–Jaksa: Hati-Hati, Harus Formil Kerjanya
Kongkalikong antara pihak BP2JK Wilayah dan Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (PPW) Maluku pemilik proyek Marine Centre Universitas Pattimura (Unpatti) Tahap II terbukti, Kabar pemenang lelang sudah diatur sebelumnya kini terbukti. Mereka terkesan gelap mata.
AMBON, SPEKTRUM – Borok itu terbongkar. Penetapan pemenang lelang dilakukan malam hari.. Rabu (17/06/2020) pihak BP2JK wilayah Maluku telah mentapkan Nailaka Indah PT, sebagai pemenang lelang paket proyek Marine Centre Universitas Pattimura (Unpatti) Tahap II itu. Dengan sendirinya hal tersebut memperkuat data yang diperoleh Spektrum.
Kabar Mansyur Banda memiliki kedekatan dengan Kepala Balai PPW Maluku, Abdul Halil Kastella, bukan basa basi. Walhasil, PT. Nailaka Indah di paket proyek Media Centre Unpatti Tahap II ditetapkan sebagai pemenang lelang dengan Penawaran Rp.32.828.047.851,12, dan Penawaran Terkoreksi Rp.32.828.047.851,12.
Posisi kedua PT. Ardi Tekindo Perkasa dengan penawaran Rp 33.537.582.965,51, dan penawaran terkoreksi Rp 33.537.582.965,51. Urutan ketiga PT. Qirelis Mandiri Jaya nilai penawaran Rp.33.999.992.341,42, dan penawaran terkoreksi Rp.33.999.992.341,42.
Pihak BP2JK Wilayah dan Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (PPW) Maluku terkesan gelap mata. Kepala Tata Usaha BP2JK, Iskandar dituding operator lelang. PT.Nailaka Indah diduga sudah diatur untuk dimenangkan.
Sebab pembangunan Marine Centre Unpatti Tahap I sudah dikerjakan Hans Tanujaya alias Be Hai. Hai menggunakan perusahaan PT.Bumi Aceh Citra Persada. Tahap I sudah dilaksanakan, dan kini memasuki pembangunan Tahap II, yang baru saja dimenangkan oleh Nailaka Indah PT.
Data LPSE sebelumnya diketahui dari 127 perusahaan yang terdaftar, hanya 10 perusahaan yang memasukan dokumen penawaran. Paket ini bersumber dari APBN dengan Pagu Rp38.729.350.000,00, sementara nilai HPS Paket Rp 37.682.616.961,81.
Perusahaan yang memasukan dokumen penawaran masing-masing, PT.Sarana Multi Karya Indonesia, dengan nilai penawaran Rp.30.144.147.709,86, PT.Citra Putera LA Terang dengan nilai penawaran Rp.30.146.093.569,45, kemudian PT.Mari Bangun Nusantara dengan nilai penawaran Rp.31.080.860.406,19, disusul PT.Bhineka Konstruksi Rp.32.250.950.285,71, di posisi kelima ada PT.Nailaka Indah dengan nilai penawaran Rp.32.828.047.851,12.
Posisi keenam PT.Trisna Karya dengan nilai penawaran Rp.33.099.310.617,37, kemudian PT.Ardi Tekindo Perkasa menawar Rp.33.537.582.965,51, selanjutnya PT.Verbeck Mega Perkasa dengan nilai penawaran Rp.33.706.084.400,60, di posisi kesembilan ada PT.Qirelis Mandiri Jaya dengan nilai penawaran Rp.33.999.992.341,42 dan PT.Bola Bakti Mas diposisi terakhir dengan nilai penawaran Rp.36.468.194.536,40.
Sumber Spektrum di BP2JK Provinsi Maluku telah mengungkapkan, proyek ini sejak awal diarahkan kepada Mansyur Banda. Mansyur adalah, bos PT.Nailaka Indah. Kontraktor ini punya kedekatan sejak lama dengan Kepala Balai PPW Maluku, Abdul Halil Kastella.
