WI Maluku Dukung Penutupan Lokalisasi Tanjung

AMBON, SPEKTRUM – Ketua Wilayah Wanita Islam (WI) Maluku, Irma Betaubun memberikan penguatan kepada wanita Pekerja Seks Komersil di lokalisasi Tanjong Batu Merah Kecamatan Sirumau Kota Ambon jelang penutupan dan pengembalian mereka ke daerah masing-masing, Selasa, (04/02/2020).
Kepada wartawan, Betaubun yang dikenal sebagai aktivis ini menegaskan Wanita Islam Maluku akan memback up penuh proses penutupan lokalisasi tersebut.
“Tapi bukan caranya seperti itu, kami tidak mau dampaknya menyebar ke seluruh masyarakat. Harus ada solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.,” kata Betaubun.
Persoalan tersebut antara lain ketika para PSK ini disuruh pulang dikawal sampai di daerah asal, kamu siapa yang menjamin mereka yang tidak punya ketrampilan hidup apakah akan memulai hidup baru di daerahnya atau akan kembali lagi ke Ambon.
“Kalau mereka balik ke Ambon pastinya tidak lagi beroperasi di tempat ini namun akan menempati kos-kosan dan membentuk lokalisasi kecil -kecil du tempat kos, ini yang jadi masalah,” katanya.
Betaubun berharap, pemerintah lebih bijak melihat permasalahan ini karena saya juga tidak mau masyarakat sipil akan memperoleh dampak yang kurang baik.
“Karena prostitusi terselubung ini lebih sulit terdeteksi oleh masyarakat maupun tokoh agama da lainnya. Sebab jika PSK menempati lokalisasi maka keberadaan mereka sudah diketahui dan mudah dideteksi,” tandasnya.
Betaubun menyarankan agar rencana pemulangan PSK dikaji ulang dengan mempersiapkan bekal ketrampilan guna melanjutkan kehidupan.
“Baru mereka ketrampilan hidup, kerjasama dengan BLK Ambon agar mereka punya ketrampilan yang bisa dijadikan pegangan hidup mereka di masyarakat nantinya,” kata Betaubun.
Menurutnya, jika para PSK diberikan modal berupa uang dan dilengkapi dengan ketrampilan dan pembinaan iman maka kemungkinan mereka tidak kembali ke dunia hitam lebih besar.
“Pada dasarnya mereka semua mau berubah menjadi lebih baik, kita semua tidak mau mereka kembali lagi ke Ambon dan ini jadi persoalan,” tandasnya.
Ditegaskan, keberadaan lokalisasi diharamkan agama manapun, tetapi PSK juga manusia yang butuh sentuhan lebih baik. “Kita harus meyakinkan mereka dengan memberikan perhatian agar mereka tidak kembali lagi ke dunia hitam,” katanya.
Sementara itu, salah satu pemilik cafe yang beroperasi di Tanjong Batu Merah, Bunda Lina me ngatakan, pihaknya tidak menahan para PSK agar tetap berada di lokalisasi tersebut, namun harus berikan waktu bagi mereka membenahi barang-barang.
Bunda Lina berharap “anak-anaknya” dipulangkan jelang momen tertentu misalnya Idul Fitri. “Mereka tetap mau pulang, siapa sih yang tidak mau pulang bertemu keluarga dan anak-anak ?” katanya.
Kalau saat ini, kata dia, enam hari dalam seminggu mereka harus bekerja, karena pasti PSK ini memiliki hutang, apalagi tidak ada sang buat mereka.
“Pemerintah janjikan akan memberikan uang tunai Rp 6 juta namun hingga saat ini uang tersebut tidak kunjung diberikan. Mereka maunya uang cash, kalau tidak ada mereka kuatir karena ini perjalanan cukup jauh,” katanya.
Ia setuju, jika anak-anaknya direlokasi jauh dari lokasi saat ini. ” Kami setuju saja asal bisa mendapat tempat yang lebih baik dengan pengawasan dan kontrol kesehatan,” katanya. (S-16)