AMBON, SPEKTRUM – Gerakan Pilkada Sehat ini di prakarsai oleh sembilan (9) lembaga di Indonesia. Inisiatornya masing-masing LIMA, dikoordinir Ray Rangkuti, JPPR, Alwan Ola Riantoby, tepi Indonesia, Jeirry Sumampow, SPD August Mellaz, Exposit Strategic, Arif Susanto, FORMAPPI Lucius Karus, Puskapol UI, Aditya Perdana, KIPP Jojo Rohi dan PARA Syndicate, Ari Nurcahyo. Mereka mengusung tagar #PilkadaSehat#SehatJasmani#SehatDemokrasi.
Dalam rilis Jumat (14/8/2020), juga diterima Spektrum Online, sembilan lembaga ini mengkampanyekan Pilkada Serentak 2020 penting untuk tetap dilaksanakan pada 9 Desember 2020. Pilkada serentak di 270 daerah termasuk 4 kabupaten di Maluku (Seram Bagian Timur, Kepulauan Aru, Buru Selatan, Maluku Barat Daya) harus di sukseskan bersama.
Dalil mereka, karena inilah momentum solidaritas politik untuk kebangkitan nasional melawan pandemi Covid-19.
“Sudah hampir enam bulan kita melewati ketidakpastian akibat krisis kesehatan yang disebabkan pandemi, lalu kita menghadapi krisis ekonomi dengan pertumbuhan minus yang mengarah ancaman resesi,” tulis sembilan lembaga tersebut.
Mereka mengajak seluruh pihak bergerak untuk bangkit bersama melampaui krisis ini. Karena itu, Pilkada Sehat adalah pilihan rasional menciptakan momen kebangkitan bangsa melalui agenda demokrasi.
Menyelenggarakan pemilu yang demokratis, mempraktikkan disiplin kesehatan secara ketat dan sungguh-sungguh, sekaligus menggerakkan aktivisme sosial ekonomi masyarakat dalam skala besar. Ketiganya harus tetap berjalan secara stimultan.
Mereka juga berharap, protokol kesehatan harus dapat diterapkan secara sungguh-sungguh dengan disiplin tinggi pada setiap tahapan pilkada untuk menjamin keselamatan pemilih dan penyelengara pemilu.
Pilkada sehat menurut mereka, harus menjadi gerakan nyata di masyarakat melalui tahapan-tahapan Pilkada agar setiap warga aware untuk mempraktikkan protokol kesehatan Covid-19 dengan saling melakukan dan saling mengawasi bersama-sama.
“Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2020 ini menciptakan peluang melalui event politik (pemilu) untuk melatih adaptasi kebiasaan baru secara konkrit, terukur, dan terawasi melalui pelaksanaan tahapantahapan pilkada dan hari pencoblosan secara lebih partisipatif dengan tuntutan sehat jasmani dan demokrasi,” tegas mereka.
Indonesia bukan satu-satunya negara yang tetap melaksanakan pilkada di tengah pandemi. Beberapa negara seperti Jerman (Bavaria), Prancis, dan Korea Selatan, tetap melaksanakan pilkada di tengah pandemi. Indonesia bisa merujuk dan mempelajari dari negara-negara tersebut.
Dengan diselenggarakannya Pilkada Serentak 2020 ini tidak hanya merupakan sarana untuk meregenerasi kepemimpinan politik di daerah, tapi sekaligus dapat memberikan legitimasi politik yang kuat bagi para pemimpin baru di daerah untuk merealisasikan program penanggulangan COVID-19.
Pada akhirnya, pelaksanaan Pilkada 2020 di tengah pandemi Covid-19 dan kondisi tekanan krisis ekonomi sekarang ini akan menguji sejauh mana ketahanan demokrasi (democratic resilience) bangsa ini.
Sukses Pilkada Serentak 2020 dapat menjadi instrumen untuk menarik kepercayaan publik dan masyarakat dalam mempertahankan iklim politik yang stabil dan sehat, sekaligus menjadi instrumen untuk mengukur sejauh mana ketahanan demokrasi bangsa kita dalam menghadapi badai krisis berlapis akibat pandemi Covid-19 ini.
“Ayo dukung dan jalankan #PilkadaSehat untuk mendorong Indonesia Sehat dan Indonesia Bangkit yang lebih maju dan demokratis! Salam sehat. Salam demokrasi,” seru mereka. (*/S-14)