28.1 C
Ambon City
Jumat, 4 Oktober 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kunjungi Aru, Uskup Minta Tingkatkan Solidaritas Toleransi Beragama

DOBO, SPEKTRUM – Uskup Diosis Amboina, MGR. Seno Ngutra, MSC berkunjungan ke Kabupaten Kepulauan Aru, Kamis, (02/6/2022).
Di bumi ‘Jargaria Sarkwarisa’ itu dia inginkan solidaritas toleransi umat beragama selalu ditingkatkan.

“Saya harus mengakui kesoliditasan umat beragama bukan saja di Dobo tapi ke Selatan, Utara dan Aru Tengah di Kabupaten Kepulauan Aru ini tetap mempertahankan dan meningkatkan solidaritas toleransi antar umat beragama. Karena orang tua-tua kita sudah lebih dulu membuatnya,” kata MGR. Seno Ngutra di Gereja Eden, Klasis GPM Pp-Aru.

Ngutra menuturkan, kakek-neneknya yang di Kei, Kabupaten Malra berasal dari Gereja Protestan Maluku (GPM), sedangkan saudara-saudara kakek-neneknya adalah beragama Islam.

“Jadi, saya sudah tidak kaget lagi dengan yang namanya toleransi, karena kami di Tual-Kei dari Protestas dan Muslim. Kami sangat menjunjung tinggi toleransi beragama di kehidupan kami. Saya lebih bergaul dengan orang-orang Protestan di Ohoitel bagian bawah,” tutur Ngutra mengenang.

Kedatangannya ke Aru tidak sendirian namun bersama Ketua Sinode GPM, Ketua MUI Maluku, Ketua Parisada Hindu, dan sejumlah petinggi tokoh lintas Agama lainnya.

Rombongan Uskup Seno Ngutra juga didampingi Bupati Kepulauan Aru, dr. Johan Gonga, Wakil Bupati, Muin Solgarey, SE, Ketua DPRD Aru.

Di gedung Gereja GPM Eden Dobo, Uskup Diosis Amboina disambut dengan tarian Cenderawasi. Sebelum masuk rombongan Uskup Seno Ngutra disuguhi sambutan dari Ketua Mejelis Jemaat GPM Dobo, Pendeta J. Lokollo bersama seluruh Majelis di Klasis Pp-Aru.

Ketua Majelis Jemaat GPM Dobo, Pdt. J. Lokollo saat menerima kunjungan Uskup Diosis Amboina mengakui jika kunjungan Uslup dan rombongan merupakan kehormatan dan berkat bagi jemaat di Dobo.

“Kami bersyukur sekali, karena rasa persaudaraan di bumi ‘Jargaria’ ini bisa dirasakan. Kunjungan Uskup Diosis Amboina kiranya membuat perubahan bagi umat beragama di tanah ‘Jargaria’ ini. Kami doakan, kira Tuhan sang Kepala Gereja memberkati dan menjaga serta memberi kekuatan bagi kita semua,” kata Lokollo.

Selanjutnya, Uskup Seno Ngutra didoakan dan diberkati oleh seluruh Pendeta dan Majelis Jemaat Klasis GPM di Dobo.

Di hadapan Jemaat GPM Eden, Uskup memaparkan dua program prioritasnya yakni, pertama menjaga toleransi antar umat beragama, dan kedua, Program Anak Lintas Agama.

“Dengan dunia anak-anak mereka bernyanyi, bergembira dan tanpa anak-anak bertanya dari mana, dari agama apa, dari geraja apa. Hanya ada kesukaan dan kegembiraan terpancar dari wajah anak-anak. Ini sangat alamiah dari anak-anak kami ini,” kata Seno.

Usai di Gereja Eden, rombongan Uskup Diosis Amboina ini mengunjungi Seminari dan Rukun St. Rafael, yang dipusatkan di gedung Seminari Dobo.

Setelah itu rombongan menuju kediaman Keuskupan Dobo dengan berjalan kaki.

Setibanya di kediaman, Uskup Seno Ngutra lalu berdoa dan memberkati Kabupaten Aru seluruh masyarakat Kabupaten Aru.

