AMBON, SPEKTRUM– Diprakarsai wali kota Ambon, Richard Louhenapessy, 63 istri prajurit TNI AD & AU beserta istri anggota Polres Ambon dan pulau-pulau Lease mengikuti pelatihan pembuatan cemilan kering yang diselenggarakan Malindo bersama Dinas Koperasi & UMKM Kota Ambon dan Provinsi, di aula Kantor Dinas Koperasi dan UMKM, Karang Panjang, Ambon, Kamis (10/6/2021).
Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 151 PD XVI/Pattimura, Dessy Silooy, Ketua Pia Ardhya Garini Cabang 7/D.III Lanud Pattimura, Elisabeth A. Dhewo, Ketua Bhayangkari Cabang Polres kota Ambon dan pulau-pulau Lease, Endah Leo Simatupang beserta istri Kepala Cabang Panin Bank dan Bank Modern dan Ketua Tim Penggerak PKK, Debby Louhenapessy ikut menyemangati peserta pada kegiatan itu.
Menurut Ketua Bhayangkari Cabang Polres kota Ambon dan pulau-pulau Lease, Endah Leo Simatupang, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat Ambon. Ia berterima kasih karena Bhayangkari cabang kota Ambon dan pulau-pulau Lease diajak ikut serta.
“ Menambah ilmu dan Insya Allah menambah income bagi keluarga besar kepolisian, terutama Polresta Ambon,” ungkapnya.
Ia berharap, setelah produksi, penjualannya bisa dibantu dari dinas kota sehingga perekonomian keluarga Polresta Ambon juga akan meningkat. Bahkan jika kualitasnya juga baik, dapat bekerjasama dengan Disperindag untuk pemasarannya.
Endah Leo Simatupang juga berharap antusias peserta tidak “panas-panas tahi ayam” tetapi terus berkelanjutan sampai produsen cemilan ini banyak dan menghasilkan, dinikmati bahkan dapat diekspor ke luar Maluku.
“ Tidak hanya di kota Ambon. Mungkin ke luar. Kalau bisa diekspor, luar biasa,” tandasnya.
Sedangkan Ketua Pia Ardhya Garini Cabang 7/D.III Lanud Pattimura, Elisabeth A. Dhewo berharap, peserta yang sudah mahir dapat menularkan ke anggota lainnya yang berminat sehingga dapat membantu perekonomian keluarga.
Sementara Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Koorcab Rem 151 PD XVI/Pattimura, Dessy Silooy mengusulkan, sebaiknya bahan baku diperhatikan untuk menjaga kontinuitas produksi dengan bertanam secara massif di lahan-lahan tidur yang belum dimanfaatkan. Ia menyebut Singkong harganya relative mahal yang dapat mempengaruhi margin laba kotor, apalagi kalau bahan baku didatangkan dari pulau Seram, butuh lebih banyak biaya transportasi pengangkutannya.
“Menggalakkan penanaman bahan bakunya. Solusinya bertanam sendiri sehingga harga bisa ditekan, produknya jadi bisa berkelanjutan dengan harga khusus dan bisa bersaing. Singkong dan Sukun, digalakkan setiap desa untuk menanam,” sarannya.
Bertanam sendiri bahan produksi, lanjut Dessy Silooy Ritiauw, juga dapat menghidupi masyarakat kota Ambon karena bisa menjual bahan mentah langsung kepada produsen cemilan pangan lokal maupun ke pasar.
“ Kalau hitung-hitungan harga kita di Ambon lalu kita kirim ke Jawa, jelas mental barang kita. Di Jawa semuanya lebih murah,” terangnya.
Ia juga menyoroti tentang harga kemasan, jika didatangkan dari luar Maluku, akan mempengaruhi harga produk cemilannya. Hal ini menurutnya juga harus dipikirkan bersama agar cemilan kering lokal ini benar-benar marketable dari sisi kualitas dan harga.
“ Kegiatan sangat bagus untuk mendukung perekonomian di Maluku. Mungkin bahan bakunya. Kemasan dengan harga sekian, itu sampai di sini harganya sudah lumayan kalau kita hitung-hitung,” jelasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Malindo, H. Sakarudin menyampaikan, desain kemasan sudah dikoreksi dan disetujui oleh Ketua TP PKK kota Ambon. Desain kemasan dengan nama “TORAKU” adalah singkatan dari Tortila Rakyat Ambon-Maluku. (HS-17).