Humas Polnam Menghindar
AMBON, SPEKTRUM – Ulah dosen di Politeknik Negeri Ambon (Polnam) sangat memalukan dan tidak berperikemanusiaan.
Setelah meminta potongan beasiswa sebesar Rp 500.000 kepada mahasiswa penerima beasiswa KIP, kini oknum tersebut lakukan syok terapi melalui pesan pada whatsapp grup.
Menyikapi permasalahan ini, Marnix Salmon, pengacara muda di Kota Ambon meminta agar Direktur Polnam Ambon mengevaluasi kinerja dosen dan pegawai di lingkup Polnam Ambon, terutama di bagian akademik atau bagian pengurusan beasiswa mahasiswa pemegang KIP termasuk operator.
“Dosen, pegawai termasuk operator telah digaji pemerintah melalui lembaga Polnam, mengapa masih meminta sesuatu dari mereka yang sangat membutuhkan beasiswa tersebut untuk kelanjutan kuliah mereka. Ini harus diviralkan hingga diketahui Mendikbudristek,” katanya.
Diingatkan, setiap orang yang memberi pungutan maupun menerima pungutan yang dinamakan gratifikasi akan berdampak proses hukum.
“Jika ada yang melaporkan masalah ini maka pemberi dan penerima bisa diproses hukum, apalagi kalu pemberinya berjamaah dan penerimanya satu atau sekelompok orang,” katanya.
Sementara itu, Sumber Spektrum di bagian akademik Polnam mengatakan jika oknum ini mulai mengintimidasi mahasiswa penerima beasiswa KIP melalui pesan WA grup..
“Saya membaca pesan di WA grup milik salah satu mahasiswa, oknum tersebut menulis semua curhatan orang tua mahasiswa yang keberatan beasiswanya dipotong lantaran telah membeli peralatan kuliah si anak,” kata sumber kepada Spektrum di Kantin Polnam Ambon
Sumber ini mempertanyakan, apa maksud oknum tersebut mengobral semua pembicaraan orang tua mahasiswa dengannya.
“Apakah, orang tua mahasiswa itu yang membocorkan adanya pungutan liar ke media ? Kasihan mahasiswa itu, dia tidak tahu apa-apa lantas curhatan orang tuanya jadi pembicaraan antar mahasiswa dan dosen,” kata sumber lagi.
Sumber ini menegaskan, jika di tahun depan ada mahasiswa penerima beasiswa KIP yang tidak terakomodir maka dirinya akan membongkar siapa pelaku pungutan liar di lembaga inj,” tandasnya.
Dikatakan, beasiswa ini diberikan bagi mahasiswa miskin dan sangat riskan jika dipotong untuk kepentingan atau diberikan ke operator.
“Operator itu telah dibayar sesuai tugasnya, dia harus menginput data mahasiswa miskin pemegang KIP untuk menerima beasiswa agar bisa kuliah,” jelas sumber ini.
Sementara itu, Bagian Humas Polnam Ambon, Jack Tentua yang dihubungi Spektrum mencoba menghindar dengan alasan mencari waktu yang pas.
“Nanti saya cari waktu yang pas baru kita ketemu,” kata Tentua melalui sambungan teleponnya. (TIM)