AMBON, SPEKTRUM – Nekat menggelar kuliah tatap muka, resiko akhirnya ditanggung Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Ambon, Maluku. Lebih dari 10 dosennya terpapar Covid-19 akibat tidak menerapkan protokol kesehatan (Protkes).

Salah satu mahasiswa Poltekes Ambon yang enggan namanya dikorankan, mengaku kecewa dengan kebijakan Direktur Poltekes Ambon, Hairudi Rasako yang mengharuskan kuliah tatap muka.

“Kita diharuskan kuliah tatap muka sejak akhir Desember 2020, tanpa protokol kesehatan (Protkes) ketat,” katanya.

Akibatnya tambah mahasiswa tersebut, lebih dari 10 dosen saat ini telah terpapar Covid-19. Sumber ini menjelaskan, ada beberapa mahasiswa meminta, agar pihak kampus memfasilitasi uji rapid antigen untuk menghindari terjadinya klaster penyebaran Covid-19 namun ditolak Direktur.

“Kami mendesak dosen untuk menyampaikan kepada Direktur agar lembaga ini memfasilitasi uji rapid antigen guna meminimalisir penyebaran Covid-19, namun permintaan tersebut ditolak,” kata sumber ini.

Menurutnya, sebagai lembaga pendidikan yang berkiblat di Bidang Kesehatan, seharusnya kebijakan lakukan uji rapid antigen menjadi bagian dari aktifitas keseharian lembaga ini.

“Kita ini calon tenaga medis, mestinya menjadi panutan bagi lembaga pendidikan lainnya untuk menerapkan protokol kesehatan, bukan mengingkarinya,” kata mahasiswa ini.

Mahasiswa ini kemudian menegaskan, jika Rasako menjelaskan bahwa kuliah tatap muka merupakan keputusan Pemerintah Pusat.

“Timbul pertanyaan, keputusan Menteri Pendidikan Tinggi atau Menteri Kesehatan sebab seluruh instansi pemerintah dan swasta, lembaga pendidikan lainnya tetap dihimbau untuk proses belajar-mengajar termasuk kuliah dilakukan secara daring atau online. Lantas Pemerintah Pusat melalui Kementerian mana yang memutuskan untuk perkuliahan di Poltekkes ini (Maluku) harus tatap muka,” katanya bingung.

Sumber ini menduga, Direktur Poltekes Ambon, Hairun Rasako lakukan pembohongan publik dengan sengaja menjadikan Poltekkes Maluku klaster baru penyebaran virus corona disease 2019.

“Kami menduga, ada upaya jadikan Poltekes Ambon klaster baru Covid-19, agar ada anggaran covid yang mengalir ke lembaga pendidikan ini,” tandasnya penuh kecurigaan.

Dikatakan, setelah lebih dari 10 dosen terpapar Covid-19, banyak mahasiswa yang enggan mengikuti kuliah tatap muka.

“Kami jadi takut, jangan sampai tertular. Jika difasilitasi uji rapid antigen mungkin ceritanya lain. Lihat saja hampir semua instansi memfasilitasi pegawai bahkan masyarakat yang alan lakukan pengurusan di instansi tersebut dengan rapid antigen, masa Poltekes Negeri Ambon tidak bisa?” katanya.

Bahkan tambahnya, informasi yang diperoleh, Rasako mengatakan jika ada yang mau rapid antigen maka harus dilakukan di fasilitas kesehatan dan dibayar sendiri.

“Jika benar pernyataan ini maka bisa disimpulkan, Direktur ingin jadikan Poltekkes Ambon klaster baru Covid-19,” tandasnya.

Hingga berita ini naik cetak, Direktur Politeknik Kesehatan Maluku, Hairudin Rasako belum bisa dihubungi untuk dikonfirmasi.

“Pak Direktur tidak berada di kantor, mungkin Senin baru bisa ketemu,” kata salah satu mahasiswa yang ditemui Spektrum di Poltekes Negeri Ambon di Nania, Kecamatan Baguala, Kota Ambon, Sabtu (13/02/2021).

Memang saat itu, lokasi Poltekkes Maluku terlihat sangat sepi, hanya ada beberapa mahasiswa yang terlihat.

“Kampus sunyi setelah dosen ada yang positif Covid-19,” kata salah satu mahasiswa yang mengaku bernama Nur. (HS-16)