Dana Rp 1 Miliar Ludes
Program Pengembangan Kampung Inggris Berbasis Wisata milik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Maluku. Program ini dicanangkan Pemerintah Provinsi Maluku. Program ini terinspirasi dari Basic English Course (BEC) Pare-Kediri, Provinsi Jawa Timur yang didirikan oleh Kalend Osen. Lantas adakah Kampung Inggris milik Disdikbud Maluku ataukah fiktif?
AMBON, SPEKTRUM – Penelusuran Spektrum, pencanangan kampung Inggris Berbasis Wisata dicanangkan era Pemerintahan Provinsi Maluku di bawah kendali Gubernur-Wakil Gubernur Maluku, Said Assagaff dan Zeth Sahuburua, Periode 2013-2018. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku saat itu adalah M. Saleh Thio.
Kabarnya dua lokasi di kota Ambon canangkan untuk keberadaan Kampung Inggris Berbasis Wisata Satu di kawasan Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau dan satu lagi di wilayah Amahusu Kecamatan Nusaniwe. Program ini metode pengelolaannya seperti apa, sampai saat ini belum jelas.
Seiring waktu berjalan program ini tetap dimasukkan pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku.
Pada 2019 untuk program kampung Inggris itu dialokasikan anggaran senilai Rp.1 miliar. Dana ini dikucurkan Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku. Realisasinya 100 persen. Sampai sekarang dana ludes terpakai belum diketahui dimana keberadaan kampung Inggris milik Dinas Pendidikan Maluku tersebut.
Informasi yang dihimpun dan dikumpulkan Spektrum di lapangan, sebut saja Kebun Cengkeh, Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau dan Amahusu Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon, dua lokasi ini disebut-sebut sebagai tempat keberadaannya Kampung Inggris Berbasis Wisata, milik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku itu.
Setelah cek and ricek, misalnya salah satu tempat kursus bahasa inggris di Kebun Cengkeh (berdekatan dengan kantor Dinas ESDM Maluku), Desa Batu Merah Kecamatan Sirimau Kota Ambon ini, digadang sebagai tempat Pengembang Kampung Inggris Berbasis Wisata, ternyata tida benar. Biasanya siswa siswi tingkat SD, SMP juga SMA kursus disini. Mereka bayar, bukan gratis.
Kepala Pengelola Sekolah Mollucan English Course (MEC) yang juga penderi, Agus Pambudi mengatakan SME, tempat kursus program Kampaung Inggris (KI) kursusnya dimulai pada tingkat pelajar, yaitu Sekolah Dasar (SD), SMP dan SMA. Sedangkan biaya per bulan dibayar kurang lebih Rp.200. 000 (dua ratus ribu) sampai 250.000 dengan harga pariatif untuk SMA. Untuk SD dan SMP bayarannya di bawahnya.
“Kursus KI ini ada SD, SMP dan SMA. Per bulan bayar Rp.200.000 sampai 250.000, itu variatif. jadi untuk SMA kurang lebih segitu, tapi kalau SD dan SMP di bawah itu ungkap,” ujar Agus Pambudi saat di konfirmasi Spektrum, melalui sambungan teleponnya, Kamis (3/9/2020).
Kemudian untuk proses belajar karena situasi Covid-19, sehingga sementara dihentikan. “Nanti setelah Covid-19, baru di buka kembali,” ujarnya.
Disinggung apakah tempat kursusnya itu adalah program Kampung Inggris Berbasis Wisata milik Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Maluku?
“KI bukan milik Dinas Pendidikan Maluku, tetapi ini adalah milik pribadi saya dan istri. Dan saya pendirinya,” ungkapnya.
Meski begitu, Pambudi mengakui, pernah kerjasama dengan pihak Dinas Pendidikan Maluku. “Tapi kita sudah stop pada Juli 2018, dan disitu kita tidak kerjasama lagi. Jadi kita kursusnya biasa,” bebernya.
Sedangkan menyangkut anggaran untuk kursus pada pelaksanaan Kampung Inggris mulanya memang ada. “Tapi cuma untuk itu saja (2018), selama pelaksanaan KI itu berlangsung. Kita hanya diberi untuk biaya guru. Jadi begitu selesai projeknya, kita kelola sendiri. Karena bangunan itu milik saya,” jelasnya.
Sebenarnya, kata dia, kursus ini gratis. Tetapi kalau soal alokasi anggaran dari dinas pendidikan, seperti yang dikatakan itu tidak ada alias tidak benar.
“Kita cuman dikasi hanya untuk biaya guru-guru saja. Dan tidak ada naggaran yang dialokasikan dinas pendidikan Maluku per tahun, itu tidak ada,” ungkapnya.
Ia mengaku, program kampung inggris dicanangkan untuk kerjasama dengan Dinas Pendididkan mulai 2016.
“Untuk jelasnya silahkan ditanyakan ke dinas saja, dan termasuk anggran yang diberi, nanti tanyakan saja kepada dinas pendidikan, karena itu kewenangan mereka. Anggaran yang diberi memang tidak terlalu besar. Kita hanya kerjasama. jadi hanya untuk pembayaran saja. kita hanya menyelenggarakan kampung inggris. Jadi itu saya beri khusus gratis sebanyak mungkin. Kita hanya dikasi untuk bayar gaji guru saja, sekedar honorlah gitu,” paparnya.
Untuk bangunan dan lain-lain, lanjut dia, itu bukan anggaran dari dinas pendidikan, sebaliknya mikik pribadi. Dinas Pendidikan, kata dia, hanya minta tolong ke dirinya.
“Masalah dana, nanti ditanyakan langsung ke dinas pendidikan. Karena kita hanya sebatas program kerjasama saja. Kalau soal dana dan lain-lain itu tidak ada,” tegasnya. (S-06/S-14)