Story dan Menyanyi Sambut Hari Pattimura

AMBON, SPEKTRUM – Sambut HUT Pattimura yang ke 204 (1817-2021), Arika Mahina dan Sibu Sibu Cafe gelar story dan menyanyi, yang berlangsung di Sibu Sibu Cafe, Jumat (14/5/2021).
Kegiatan ini melibatkan Wildan Band sebagai pengisi acara. Sedangkan dalam story, dihadirkan beberapa Narasumber dari Suara Milenial Maluku, Humas Greand Molucas, Natalia Tuhuteru, dan salah satu penulis muda Maluku, Eko Poceratu.
Para narasumber ini mengulik soal anak-anak muda Maluku yang harus berani mengungkap suatu kebenaran dan bagaimana anak-anak muda Maluku bisa merubah pandangan sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang sebenarnya luar biasa.
Pemilik Sibu Sibu Cafe, June Manuhutu/Taihitu dalam sambutannya mengatakan, bahwa acara tersebut berkaitan dengan perayaan HUT Pattimura ke 204 Tahun. Dimana acara tersebut digagas oleh Arika Mahina dengan melibatkan anak-anak muda Maluku
“Acara ini dalam kaitan dengan HUT Pattimura. Kita dari Sibu Sibu bekerjasama dengan Arika Mahina dengan melibatkan Pattimura-pattimura muda (Wildan Band). Tapi ini gagasan dari Arika Mahina,”tuturnya.
Dikatakan, bagaimana generasi muda Maluku mau berkarya dari sisi apapun, tidak harus dengan fighting seperti yang dilakukan Pahlawan Pattimura pada zamannya. Dan kini, anak muda Maluku harus terus berkarya sebagai pejuang Pattimura Maluku.


Pada kesempatan yang sama, perwakilan dari Suara Milenial Maluku, yang lebih banyak bergerak untuk mengadvokasi korban-korban kekerasa seksual menegaskan, perempuan harus berani mengungkap sesuatu yang mengganjal. Artinya, semua orang bisa berinisiatif untuk bergerak bersama-sama.
“Jangan tunggu ada masalah baru bergerak. Artinya tegur sebelum terjadi masalah,”ujarnya.
Menurutnya, dalam kaitan dengan Undang-Undang PKS yang saat ini masih digodok oleh Pemerintah Pusat, dalam setahun terbentuk, pihaknya belum melihat ada orang Maluku yang punya keberanian untuk “bersuara keras” di Pempus, terutama untuk mendorong segera disahkannya UU PKS tersebut.
Sementara itu, Eko Poceratu mengulik tentang pengalamannya dalam berkarya sebagai penulis, bahwa menulis itu bukan pekerjaan sampingan.
“Minset itu yang harus dirubah. Pertama menulis, beta berawal dari pantun, dan banyak orang yang menertawakan beta ketika awal berkarya,”ceritanya.
Dengan itu, dirinya memaknai dan mengajak Pattimura-Pattimura muda Maluku, dalam perayaan hari Pattimura di Tahun 2021 ini, untuk hargai karya seseorang, hargai perempuan.
“Hargai perempuan, karena Pattimura tidak melakukan pelecehan dan kekerasan terjadap perempuan,”tandasnya yang diahiri dengan pembacaan puisi. (HS-19)