Uskup juga mengunjungi Rukun-Rukun yang ada di Kota Dobo.

Selanjutnya, Jumat, (3/6/2022) Uskup mengikuti halal bi halal 1443 Hijriah bersama masyarakat Kerukunan Keluarga Kei Domisili Aru (KKKDA) di Dobo.

Perayaan Halal Bihalal 1443 H berlangsung Jumat, (3/6/2022) di lapangan Yos Sudarso Dobo ini, dihadiri Uskup Diosis Amboina, MGR Seno Ngutra, Ketua Sinode GPM, Ketua MUI Maluku, Sekretaris Parisada Hindu Dharma, Bupati Kepulauan Aru, dr. Johan Gonga bersama isteri, Wakil Bupati Muin Solgarey, SE dan isteri, Ketua DPRD Aru, para Tokoh Agama di Aru, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, para tamu dan sejumalah undangan lainnya, serta masyarakat yang ada di Kota Dobo.

Kesempatan itu, DR. Muhammad Rahanyamtel, M.Thi dalam Hikmanya bahwa ada 3 (tiga) hal penting halal bi halal yakni, bermakna hal-hal yang dilarang agama, budaya dan dilarang negara (pemerintah).

Kedua bermakna, memiliki ketulusan hati terhadap hal baik untuk orang lain, dan ketiga, bermakna mempunyai nilai positif bagi tubuh demi kehidupan.

“Sesuatu yang halal pasti baik. Ada hal-hal yang dilarang karena tidak halal. Jika ada yang melanggannya, otomatis ada sanksinya. Jadi sesuatu yang halal baik bagi kepentingan bersama,” kata Rahanyamtel yang juga Ketua MUI Kota Ambon.

Menurutnya, para Proklamator telah menetapkan halal bihalal sebelum, dan hingga kini tetap dilaksanakan. “Pada saat dalam kemerdekaan, para Proklamator melalui Presiden RI, Ir. Soekarno menetapkan halal bihalal bersama para Ulama sebelumnya. Kita terus menjalankan dan mempertahankan hingga kini,” akuinya.

Kesempatan itu juga, Uskup Diosis Amboina, MGR. Seno Ngutra juga merasa bangga dan bersyukur, karena dalam kunjungannya, dirinya bersama-sama dengan masyarakat Kepulauan Aru, khususnya masyarakat KKKDA di tanah ‘Jar Garia’ merayakan Halal Bihalal 1443 Hijriah.

“Ini sebuah momen penting sebagai orang bersaudara dengan berpegang pada semboyan ‘AIN NI AIN’, yang berada di bumi ‘Jar Garia’ ini. Kita bukan lagi sebagai anak atau masyarakat Kei, tetapi masyarakat Aru keturunan Kei. Karena itu kita harus bersama-sama bergandengan tangan membangun Aru bersama Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru,” kata Ngutra.

Ngutra berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru bersama jajarannya yang dengan tulus telah memberi kesempatan melaksanakan kegiatan dimaksud.

“Ini patut kita mengapresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru yangmemberi kesempatan untuk melaksanakan halal bihalal 1443 hiriah ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah mendukung hingga terlaksananya kegiatan tersebut. Juga terima kasih kepada TNI/Polri yangterus memberi respon positif untuk acara ini,” tandas Uskup.

Dia menambahkan, masyarakat KKKDA harus berpegang dan patuh kepada Adat, Pemerintah dan Agama yang istilahnya ‘APA’. Karena dengan pijakan dan terus mengingatnya, maka akan memberi perubahan bagi diri pribadi maupun pembangunan daerah.

“Saya istilahkan dengan APA. Yang artinya, kita sebagai masyarakat selalu patut dan taat kepada adat kita. Karena orang tua kita telah menetapkannya bagi anak-cucu. Kemudian Pemerintah. Sebagai masyarakat juga harus taat kepada pemerintah dan bersama pemerintah ikut membangun daerah. Lalu Agama. Setelah Adat dan Pemerintah, kita harus bersyukur pada Tuhan Allah, karena kita memiliki Agama,” kata Ngutra lagi. (HS-05)

Berita Terkait

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles