27.2 C
Ambon City
Minggu, 8 September 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

11 Tahun Bersama Harian Surat Kabar Spektrum

Pada 6 Juni 2020 tahun ini adalah 11 tahun kiprah panjang Harian Spektrum Maluku dalam jagad pemberitaan media pers di Maluku. Dari ide kecil kongkow di warnet Galaxy jalan Dana Kopra, jalan panjang media ini tertancap hingga kini. Personilnya memiliki kilas balik dan ikatan batin. Saya salah satunya, yang di usia 11 tahun harus kembali menoleh ke belakang.

Suatu ketika saya sebagai Pimred Info Baru dan Korlip Harian Siwalima Levinus Kariuw menjadi narasumber di TVRI Maluku. Kami tidak saling kenal secara personal, kecuali sebagai sesama wartawan. Topiknya tentang pers, yang juga diikuti oleh wartawan senior opa Rudi Fopid dan Ketua DPRD Malra, M. M. Tamher, yang kemudian Walikota Tual dua periode.

Pertemuan itu memiliki makna personal antara saya dan Levi, karena setelah dia tidak lagi di Harian Siwalima, dalam pertemuan di warnet Galaxy Levi mendiskusikan membuat surat kabar.

Kebetulan saat itu Info Baru dalam masa vakum. Saya kemudian bersama Ongki Anakoda, yang juga vakum sebagai Redpel Info Baru menyambut ajakan Levi dan Ricky Apituley, yang kelak menjadi pemimpin perusahaan. Ongki, dengan pengalaman banyak membangun media massa, baik di Harian Ambon Ekspres sebagai Redpel, Harian Info Baru sebagai Redpel maupun surat kabar Ambon Manise sebagai Pimred, cukup memberi warna saat itu. Atas usul Ongki media ini kemudian kita namakan Spektrum Maluku.

Aziz Tunny, Reporter The Jakarta Post, kemudian juga ikut bergabung. Selain itu ada juga Josie Christian (Koresponden RCTI) dan Ongen Sekawael (wartawan RRI). Kami ber-enam mengisi Redaktur koran baru itu. Pimred Levi, Redpelnya Ongki, Korlipnya aku, dan Redakturnya Aziz, Josie dan Ongen. Sedangkan reporternya kombinasi dari wartawan lama dari media lain yang bergabung dan rekrutan baru.

Dalam perjalanannya, Martin Langgoday, mantan Pimred Siwalima dan wartawan Navos Dili, Timor-Timur bergabung di Spektrum. Bergabungnya Martin, setelah kami berlima, kecuali Levi, tidak lagi di Spektrum. Saya ke Jakarta studi Magister Hukum, Ongki membangun media baru Harian Kabar Timur, Ongen Sekawael ‘ngetem’ di RRI, dan Josie rutin kebut-kebutan mereportase berita RCTI, kemudian berpindah ke Kompas TV.

Jejeran nama-nama hebat itu pernah ada dalam ‘dapur’ Redaksi Spektrum, dan mewarnai perjalanan media ini. Kecuali saya, yang tidak punya kiprah lama di bidang jurnalistik, ke-enam nama punya nama besar sebagai jurnalis. Kini, dalam usia yang semakian matang, kecuali Levi yang tidak lagi di dapur redaksi, kami semua tidak lagi bersama Spektrum. Namun surat kabar ini tetap eksis, dengan nama-nama baru dengan Pimrednya Samad Sallatalohy.

Selain itu sejumlah nama pernah menjadi repoter kami. Baik yang masih ada hingga saat ini maupun tidak. Saleh Tuhuteru, Ivone Weflaar, Haymans, Waty Thenu, Roesda Leikawa dan mereka yang bergabung dan datang belakangan. Sebagian lagi ada dalam sejarah Spektrum, meskipun tidak tertulis dalam tulisan ini. Faisal Said di bagian layout dan lainnya, Mein Christiaan yang selalu ada di bagian perusahaan.

Cetak Jarak Jauh

Tahun pertama memulai debutnya, kami cetak koran jarak jauh di Makassar, yakni di percetakan Harian Fajar Makassar. Melalui Ongki Anakoda, yang mantan jurnalis Ambon Ekspres, Jawa Pos Grup, dengan jaringannya di Fajar kami memulai kesepakatan cetak. Bahkan cetakan perdana di antar Ongki langsung ke Makassar, kemudian kembali dengan versi cetaknya di Ambon. Lalu dioper secara promosi ke target pelanggan dan pengecer.

