AMBON, SPEKTRUM – Sampai hari ini pasien yang terkonfirmasi Covid-19 di wilayah Provinsi Maluku tercatat ada 14 orang. Dari 14 orang tersebut untuk kota Ambon khususnya ada 10 orang pasien terkonfirmasi positif terinfeksi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Sebelumnya 13 orang tapi kini bertambah 1 orang menjadi 14 orang.
“Dari 10 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 itu, Puji Tuhan dua orang sudah sembuh,” kata Walikota Ambon Richard Louhenapessy dalam jumpa pers yang digelarnya di lantai I kantor Walikota Ambon, Jalan ultan Hairun, Kecamatan Sirimau Kota Ambon, Provinsi Maluku, Jumat sore, (17/04/2020).
Walikota mengungkapkan dua pasien psoitif Corona yang telah sembuh tersebut adalah pasien 01 dan 02. “Yang Oma (74 tahun) beliau hari ini sudah bisa pulang ke rumah. Praktisnya, ada tujuh orang yang masih dalam perawatan, tetapi kondisi mereka cenderung semakin sehat,” jelasnya.
Penambahan satu orang pasein, menurut Walikota Ambon, setelah bersangkutan kembali dari tugas luar daerah. Sementara ini, lanjutnya, untuk PDP tetap dalam pengawasan Pemerintah baik Kota Ambon maupun Provinsi Maluku.
“Segala upaya kita lakukan supaya bisa menekan penyebaran Covid-19 di wilayah Kota Ambon. Saya terus control. Tim medis kami juga bekerja luar biasa. Terutama untuk mengadakan kegiatan tracking terhadap keluarga dan lingkungan bila ada yang terindikasi tertular. Tim tracking terus mengikuti jejak mereka yang kontak dengan pasien positif,” tuturnya.
Mulai hari Senin, kata dia, warga kota Ambon wajib menggunakan masker. Walikota pun sudah mengeluarkan surat edaran. Semua orang yang keluar rumah wajib menggunakan masker. Pemerintah sudah bagikan masker melalui lurah dan camat. Terutama kepada masyarakat yang kurang mampu. Hal ini dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Kami juga akan operasi terhadap pengguna masker dalam lima wilayah di kota Ambon. Ada lima tim bergerak di lima wilayah ini terdiri dari TNI, Polri, Satpol PP, dan petugas lainnya akan jalan dengan mobil. Bagi orang yang belum menggunakan masker, kita akan bagikan kepaa mereka secara gratis,” paparnya.
Hal ini juga sebagai edukasi terhadap masyarakat. “Kita berharap hal ini dapat menekan perkembangan Covid-19. Karena dari fakta yang ada, hampir seluruh yang terjangkit itu, mereka melakukan perjalanan dari luar. Cuma memang akibat mereka di Ambon terjadi transmisi local, baik di kalangan keluarga dan teman-teman dekatnya.
Dalam kaitan dengan itu, beberapa langkah juga ditempuh yakni memperbanyak isolasi mandiri. Ia merasa prihatin karena masyarakat juga tidak memiliki informasi yang cukup. Sehingga terjadi resistensi, pada waktu kebijakan untuk isolasi mandiri di sekolah A dan B, ada warga yang mau ikut tim dengan parang.
“Saya mau ajak mereka bersama tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat. Saya rapat dengan mereka mau sampaikan Covid-19 ini bukan aib. Ini penyakit biasa yang bisa kena siapapun. Jadi kalau misalnya kita ambil kebijakan isolasi mandiri, itu bukan karena mereka sakit. Ini mekanisme karena sesorang melakukan perjalanan dari luar Ambon, maka bersangkutan wajib diisolasi. Ini orang-orang sehat yang kita amankan. Kalau sakit tempatnya di rumah sakit. Ini hanya karena prosedur untuk dikarantina. Setelah 14 hari baru dia bisa pulang untuk bertemu dengan keluarga. jadi bukan orang sakit. Hanya karena baru datang dari luar Ambon sehingga perlu diiolasi,” pungkasnya. (S-14)