AMBON, SPEKTRUM – Lenny Syaranamual Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) menanam sekitar 1000 anakan kayu gaharu di lahan miliknya. Penanaman anakan pohon gaharu tersebut dilakukan untuk memotivasi dan mengedukasi masyarakat petani agar lebih paham soal budi daya pohon gaharu.
“Selaku Kepala KPH SBB harus berjuang keras agar semua tanaman gaharu yang telah siap diinokulasi menjadi perhatian masyarakat. Pada fase ini saya hadir memberikan semangat dan mengedukasi masyarakat Rumberu melalui surat permohonan yang ditandatangani Kepala Desa Rumberu, saya memperoleh kesempatan menanam anakan gaharu, sekitar 1000-anakan,” kata Syaranamual kepada Spektrum saat menyambangi Kantor Redaksi Spektrum di Halong Kecamatan Baguala Kota Ambon, Rabu (14/06/2023).
Dikatakan, sejumlah besar anakan gaharu mati kekeringan lantaran kondisi cuaca serta tindakan pennyiraman yang tidak kontinyu.
Tujuan penanaman anakan gaharu di lahan miliknya yaitu memfaslitasi masyarakat agar bisa melihat ketika pimpinan KPH bisa bergabung menanam gaharu berarti ini bukan sesuatu yang biasa karena ada tujuan untuk jangka panjang.
Dijelaskan, KPH SBB selalu membaca peluang dan salah satunya ketika pemerintah menyiapkan bibit gratis untuk dibagikan kepada masyarakat yang memiliki minat tanam.
Sambil mengedukasi agar masyarakat melihat hutan sebagai suatu kondisi yang harus dihijaukan dengan beberapa anakan yang disiapkan pemerintah baik melalui Dinas Kehutanan Provinsi Maluku maupun UPT Kementerian BAPEDAS HL Waengapu Batu Merah.
“Saat ini perlu kami jelaskan KPH SBB melalui program kehutanan sosial telah memiliki 41 Kelompok Tani Kehutanan Sosial,” kata Syaranamual.
Dengan jumlah tersebut kedepan hutan sudah bisa dikelola secara baik, permasalahannya harus disampaikan bahwa anggaran dan kemampuan berpikir masyarakat terbatas.
“KPH hadir sebagai orang-orang yang bisa mendampingi masyarakat membangun pola pikir. KPH SBB saat ini memiliki delapan orang pendamping dan dari jumlah tersebut belum cukup karena membangun pola pikir untuk menanam bagi masyarakat petani khususnya di Pulau Seram itu tidak mudah,” kata Syaranamual.
Salah satu peluang yang bisa dilakukan adalah mengusulkan bantuan bibit gratis untuk masyarakat SBB. Namun ini juga belum berjalan maksimal lantaran masyarakat melihat jenis bibit.
“Jika bibit yang diberikan membutuhkan perawatan, ada fase penyuntikan maka masyarakat petani tidak berminat. Petani lebih berminat pada bibit yang ditanam walau tanpa perawatan sudah bisa menghasilkan. Itu watak masyarakat Seram yang harus diubah jangan sampai terlambat.
Anakan gaharu lanjutnya, kalau dihitung hingga saat ini, tidak sedikit yang telah ditanam masyarakat. Tetapi yang menjadi masalah ketika anakan gaharu telah mencapai umur untuk disuntik atau diinokulasi, muncul pertanyaan, siapa yang harus melakukannya, darimana dana karena proses ini membutuhkan dana yang tidak kecil. Karena sudah beberapa kali ada penelitian dan uji coba serta riset dan gagal.
“Kedepan kalau kita diberikan kesempatan untuk mendapatkan tim ahli yang bisa membantu melakukan inokulasi maka ini awal yang lebih baik, sudah kita pikirkan dan itu menjadi awal dimana KPH memberikan himbauan untuk bersama-sama menanam gaharu. Supaya pemahaman masyarakat Seram menyangkut pengambilan kayu di kawasan hutan semakin hari semakin berkurang,” katanya.
Dengan sendirinya kata Syaranamual, peran serta masyarakat untuk menjaga agar hutan tetap hijau dan lestari tidak mustahil akan menjadi kenyataan. (HS-16)