Jadilah 6 Juni 2009, ide kecil di warteg Galaxy, menjadi nyata hadir dengan tampilan perdana kami. Sebuah surat kabar baru dalam dinamika pers di Maluku. Mengusung moto “Bersama membangun Negeri”, Spektrum tampil kritis dan garang. Sebagai surat kabar mingguan, kami punya headline yang buat kuping memerah. Ulasan dua halaman investigasi memancing protes dari pihak-pihak yang ditulis menyambangi redaksi kami.

Namun Spektrum tidak kendor, malah semakin keras beritanya.
Dalam masa-masa sulit membentuk brand media ini kami menempati kantor redaksi di rumah kontrakan lantai 2 di belakang Hotel Joshiba. Levi menyewa kantor ini selama 2 tahun, dengan petakan ruangan untuk reporter dan redaktur. Saya mengapresiasi langkahnya sebagai CEO dan Pimpinan Redaksi, menyewa kantor tersebut. Sebab biaya sewanya termasuk mahal dan elegan untuk ukuran surat kabar baru.

Dalam setahun kami cetak di Makassar, sampai selesainya kontrak. Setelah itu untuk pertimbangan efisiensi dan akomodasi, di tahun kedua kami memutuskan cetak di percetakan Harian Ambon Ekspres. Selama 5 tahun cetak di Ambon Ekspres, Levi memutuskan membeli mesin sendiri. Mesin cetak dua kepala dengan tampilan halaman lebih kecil. Tentu saja, saat itu kami tidak lagi ada di Spektrum. Dan media ini dalam tahun ke-6-nya bertrasformasi dari media mingguan ke surat kabar harian.

Kantor Baru di Halong

Selama 11 tahun kantor redaksi Spektrum sudah menempati 3 kantor. Dua kantor dengan status sewa, yakni rumah kontrakan 2 lantai di belakang Hotel Joshiba, dan rumah kontrakan tingkat 2 di kawasan Puncak Karang Panjang, serta 1 kantor tetap di Halong. Kantor Redaksi di Halong, bersama dengan ruangan cetak koran, menjadi pencapaian luar biasa. Setidaknya inilah bagian dari mimpi kami sejak awal mendirikan media ini.

Kantor baru ini menjawab kemajuan evolutif dari sejarah Spektrum. Meskipun kami mimpikan media ini menjadi eksis dengan kantor dan mesin cetak sendiri, namun sebagai bagian dari sejarah awal media ini, saya tidak seoptimis apa yang terjadi. Sebab media ini sudah terlalu mahal untuk bertahan di tahun-tahun awal berdirinya. Biaya produksi yang mahal karena cetak di Makassar dan Ambon Ekspres, akan sulit menopang bisnis media Spektrum.

Apalagi surat kabar ini tidak punya donatur besar. Dibangun dengan idealisme wartawan tanpa kematangan bisnis media. Namun kesulitan untuk bertahan di awal-awal itu, mungkin menjadi alur sejarah agar Spektrum tetap ada apapun tantangannya.

Apalagi periode berdirinya Spektrum, dari kontrak kantor dan sewa cetak koran terbilang ada dalam waktu yang tidak pendek. 6 tahun merangkak di masa-masa kontrak dan sewa, membuat 5 tahun kedepannya menjadi media harian sungguh eksistensi evolutif yang mahal dan tidak kalah menarik.

Sebagai sahabat, saya menaruh hormat kepada Levi. Janjinya tidak lagi bersifat profesional ketika mengajak kami mendirikan koran ini, karena kami tidak lagi ada di Spektrum. Namun janjinya menjaga eksistensi Spektrum dalam 11 tahunnya, dengan memiliki kantor tetap dan mesin cetak, sungguh telah bersifat historis dan monumental bagi saya.

Untuk Spektrum dan sahabat saya Levinus Kariuw tulisan ini saya dedikasikan untuk rasa hormat itu. Levi telah melunasi janjinya, 11 tahun lau di warnet Galaxy, ketika kami mendiskusikan pendirian Spektrum.

Saat kami tiada, janji yang dia lunasi itu, adalah bagian dari sejarah kami pernah ada dalam perjalanan 11 tahun bersama surat kabar Spektrum. (**)

Berita Terkait

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles