MAKASSAR, SPEKTRUM – Bangun Maluku dari berbagai sektor butuh intervensi pemerintah pusat termasuk sinergitas antar pemda provinsi dan kabupaten-kota. Khusus sektor perdagangan disoroti secara tajam oleh Hendrik Lewerissa, Anggota DPR RI Dapil Provinsi Maluku.
Dalan kunjungan kerja bersama Komisi VI DPR RI ke Provinsi Sulawesi Selatan, sekaligus rapat bersama Kementerian Perdagangan dan kementerian BUMN di Makassar, kemarin, Hendrik, mempersoalkan harga cengkih khususnya di wilayah Maluku yang sering tidak stabil, bahkan turun drastis
Sikap Hendrik ini bagian dari perjuangan yang bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Maluku, agar bisa diperhatikan oleh pemerintah pusat secara adil. Salah mendorong pempus untuk bersikap serius menata sektor perdagangan secara profesional.
Menurut Hendrik, adanya ketidakstabilan bahkan indikasi praktik persaingan usaha yang tidak sehat alias monopoli dagang oleh oknum-oknum tertentu, seperti pembelian hasil panen cengkih dari para petani di Maluku, acapkali menuai harga (cengkih) turun drastis alias “melantai”.
Ia menduga hal tersebut terjadi, karena ada ketidakberesan dari sisi persaingan usaha yang tidak sehat atau praktik monpoli pasar. Oknum tertentu berkonspirasi misalnya membeli hasil panen cengkih para Petani lokal Maluku dengan harga yang tidak wajar.
Hendrik menyemprot alias “menyerang” pihak Kementerian Perdagangan dan Kementerian BUMN saat rapat bersama Kementerian Perdagangan dan Kementerian BUMN, pada saat Kunjungan Kerja tersebut.
“Perdagangan ini lebih menarik. Kebetulan saya ini anak ke tujuh dari 10 orang bersaudara. Orang tua saya guru. Nah yang memungkinkan kami untuk sekolah sampai ke perguruan tinggi itu bukan gaji orang tua kami. Tapi karena cengkih dan pala di sana (Maluku),” ujar Hendrik dalam rapat bersma Staf Khusus Kementerian Perdagangan dan Kementerian BUMN.
“Perlu saya menyampaikan kepada bapak, petani cengkih di Maluku merasa sama sekali tidak dilindungi dari sisi harga jual cengkih. Sebab setiap kali menjelang masa panen cengkih, harganya turun 40 sampai 50 persen,” ungkapnya.
Setelah ditelusuri, kata dia, ternyata pembeli cengkih dari para petani di Maluku itu hanya satu dua orang saja yang semacam kartel, dan mereka kemudian membentuk kaki-kaki di kabupaten dan kota.
“Tapi ini hanya satu dua orang saja. Jadi ini sebenarnya adalah praktik pelanggaran atau monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat,” tegasnya.
Ia mendorong agar hal ini dapat dijadikan catatan penting dan harus menjadi perhatian serius oleh pemerintah pusat melalui kementerian terkait.
“Sebab petani cengkih di Maluku tidak pernah merasakan ada keadilan kepada mereka. Seolah-olah negara ini tidak adil bagi mereka. Setiap kali mau menjelang natal dan tahun baru, kebetulan itu musim panen cengkih, dan harga cengkih pun turun. Dan mereka (para petani) tau mereka dalam kondisi sangat butuh. Jadi kalau dijual dengan harga murah, tidak ada pilihan lain kecuali melepaskan semua cengkih hasil panen ke pembeli,” bebernya.
Tapi ketika bulan Maret, lanjut Hendrik, sudah tidak ada lagi perayaan (hari besar keagamaan) yang membutuhkan pembiayaan, kemudian harga cengkih naik lagi. Seolah-olah memang seperti negara tidak bisa mengaturnya.
Untuk itu sebagai wakil rakyat Maluku, Saya mau tanya kepada bapak, apalagi bapak bertanggung jawab sebagai pengamanan pasar ya, apa ada instrumen kebijakan dari Kementerian Perdagangan untuk memastikan harga cengkih dari para petani setiap kali panen tidak mengalami penurunan harga yang drastis, karena praktik usaha yang tidak sehat atau monopoli di sana (Maluku)?” tanya Hendrik, menyelidik pihak Kementerian Perinduatrian dan Perdagangan RI dalam pertemuan tersebut.
Pentolan Partai Gerindra Maluku ini berasumsi harga dagang cengkih para petani di Maluku ditengarai ada konspirasi (permainan) dari oknum pembeli atau pengusaha tertentu.
“Ini dugaan. Saya tidak menuduh. nah Saya minta dari Kementerian Perdagangan, tolong pak! Tolong memperhatikan harga cengkih. Karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak di Maluku,” harap Hendrik.
Hendrik mengemukakan, karena cengkih dunia ini berubah. Ia merefleksi Colombus yang berkelana beberapa abad silam menemukan benua Amerika, itu bukan untuk mencari kentang, tapi mencari cengkih di Maluku.
“Penjajahan di Nusantara ini, karena cengkih dan pala. Jadi saya minta pak, tolong perhatikan keadilan bagi para petani cengkih di Maluku,” tegasnya.
Hadir mewakili Menteri Perdagangan dan Menteri BUMN adalah staf khusus. Rencananya, Komisi VI DPR RI akan melakukan pertemuan selanjutnya bersama Menteri pada Selasa pekan depan. (S-14)