AMBON, SPEKTRUM– Laut Maluku adalah harta warisan, aset Maluku untuk generasi masa depan yang harus dijaga bersama untuk kehidupan manusia.
Hal ini disampaikan Dessy Siloy kepada wartawan, sesaat sebelum menanam terumbu karang di perairan Amahusu, akhir pekan lalu.
Ia berharap semua pihak menyadari pentingnya terumbu karang bagi kehidupan mahkluk di laut dan tidak menghancurkannya karena kualitas mahluk di laut mempengaruhi kesehatan tubuh manusia melalui makanan hasil laut yang dikonsumsi manusia, termasuk warga Maluku yang gemar mengkonsumsi ikan segar.
Saat ini, istri Komandan Korem 151 Binaiya ini banyak menemukan karang-karang yang rusak akibat eksploitasi laut, mengambil hasil laut dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan, seperti mengebom ikan. Padahal pertumbuhan terumbu karang memerlukan waktu yang cukup lama, berpuluh-puluh tahun.
“ Sangat perlu untuk pelestarian terumbu karang. Mengebom ikan, karang-karang pasti hancur. Mereka tidak paham bahwa karang itu pertumbuhannya sangat lama. Kita menghancurkannya hanya sekejap. Mendapatkan karang yang subur, itu membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun,” terangnya.

Menyadari pentingnya terumbu karang, ia sedini mungkin mengedukasi anak-anaknya dan terus mengedukasi masyarakat agar menjaga laut beserta isinya supaya semua mahluk yang tumbuh di laut dapat hidup sehat sehingga menghasilkan santapan yang sehat pula di meja makan.
“ Di dalam laut itu semuanya mahkluk hidup. Coral-coral itu sebenarnya dia hidup. Ada juga yang jenisnya seperti sponge, itu orang tidak tahu, itu hidup. Memang perlu kelestarian karang di daerah kita supaya ikan-ikan istilahnya mereka punya tempat. Kalau laut ini subur, otomatis ikan-ikannya juga banyak dan pasti sehat-sehat,” jelasnya.
Ia juga sangat berharap, masyarakat tidak membuang sampah sembarangan, tidak hanya di laut, di darat pun tidak boleh membuang sampah sembarangan karena ada tempatnya.
Tidak membuang sampah sembarangan menurutnya juga harus dijadikan sebagai gaya hidup dan harus disadari bersama bahwa generasi Maluku adalah di laut karena lautan lebih luas dibandingkan daratan, pun laut menyimpan semua kebutuhan gizi keluarga. Jika media ikan sudah tumbuh di tempat yang tidak sehat, otomatis ikan dan semua hasil laut menjadi tidak sehat pula untuk dikonsumsi.

“ Betul, sekarang dapat ikan masih gampang. Coba pikir, ikan ini sehat tidak? Coba dibelah, coba teliti di laboratorium? Sudah banyak ditemukan ikan mengandung merkuri, karena sudah pernah diteliti di lab di daerah Laha, sudah banyak ikan yang mengandung merkuri. Kita makan sudah mengandung racun dalam tubuh. Kan media ikan pun hidupnya sudah di tempat yang tidak sehat,” tandasnya.
Ketika berenang dan menyelam di Papua, ia masih dapat dengan mudah menemukan schoolling fish, segerombolan ikan dalam jumlah besar namun di Maluku khususnya di Ambon sudah jarang ditemukan, jika ada, gerombolannya tidak sebesar yang pernah ia temukan di Papua.
“ Beta berharap sekali untuk masyarakat di Maluku ini tolonglah belajar mengelola kita punya sampah supaya kita meninggalkan warisan buat anak-cucu kita ini laut. anak cucu kita bisa menikmati harta ini. Yang kita bilang warisan ini adalah laut yang luar biasa,” ujarnya. (HS-17).