Persidangan Jemaat Secara Digitalisasi
AMBON, SPEKTRUM – Panitia Persidangan ke 44 Jemaat GPM PNIEL Waiyame lakukan terobosan dengan melaksanakan seluruh proses pentahapan Persidangan Jemaat secara digitalisasi.
Dan ini pertama kali dalam sejarah pelaksanaan Persidangan Jemaat lingkup Gereja Protestan Maluku (GPM) dilaksanakan secara digitalisasi.
Ketua Panitia Pelaksana Persidangan Jemaat PNIEL ke 44, Levi Kariuw dalam laporannya menegaskan jika dalam persiapan sidang telah dipersiapkan dengan matang melalui pra sidang.
“Proses pengkajian tema dan sub tema telah dilakukan secara digital, jadi persidangan ke 44 Jemaat PNIEL GPM Waiyame menggunakan digitalisasi. Tidak ada materi yang disebar, semuanya menggunakan handphone, laptop dan dikirim secara online kepada seluruh peserta, termasuk absensi dilakukan secara google chrome, tidak ada kontak fisik, kerumunan karena menerapkan prokes,” katanya.
Menurutnya, apa yang dilakukan sesuai dengan tema GPM yakni transformasi digital dan itu dilakukan panitia.
“Mungkin kita panitia persidangan yang pertama kali gunakan digitalisasi di seluruh jemaat GPM yang lakukan persidangan secara digital,” ucapnya.
Selain itu, Panitia Persidangan Jemaat GPM PNIEL Waiyame juga agak berbeda dan menghadirkan konsep unik dalam pelaksanaan Persidangan Jemaat.
Sebab, ruang gereja yang biasanya dihiasi dengan hiasan yang identik dengan ceremoni kini berubah.
Panitia menghadirkan suasana Walang Sagu lengkap dengan pohon sagu, goti, tempat pengolahan sagu, tak ketinggalan aliran air ikut menemani.
“Salah satu fokus utama penanganan covid-19 adalah Ketahanan Pangan masyarakat dan kita kembalikan itu sebagai budaya orang Maluku yang sudah mulai hilang,” kata Kariuw.
Padahal, lanjutnya, pendahulu orang Maluku bertahan hidup dengan sagu dan itu hal biasa.
“Ketika masa pandemi ini, orang begitu ketakutan jika tejadi PPKM, orang sibuk antri di Super Market menimbun pangan padahal pangan lokal cukup berlimpah khususnya sagu yang prosesnya cepat dan praktis,” katanya.
Guna mengingatkan tentang ketahanan pangan, panitia sengaja mendisplay pohon sagu lengkap dengan proses pengolahannya untuk mengingatkan jemaat di kota bahwa pangan lokal khususnya sagu jika dikelola dengan profesional akan menjadi sumber ketahanan pangan handal serta mampu mendongkrak ekonomi masyarakat Maluku.
“Selain itu, jika dikelola secara profesional mampu mendongkrak ekonomi warga dengan menjadikannya potensi industri bagi masyarakat Maluku,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Majelis Pekerja Klasis (MPK) Pulau Ambon Utara (PAU), Prof. Agus Kastanya sebelum membuka Persidangan Jemaat tersebut mewakili Ketua Klasis PAU, menegaskan, untuk ke 44 kali Jemaat GPM PNIEL Waiyame menggelar persidangan jemaat sebagai pergumulan bersama di lima tahun kedua pengembangan GPM dalam TIK dan LIK 2016-2025.
“Pergumulan pada lima tahun pertama telah kita jalani. Untuk itu di empat tahun mendatang, GPM harus mewujudkan diri sebagai gereja yang melayani untuk memberitakan diri sebagai tahun Rahmat Tuhan,” katanya.
Menunju satu abad GPM di tahun 2035, maka ada beberapa hal yang mesti diperhatikan yakni, pelaksanaan persidangan dilaksanakan saat dampak pandemi Covid-19, tingginya kasus pelecehan seksual terhadap anak dan perempuan, narkotika dan bencana alam, tragedi kemanusiaan, dan kerusakan ekologi dan kenaikan suhu bumi dan perubahan iklim serta radikalisme agama. “Dalam persidangan ini kami tegaskan agar majelis jemaat, panitia pelaksana bersama semua peserta wajib laksanakan prokes,” tegas Guru Besar di Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon ini.
