Syukuran Imlek 2574 di Vihara Swarna Giri Tirta
AMBON, SPEKTRUM – Ketua Walubi Maluku, Wilhem Jauwerissa menegaskan perayaan Imlek yang dirayakan Warga Negara Keturunan Tionghoa pada tanggal 1 bulan pertama kalender China adalah budaya dan bukan agama.
“Ini bukan keyakinan, ini budaya, mereka boleh lakukan dimana pun bilamana mereka beragama Kristen boleh di gereja, beragama muslim boleh di Mesjid, Khong Hu Chu dan Budha di Vhara. Jadi perayaan ini tidak kaku, harus dipisahkan antara keyakinan dan budaya. Oleh karena itu, saya tegaskan Imlek adalah budaya bukan keyakinan,” tegas Jauwerissa saat perayaan Doa Syukur dalam rangka Tahun Baru Imlek 2574 yang berlangsung di Vihara Swarna Giri Tirta Gunung Nona Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon (22/01/2023).
Selain itu, lanjut Jauwerissa, selalu timbul pertanyaan tetang WNI keturunan Tionghoa masih menyambut pergantian tahun baru Imlek.
“Penyambutan ini merupakan ungkapan syukur karena dalam perjalanan sebelumnya kita telah dituntun dan diberi berkat kesehatan sehingga dapat melewati tahun yang lalu dengan berbagai capaian. Dan semoga tahun ini kita terhindar dari pada bencana, masalah dan semua musibah yang ada baik secara individu keluarga maupun secara masyarakat,” terangnya.
Kebudayaan yang diyakini WNI keturunan Tionghoa terdiri dari 12 zodiak yang terdiri dari Macan, Babi, Kuda, Anjing, Kelinci, Tikus, Ular, Naga, Kerbau, Kambing, Ayam dan Monyet.
Jauwerissa menjelaskan, tahun ini merupakan tahun Kelinci Air dengan karakter kelinci air. Kelinci salah satu binatang yang paling lemah lembut dan tidak punya kekuatan. Suka dan tidak suka dia menjadi bagian dari masa bangsa yang lebih besar karena kepentingan.
“Harapan dan doa saya semoga masyarakat Indonesia maupun dunia bisa terhindar dari pada bencana. Mudah-mudahan bencana, longsor, gempa bumi, banjir dan lain-lain bisa dihindari,” harapnya.
Namun tambah Jauwerissa, tidak lepas dari itu semua, ada bencana yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Diharapkan, sebagai manusia yang notabenenya memiliki keterbatasan pikiran dan perkataan harus dijaga hingga tidak menjadi konflik dan berakhir menjadi bencana bagi diri sendiri.
Ini lanjutnya, bukan soal kekuasaan, atau tahta, tetapi bagian dari kehidupan.
“Semoga dengan tahun kelinci ini, kita memperoleh kedamaian, kesejahteraan dan kemakmuran karena kita menyadari bahwa secara realita kenyataan ekonomi ini terganggu bukan semata-mata di Indonesia saja namun juga dunia Internasional sebagai bagian dari pada kehidupan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu kalau pemerintah telah mengantisipasi dengan masalah ekonomi, kita masyarakat di bawah lebih berhati-hati lagi,” harapnya
Supaya jangan menjadi penyebab atau bagian dari pada yang disebut dengan inflasi yang tinggi.
Sementara itu, Kapolsek Nusaniwe Iptu Johan Anakotta menambahkan pada prinsipnya Polsek Nusaniwe hadir untuk memberikan rasa aman dan nyaman itu harga mati untuk semua kegiatan masyarakat termasuk perayaan kegiatan keagamaan atau pun kegiatan kebudayaan
“Kegiatan Doa Bersama di Vihara ini, kami lakukan pengamanan dari awal sampai selesai dan kami melibatkan lima personil karena memang umat yang hadir disini menurut pak Ketua awalubi tidak terlalu banyak sehingga bisa kami atasi,” jelas Anakotta.
Intinya Kecamatan Nusaniwe tetap semakin aman, untuk itu, masyarakat dihimbau untuk tetap bersinergi, solid, bersatu bergandeng tangan menjaga situasi keamanan di Kecamatan Nusaniwe.
“Karena ketika situasi aman pasti bisa beraktifitas dengan baik termasuk kegiatan budaya maupun kegiatan keagamaan,” tegasnya.
Dia berharap, dengan keamanan yang semakin kondusif maka investasi akan hadir di Maluku, khususnya kota Ambon sehinga perekonomian bisa lancar dan masyarakat Ambon sejahtera.(MG-16)