasanya kita sebut kutu beras, dan itu adalah hal yang lumrah yang dapat ditemukan pada beras/nasi, namun tetap akan menjadi bahan evaluasi agar kita lebih memperhatikan higenitas dan sanitasi untuk keamanan pangan bagi anak² kita.
Dia mengaku, ditemukannya ulat dalam MBG merupakan bagian dari evaluasi kami terkait bahan baku (beras).
“Namun pada dasarnya semua sudah sesuai proses dan prosedur SOP Produksi di dapur kami, jangan ibu hanya melihat dari satu sisi dan menilai higenis atau tidaknya ya ibu.. silahkan datang dan berkunjung ke dapur kami,”tulisnya diakhir klarifikasinya.
Sementara itu, salah satu pengamat pendidikan yang juga pensiunan guru Ny. Dorkas Tahamata menegaskan ditemukannya ulat sayur ataupun beras menandakan tidak higienisnya produksi makanan pada dapur tersebut.
“Bisa jadi sayur yang dimasak tidak dicuci bersih dan beras yang digunakan bermutu rendah. Sebab, jija beras yang dipakai itu premium maka tidak akan ditemukan larva dan sejenisnya. Walaupun tidak berbahaya namun itu sangat kotor,”tegasnya.
Dia menghimbau agar pemerintah mengevaluasi dapur-dapur yang bekerja tidak mempertimbangkan kebersihan makanan.
“Apalagi kalau ditemukan ulat sayur, izu pertanda saxuran tudak dicuci atau dicuci tidak bersih. Ingat, yang makan ini anak kecil dan tubuh mereka rentan segala penyakit,”katanya mengingatkan. (Tim)