-Penyelenggara Dilarang Masuk ke Desa Kataloka
BULA, SPEKTRUM – Satu hari menjelang pencoblosan, suasana Pilkada Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) kian memanas dan menyeramkan. Aksi kekerasan fisik pun sudah terjadi, Selasa (8/12). Pelaku (oknum) adalah pendukung dari pasangan calon Bupati-Wakil Bupati SBT, Abdul Mukti Keliobas – Idris Rumalutur.
Aksi kekerasan fisik atau penganiayaan ini dilakukan oknum pendukung Mukti-Idris terhadap Ketua Panitia Pemungutan Suara Desa Kataloka (korban), pada Selasa (8/12). Pengakuan ini disampaikan Anggota PPS Desa Kataloka Jainudin Litiloly, kepada Spektrum melalui sambungan telepon, Selasa (8/12).
Jainudin menerangkan kronoligis pemukulan atau penganiayaan terhadap Ketua KPPS Desa Kataloka Raiz Tuhuteru, awalnya karena masyarakat tidak mau kotak suara di tempatkan atau di simpan pada rumah Ketua PPS.
Sebaliknya, oknum masyarakat (pendukung Mukti-Idris) itu, menghendaki agar kotak suara disimpan di rumah kepala dusun. Tetapi anggota PPS bertahan atau tidak mau ambil risiko. Karena pelaksanaan verifikasi dan pemungutan suara tanggungjawabnya adalah Ketua PPS, bukan kepala dusun.
“Karena ini berdasarkan SK. Masyarakat tetap tidak menerima dan langsung menghajar PPS, dan akhirnya terjadi kontak fisik. Mereka memukul Ketua PPS Kataloka, Raiz Tuhuteru,” ungkap anggota KPPS Desa Kataloka Jainudin Lititoly.
Karena sudah terjadi aksi kekerasan fisik itu, PPS kemudian lakukan negoisasi. Apakah kotak suara bisa di simpan oleh kepala dusun atau bagaimana? yang penting kotak lainnya bisa didistribusikan ke KPPS.
Karena keterbatasan waktu dan undangan harus disebarkan ke pemilih. PPS diberikan kesempatan namun setelah kembali dari PPS 7, anggota PPS kembali mengatur ulang. Setelah selesai menyerahkan kotak suara di TPS 7 KPPS langsung balik.
“Kita harus tegakan aturan. Siapapun yang mau menggagalkan pelaksanaan Pilkada. Tapi masyarakat tidak mau terima dan kotak suara untuk Desa Kataloka harus dibawa, dan masyarakat harus diarahkan ke Kataloka untuk coblos. PPS bertahan, dan akhirnya Ketua KPPS dipukul,” jelasnya.
Baca Juga: Paksakan Noken, MK Tebar Ancaman, Desa Amarsekaru Ditutup
Kami saat ini (penyelenggara), lanjut Jainudin, tidak bisa lagi melewati Kataloka. Karena dijaga pendukung MK. Padahal tanggungjawab pemungutan dan perhitungan suara ada di TPS.
“Pelaku yaitu tim sukses Mukti Keliobas yakni Faris Suwakul dan Hassan Basry Suwakul. Adik kakak. Polisi untuk pengamanan hanya satu orang yang ada di sana. Makanya kita kekurangan tenaga pengamanan. Untung ada TNI kalau tidak mungkin tambah parah,” bebernya.
Lebih jauh Jainudin menjelaskan, Selasa pagi (8/12), Ketua dan anggota PPS telah siap di Kantor Camat Gorom untuk persiapan distribusi logistik Pilkada. Tidak lama kemudian salah satu anggota masyarakat atas nama Hassan Basry Suwakul datang protes terkait kotak suara di TPS 05 Desa Kataloka.
Ada pembicaraan antara Hasan Basri Suwakul dengan Ketua PPS terkait masalah KPPS dan sebagainya. Selaku Ketua KPPS Rais Tuhuteru, menjelaskan jika nama pemilih telah ditempel pada Sekretariat PPS Kataloka.
“Kalau nama tidak ada nama silahkan lihat didaftar yang telah di tempel itu. Setelah itu, HS keluar dari ruangan itu. Tapi sekitar satu jam kemudian, kakak dari AHS yaitu Farid Suwakul datang ke Kantor Camat langsung menemui Ketua PPS, dan diajak untuk berdiskusi jika ada masalah,” jelas Jainudin meniru keterangan Ketua KPPS Ktaloka kepada Hasan Basri Suwakul.
“Saya menjelaskan sesuai pentahapan Pilkada. Namun Farid Suwakul tidak mempercayai penjelasan yang diberikan bahkan menuding jika penyelenggara telah melanggar aturan dan sebagainya,” jelas Jainudin mengutip keterangan Ketua PPS Kataloka, Raiz Tuhuteru.
PPS juga menjelaskan, jika ada penyelenggara Pilkada yang kerja tidak sesuai aturan dan prosedur, maka yang berkeberatan silakan buat laporan ke Panwas.
Tidak menerima penjelasan tersebut, lanjut Jainudin, Haris langsung mencekik leher Ketua PPS Kataloka. Setelah itu, yang bersangkutan pulang dan sekitar jam 12.00 WIT, dirinya ditelepon pimpinan PPK agar datang dan mendistribusikan kotak suara milik Desa Kataloka.
Didampingi dua anggota PPS Kataloka lainnya, maka pihaknya langsung mendistribusikan kotak suara dari PPS 1, 3, 4 dan 8. Selanjutnya menuju ke TPS 5 yang bermasalah, karena tempat tersebut dipalang dengan menggunakan mobil dan kayu.
“Sampai di sana, sejak dari ujung kampung Farid Suwakul telah palang jalan menggunakan mobil pick-up hitam. Selaku Ketua PPS, Raiz langsung menghampiri Farid dan mengatakan dirinya diperintahkan KPU untuk menyerahkan kotak suara di PPS hari ini. Saya tidak punya urusan dengan siapapun. Tidak terima dengan penjelasan tersebut, Farid langsung layangkan pukulan dan kemudian warga berdatangan dan hendak memukulnya. Namun ada sebagian masyarakat yang melerai,” ungkap Jainudin.
Baca Juga: Ketua DPRD Maluku Minta Kapolda Tambah Personil ke Pulau Gorom
Maunya Farid, lanjut Jainudin, kotak suara dibawa ke kepala dusun. Padahal telah dijelaskan jika untuk memindahkan lokasi TPS bukan kewenangannya. Sebab, kewenangannya hanya menyerahkan kotak suara ke KPPS, dan nantinya akan ditentukan Ketua PPS dengan anggota yang berembuk untuk menetapkan lokasi.
“Tapi yang bersangkutan (Farid Suwakul), tidak mau. Kondisi sudah membaik. Namun saat ini penyelenggara dilarang masuk ke Kataloka karena diancam. Setelah insiden pemukulan dan pemalangan jalan, sudah ada penambahan personil sekitar 45 orang,” terang Jainudin Litiloly. (TIM)