SOROT  

Usemahu : Program TEKAD Punya Tiga Komponen Penting

Bimtek Fasilitator Program TEKAD

AMBON, SPEKTRUM – Pada prgram Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) punya tiga komponen penting yang harus diperhatikan, yakni, pertama, pemberdayaan ekonomi desa, kedua kemitraan, atau kerjasama pengembangan eko ini desa, ketiga, pengembangan inovasi, pembelajaran dan kebijakan pembangunan.

“Itu adalah komponen TEKAD, yang sangat erat dengan lima program prioritas Nasional dalam RPJMN 2020-2024 dan juga dalam visi dan misi Gubernur Maluku maupun RPJMD 2019- 2025.
Jadi terkait dengan itu, dalam implementasi TEKAD, kita harus punya data yang konkrit, data aktual mikro pada desa-desa inti, supaya upaya pengembangan ekonomi di desa bisa berjalan dengan baik, berhasil berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Maluku, Ismail Ussmahu dalam sambutannya pada kegiatan Bimbingan Teknis Fasilitator Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD), Kamis (09/09/2021).

Peserta Bimtek Fasilitator TEKAD

Menurutnya, jika fasilitator punya data-data yang akurat, maka bisa dikerjakan keroyokan, intervensi baik dari seluruh OPD di kabupaten, kota Provinsi maupun di Kementerian dan lembaga, swasta.
“Kerja keroyok ini bisa memperat perkembangan ekonomi di desa.
Saya harap para fasilitator dapat memetakan rata-rata tersebut sehingga dalam merekomendasikan itu dapat berjalan dengan baik,” katanya.

Amanat UU Nomor 6 tahun 2014 tentang desa menjelaskan bahwa pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui kebutuhan-kebutuhan dasar, pembangunan sarana prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Usemahu menjelaskan, aspek penting dalam program pemberdayaan masyarakat harus direncanakan, dilaksanakan, dipelihara dan dinikmati masyarakat dengan memperhatikan sumber daya ekonomi lokal desa yang berimplikasi pada peningkatan pendapatan pemerintahan dan masyarakat desa.
“Membangun desa merupakan upaya untuk mengembangkan keberdayaan dan pembangunan masyarakat di bidang ekonomi, sosis, lingkungan dan kebudayaan,” jelasnya.

Dalam implementasi program, lanjut Usemahu, tidak cukup hanya menyediakan basis dukungan finansial kepada rakyat miskin tapi juga mendorong usaha ekonomi desa dalam hal membuka akses produksi, distribusi dan pasar bagi masyarakat desa.

Pembangunan dari desa merupakan visi yang dilakukan pemerintah melalui program dana desa sejak 2015 telah mendorong pembangunan yang masif di Desa.
“Langkah ini patut diapresiasi dan tentunya dilaksanakan dengan konsep strategis untuk mencapai hasil yang optimal,” katanya.

Sejak Januari 2018, pemerintah menetapkan pola baru dalam pemanfaat dana desa se Indonesia, difokuskan kepada Padat Karya Tunai atau yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat desa.

Program TEKAD dilaksanakan untuk memberdayakan masyarakat desa agar dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang cepat, memperluas usaha dan kesempatan ekonomi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan produk unggulan yang didukung dengan teknologi tepat guna.

Diharapkan rumah tangga di pedesaan memperoleh pendapatan stabil dan memadai dari pengembangan produksi berbasis ekonomi desa sehingga dapat mengembangkan mata pencaharian yang berkelanjutan dan memperoleh keuntungan melalui penguatan tata kelola di tingkat desa.
“Oleh karena itu saya sangat mengapresiasi dilaksanakannya Bimtek Fasilitator Program TEKAD sebagai upaya pengembangan usaha yang nantinya mampu berkontribusi terhadap pemberdayaan kelompok, sehingga dapat merubah kualitas hidup kelompok atau keluarga yang menjamin kesejahteraan masyarakat desa,” katanya lagi.

Bimtek Fasilitator Program TEKAD kepada fasilitator kabupaten dan kecamatan sebagai upaya untuk melakukan langkah strategis bagi pendampingan dan usaha ekonomi yang terintegrasi.
“Saya harapkan seluruh peserta Bimtek mengikuti kegiatan ini sungguh-sungguh dan serius serta berkomitmen untuk menindaklanjuti hasil kegiatan ini sekaligus mengevaluasi program kegiatan yang sudah berlangsung dan merevitalisasi kelembagaan di desa yang telah dibentuk dalam menangani pengembangan usaha ekonomi masyarakat di desa,” katanya berharap.

Dalam Bimtek ini diminta tambahan materi terkait dengan BUMDES dan SDG’s.
“Ini penting sehingga kita bekerja berbasis data. Apalagi kita tahu, dalam rangka menurunkan kemiskinan dan kemiskinan ekstrim di tahun 2024 harus 0 persen. Saat ini kemiskinan ekstrim masih 4 persen atau srkitar 9 juta jiwa,” ingatnya.

Apalagi Maluku memiliki desa inti, yang rata-rata statusnya Desa Tertinggal dan Sangat Tertinggal.
“Saya kira kemiskinan ekstrim banyak di situ, jadi diharapkan kita percepatan untuk data. Kami harapkan teman-teman fasilitator bisa bersinergi dari desa hingga kabupaten terutama kita tahu ada juga pendampingan P3MD. Saya kira bisa bersinergi supaya langkah ke depan bisa lebih baik kita harus bekerja keras, bergerak cepat karena star telah molor. Kerja keras, kerja cepat sehingga dapat hasil maksimal,” katanya bersemangat.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Produk Unggulan Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Semmy Leroy dalam arahannya menjelaskan ciri-ciri dari TEKAD, adalah pasar, pelaku bisnis, asosiasi spesifik, literasi keuangan mikro, pengarusutamaan peranan pemuda-pemudi dan perempuan.
Fasilitator sebagai ujung tombak, kinerja baik, evaluasi tiap tahun.
“Koordinasi kata sederhana mudah diucapkan tetapi penuh tantangan. TEKAD berkolaborasi dengan program yang sudah ada, ada yang terinisiasi secara sektoral, misalnya kampung hortikultura,” katanya.

Fasilitasi bentuknya portofolio bermitra dengan semua perguruan tinggi, asosiasi produksi, perdagangan, distribusi dan lainnya. (HS-16)