Intensif Nakes dan Pegawai Honorer RSUD Piru Dipotong

Pendemo : 2024 Ganti Anggota DPRD SBB

PIRU, SPEKTRUM – Setelah lakukan aksi demonstrasi di Gedung DPRD Seram Bagian Barat dan memalang RSUD Piru akhirnya intensif Tenaga Kesehatan (Nakes) dan pegawai honorer di rumah sakit tersebut dibayarkan namun hanya untuk tiga bulan. Mirisnya, insentif yang menjadi hak para pegawai honorer itu dipotong dan belum semuanya terbayarkan.

Koordinator aksi, Daud Halamury yang dikonfirmasi membenarkan sudah dilakukan pembayaran terhadap 161 Nakes honorer namun ada pemotongan intensif atau gaji.
“Biasanya kami terima Rp 1.600.000 tapi kini hanya Rp 1 juta dibayar 3 bulan ditambah uang jaga Rp 500 ribu per bulan. Jadi tital yang kami terima Rp 4.500.000. Masih tersisa 6 bulan. Kami tunggu hingga minggu depan,” katanya.

Sebelumnya, tenaga kesehatan (Nakes) serta pegawai honorer di RSUD Piru menyeruduk kantor DPRD SBB menagih janji anggota DPRD Seram Bagian Barat (SBB) soal penuntasan hak-hak mereka yang tak kunjung dibayar, Senin (02/10/2023).

Mereka menilai anggota DPRD SBB harus bertanggungjawab atas janji yang disampaikan kepada mereka.
Para pendemo mendesak agar bisa bertemu dengan Ketua DPRD SBB, Abdul Rasyid Lisaholet.
“Ketua DPRD SBB harus memberikan penjelasan soal janjinya akan memdesak Pemda agar membayar hak-hak kami,” kata salah satu pendemo, Hadidja kepada Spektrum.

Menurut Hadidja, mereka telah berulang kali bertemu dengan anggota Komisi II maupun gabungan komisi namun hingga kini tidak ada hasil yang diperoleh.
”Sudah cukup bagi kami untuk bertemu dengan anggota DPRD, sekarang mana Ketua DPRD, panggil dia,” kata salah satu orator.

Setelah diberitahu jika Ketua DPRD SBB tidak berkantor, sang orator meminta masyarakat agar bijak memilih anggota DPRD di tahun 2024.
“Kami meminta masyarakat SBB, agar tahun 2024 jangan lagi memilih anggota dewan saat ini karena tidak bertanggungjawab, percuma sebagai anak negeri tapi lari dari tanggungjawab, kami menyatakan mosi tidak percaya kepada Lisaholit,” tegas sang orator.

Bahkan mereka berjanji akan menyampaikan kepada warga atau pasien untuk tidak lagi memilih anggota dewan saat ini.
Karena menurut mereka, anggota DPRD SBB saat ini pembohong dan hanya mengumbar janji palsu.

Masa kemudian ditemui dan dibujuk anggota dewan lain yakni Andy Kolly, Ahmat bin Taher, Jamadi Darman dan lainnya agar pendemo tenang namun tidak berhasil.
“Bapak-bapak tidsk usah bicara, karena semuanya bohong cuma bisa umbar janji, mana ketua dewan jangan bersenbunyi,” kata orator.

Para anggota DPRD yang menemui pendemo berulangkali mencoba menghubungi Lisaholit tidak direspon.
Akhirnya para pendemo merangsek ke ruang kerja Ketua DPRD SBB. Dan, para pendemo memporakperondakan ruangan tersebut, mengangkat dan melempar meja dan kursi ke luar, sebagai bentuk kekecewaan mereka.

Setelah itu, pendemo kembali ke RSUD Piru. Mereka berorasi meminta agar hak-hak mereka dibayarkan.
Setelah itu, mereka memalang RSUD Piru seperti yang dikemukakan di Kantor DPRD SBB.

Pemalangan RSUD Piru berlangsung sekitar tiga jam, yang berakibat aktifitas rumah sakit terganggu bahkan lumpuh total.
Aktifitas kembali berjalan setelah disepakti hak-hak nakes dannpegawai honorer segera dibayarkan. (MG-12)