Ketua Majelis Jemaat PNIEL Waiyame, Pdt. L.W Laisila dalam sambutannya mengingatkan jika Jemaat PNIEL Waiyame memiliki gumulan selain soal keberadaan pandemi Covid-19 juga pembangunan Pastori serta masalah keumatan lainnya yang hanya dapat dilewati dengan kekuatan Tuhan.
“Ini yang membuat umat Tuhan bergumul dan berjibaku dalam mengambil langkah penting untuk menata dan menjalankan roda pelayanan gereja sehingga aktifitas gereja masih berjalan hingga saat ini,” katanya.
Khusus untuk persidangan, Laisila mengingatkan bahwa persidangan jemaat merupakan, evaluatif terhadap kinerja Majelis Jemaat selaku mandataris Persidangan Jemaat.
“Dalam melaksanakan seluruh keputusan persidangan baik program, keuangan dan rekomendasi serta sejumlah kebijakan yang pada tahun 2021 menjadi inspiratif pada sidang ini sambil tetap memiliki sprit berjalan bersama, berorientasi ke masa depan dengan mengacuh pada Renstra tahun 2021-2025,” katanya.
Menurutnya, sub tema yang diusung pada Persidangan Jemaat tahun 2022 ini merupakan perasan dari seluruh aktifitas yang akan terjadi pada tahun 2022 berdasarkan TIK dan LIK GPM.
“Selain itu sub tema juga memberikan inspirasi Theologi bagi kita dalam derap pelayanan sepanjang tahun 2022.
Dengan memperhatikan sub tema ini juga tantangan secara menyeluruh yang berada pada pusaran Covid-19 dan era digitalisasi merupakan hal mendasar yang menurut kami mesti diperkuat sepanjang tahun pelayanan 2022,” katanya.
Untuk memperkuat pelayanan maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, pembinaan keluarga, dengan mengoptimalkan Binakel yang dilaksanakan setiap Sabtu malam serta memulai aktifitas Buka Usbu dengan doa keluarga di setiap Senin Usbu yang baru.
Berkaitan dengan digitalisasi, maka akan tercipta perilaku puffin yang mempengaruhi komunikasi dan sentuhan dalam keluarga.
“Dalam persidangan ini juga harus mencatat dan memutuskan hal-hal tersebut agar perlaku puffin dapat dihindari dalam membangun komunikasi keluarga,” kata Laisila mengingatkan.
Selain itu, penguatan kapasitas pelayan dalam hal ini Majelis Jemaat, koordinator unit, sektor serta wadah pelayanan organisasi dan badan pembantu lain mesti didorong dan dikuatkan, serta memperkuat pastoral gereja yang mestinya dilakukan secara sungguh-sungguh dan terukur.
“Misalnya pelayanan pastoral yang lazimnya dilakukan dua kali setahun akan dilakukan empat kali dan telah dilakukan sejak tahun 2021,” katanya.
Laisila juga mengingatkan peserta sidang untuk mengoptimalkan Klinik Pastoral yang telah dijadwalkan setiap Selasa hingga Sabtu pukul 10.00 hingga 13.00 wit di Kantor Jemaat, serta optimalkan pastoral pasca pemberkatan nikah serta asca emakaman keluarga yang meninggal.
Serta perkuat pemberdayaan keluarga terfokus pada basis data jemaat yang mesti diintervensi gereja.
“Hal ini berpengaruh pada data kuota bantuan misalnya, beasiswa, bantuan bagi keluarga tertentu, bedah rumah juga kesehatan yang telah menjadi bagian tanggungjawab gereja kepada jemaat,” katanya mengingatkan.
Sedangkan Sekretaris Camat Teluk Ambon, dalam sambutannya menegaskan jika ada tuntutan kelembagaan gereja yang harus dieksekusi dengan dinamisasi umat yang digerak dengan progres yang begitu cepat.
“Persidangan jemaat merupakan media evaluasi kebutuhan persekutuan dan pelayanan GPM khususnya di Jemaat PNIEL. Realita pelayanan jemaat GPM Waiyame yang menantang dengan tingkat keberagaman yang tinggi merupakan kekayaan yang besar sekaligus tantangan bagi gereja dan pemerintah untuk mendorong tugas pemerintahan dan gereja yang terus berlangsung dari waktu ke waktu karena pola hidup masyarakat dan jemaat yang terus mengalir secara global,” katanya.
Seluruh kegiatan Persidangan Jemaat mulai dari Ibadah Minggu hingga prosesi Persidangan Jemaat dilakukan menggunakan Litergi Etnik Budaya Lokal Maluku serta menerapkan protokol kesehatan yang ketat. (tim)