PIRU, SPEKTRUM – Masyarakat Seram Bagian Barat desa Elpaputih, Kecamatan Elpaputih, kini sementara membuka usaha arang tempurung atau yang kini disebut Briket Arang Batok. Menurut Herman Latekay, pemilik usaha Briket Arang Batok, untuk saat ini usahanya masih sekedar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai bahan baku karbon. Mengingat Arang batok saat ini merupakan salah satu kebutuhan penting di Indonesia, dan juga menjadi salah satu bahan expor penting Indonesia ke luar negeri yg biasa di sebut briket arang batok .
“Ya katong sementara kerja saat ini barus selesaii 40 ton. tapi ada sementara keja ini untuk memenuhi kebutuhan dalam Negeri sebagai bahan baku karbon . Selama ini masyarakat punya batok kalapa yg biasanya sisa asar kopra di bakar atau di buang bisa dikupas ambel batok atau tampurung untuk dijual sehingga satu hari anak2 atau Ibu2 bisa kumpul batok atau tampurung dan pendapatan berfariasi tepergantung tuan dusun kasi ijin tapi rata2 mereka mau karena dusun bersih timbang dengan harga 1kg 1000.00 ( seribu rupiah ) satu kilo itu hitunganya 6 -7 buah kelapa punya tampurung satu kilo,” jelasnya.
Yang terpentingkata dia, buah kelapa. Dia menjelaskan kalau kelapa hibrida 9-10 buah 1kg ..untuk tenaga pekerja dari pembakaran sampai giling jadi bahan jadi untuk diangkut itu 15 – 20 orang sitim borong kalau harian biasanya 1 hari Rp 100.000 pekerjaanya bisa perempuan anak2 khusus SMA pulang sekolah bantu orang tua dengan sistem borong juga bakar dan giling di hargai 1kg Rp 1000.00 seribu rupiah…jadi saat ini banyak Ibu2 rumah tangga merasa terbantu dengan hadirnya usaha batok ini karena pekerjaanya ringan dan tidak beresiko karena manual tidak gunakan mesin..pemiliknya Ferry dari Riau dan pabrik karbonya di Riau betta hanya pengawas atau membantu beliau untuk bagaimana masyarakat mendapat lapangan kerja yg sekarang sudah ada 40 Ton…mencapai seratus ton baru di angkut ke Riau, ujar Herman yang juga seorang advokad hokum ini (*)