“Paket ini sudah diarahkan sebelum lelang dimenangkan oleh Mansyur Banda, sebab Mansyur orang dekatnya Kepala Balai PPW Maluku, Abdul Halil Kastella. Di tahap pertama tahun lalu dikerjakan Be Hai (Hans Tanujaya) memakai perusahan dari luar,” kata sumber itu.
Dia menyebutkan, walaupun tidak memenangkan pembangunan. Marine Centre Unpatti Tahap II, bukan berarti Be Hai alias Hans Tanujaya tersingkir. Sebab Be Hai disebut-sebut adalah kontraktor kesayangan Kepala Balai BP2JK Provinsi Maluku, Sutopo.
“Be Hai diarahkan untuk proyek pembangunan di IAIN Ambon yang baru dilelang. Nanti pantau saja, pasti yang menang di Unpatti itu Mansur Banda sementara di IAIN Ambon pasti Be Hai,”tukasnya.
Konspirasi jahat ini kian tertutup. Mereka diam, dan tak ingin bicara. Baik BP2JK maupun Balai Ciptak Karya. Iskandar, KTU BP2JK Wilayah Maluku saat dihubungi enggan berkomentar banyak. Jawabanya hanya singkat.
“Atur waktu, nanti kita ketemu kawan,” begitu kalimatmya saat dihubungi Spektrum terkait pertanyaan tersebut. Berselang waktu, reporter media ini terus menghubungi Iskandari melalui pesan Whatsapp hingga menelepon di selulernya. Sayngnya, KTU BP2JK itu tak menjawab panggilan tersebut.
Begitupula, Kepala Balai Prasarana Pembangunan Wilayah Maluku, Jalil Kastela yang dihubungi Spektrum melalui panggilan telepon maupun pesan WhatsApp, juga tidak direspon. Padahal, nomor Kastela sementara aktif (online).
Kastela: Memang Saya Ini Tuhan
Sementara, Hans Tanujaya alias Be Hai. Hai menggunakan perusahaan PT.Bumi Aceh Citra Persada yang diduga dekat dengan Kepala BP2JK, Sutopo. Be Hai sebelumnya sudah menangani paket proyek di IAIN Ambon.
“Kalau dibilang dalam paket tender nanti pak Hai (Be Hai) menang siapa yang bisa menentukan ini. Memangnya saya ini Tuhan!” jawab Kepala Balai PPW Maluku, Halil Kastela kepada Spektrum, Kamis (18/06/2020).
Ia balik bertanya kesepakatan untuk memenangkan Be Hai itu apa? Kepala BP2JK, Sutopo memang harus selalu koordinasi antara sesama Kepala Balai seperti Bina Marga, Cipta Karya, dan lainnya harus saling kerjasama. Jika proses lelangnya lambat, maka akan kena masalah dan perkerjaanya juga akan terlambat.
“Pelaksananya jelek, maka kita peroleh kualitas lelang jelek juga. Otomatis kita akan beri rekomendasi. Oh, ternyata kontraktor hasil lelang tidak punya kualitas, karena out put yang mau kita peroleh itu harga dan kualitas ,karena yang mau kita dapat adalah harga dan kualitas. Ngapain saya harus ngatur-ngatur, karena kita harus mencari harga dan kualitas itu. Seandainya nanti BP2JK dan kontraktor tidak berkoordinasi dan kontraktor yang sama masuk juga, maka mau jadi apa pembangunan di Maluku,” kilah dia.
Soal Hai, lanjut dia, baru pertama kali masuk kerja di zaman Kastela dan langsung dapat kerjaan di Unpatti. Sedangkan, beberapa kontraktor yang mengerjakan sekolah dan lainnya, gara-gara mereka anggaran sebesar Rp.200 miliar tidak masuk di Maluku.
Apakah itu yang kita mau? Ada beberapa sekolah di kabupaten cuma dua yang selesai yaitu, di Buru dan Buru Selatan itu yang kerja H. Mansyur Banda sama Jhony Liando. Sedangkan tujuh lainnya tidak ada yang selesai.
“Apakah orang yang merugikan Maluku mau kita pakai lagi! Kalau mereka mau ikut lagi terserah. Tapi kita sudah tahu kualitas pengusaha yang akan membangun Maluku, terlepas jika dia meminjam bendera dari luar, terlepas dari itu. Kalau kualitas kita tetap diutamakan. Karena tahun 2019 saat balai terbentuk kita yang buka jalan buat bangun sekolah dan sebagainya yang dipercayakan Dikti dan Diknas ke kita maka tetap kualitas yang kita utamakan. Kita mengevaluasi kinerja tiap kontraktor, hasil evaluasi kita sampaikan ke kepala BP2JK,” kata dia.
“Kalau pada akhirnya menang namun tidak betkualitas maka kita sampaikan ke BP2JK kalau anda berikan kita produk gagal semua. Buktinya, Maluku tidak dapat dana Akibat kontraktor yang tidak berkualitas, terlepas dengan mereka main di pusat, mereka main atau tidak saya tidak tahu tapi saya mau kualitas yang bagus,” tambahnya.
“Kalau saya berikan masukan hal itu wajar, selaku kepala Balai. Dibilang saya tukar guling proyek, saya punya proyek ngapain saya tukar guling, ngapain juga saya punya ratusan miliar ngapain saya main fee 3 persen, ngapain juga. Saya ini berdarah-darah cari anggaran di pusat ngapain juga harus terima fee 3 persen apalagi dengan cara patok segala. Output saya tetap kualitas,” katanya.
Soal kemenangan Be Hai di proyek IAIN, yang diduga ada kesepakatan sebelumnya, Kastela menyebut, mestinya kalau bilang ada kesepakatan berarti harus ada hitam di atas putih. Jadi itu tidak benar.
Logikanya, kata dia, kalau Hai kerjakan proyek yang akan dilakukan, dia punya ‘pacing plan’, dia punya peralatan yang dibutuhkan dalam proses lelang, kalau dia ikut proses lelang apakah dia salah? Kan tidak. Apalagi kita telah menguji dia saat kerja di Unpatti.
“Kita ini tiap bulan laporkan progres ke Jakarta. Kita tahu kualitas pekerjaan dan mobilisasi material, tenaga, siapa yang bagus. Maluku ini orang yang bekerja dari sisi pendidikan apalagi BG 007 (Bangun Gedung 007) ini spesialis tidak sembarang orang bisa masuk. Jadi, kalau H. Mansyur, terus kontraktor yang di Bursel masuk, Hai masuk yang kita anggap bekerja di 007 itu wajar, karena telah punya pengalaman,” tuturnya.
“Kalau orang luar yang tidak memenuhi kualifikasi 007, apakah lantas orang ini, yang istilahnya berteman baik dengan saya atau lainnya. Tapi jika mereka bekerja tidak betkualitas, maka saya akan beri rekomendasi. Hai itu tidak mungkin ikut tender proyek tahap II Unpatti, karena pekerjaannya belum selesai. Jadi, sesuai aturan tidak bisa,” jelas dia.
Sementara pihak BP2JK yang berusaha dikonfirmasi sulit di hubungi. Mereka terus bungkam. Sikap dua lembaga ini, justeru mendapat perhatian dari Kejasaan Tinggi (Kejati) Maluku. Mereka menyebut hati-hati dalam bekerja, karena bisa saja berdampak hukum.
“Maka dari itu pesan kami, ini karena masih lelang dan kami tidak berada di situ. Dari segi supremasi hukum, kami harap kerjanya harus formil. Hati-hati bisa saja nanti jadi masalah. Ini proyek pemerintah, uang negara,” tandas Asisten Intelejen Kejati Maluku, M. Iwa kepada Spektrum kemarin. (S-07/S-14/S-05)