SPEKTRUMONLINE.COM, AMBON – Bangunan SMP Negeri 5 Leksula yang berada di Desa Mepa, Kecamatan Leksula, Kabupaten Buru Selatan, (Bursel) disegel oleh pemilik lahan, Senin (13/10/2025).
Sekolah itu disegel dilakukan dengan memasang palang kayu dan simbol adat lestari tepat dipintu masuk. Aktivitas belajar mengajar di sekolah pun lumpuh.
Akibat penyegelan tersebut, ratusan siswa terpaksa harus belajar di rumah. Hal itu diungkapkan Rian Lesnussa, salah seorang guru SMP Negeri 5 Leksula.
“Sekolah dipalang sejak minggu malam. Akibat pemelangan ini, para siswa tidak bisa belajar di sekolah,”jelas Rian kepada saat dihubungi wartawan via telephon seluler, Senin (13/10/2025).
Menurutnya, para guru di sekolah tersebut harus mendatangi rumah-rumah siswa untuk memberikan pelajaran kepada mereka. Langkah tersebut dilakukan untuk memastikan para siswa tetap mendapat mata pelajaran.
“Kita datangi rumah-rumah siswa untuk memberikan pelajaran,”ujarnya.
Hingga saat ini, lanjut Rian, pihaknya belum mengetahui persis alasan penyegelan yang dilakukan oleh pemilik lahan. Dia mengaku sangat prihatin terhadap kondisi yang terjadi karena merugikan para siswa di sekolah.
“Kami tidak tahu persis masalahnya apa, tugas kami sebagai guru hanya mengajar, tapi kami sangat menyeyangkan kejadian ini karena yang menjadi korban para siswa,” ujarnya.
Meski begitu, dia berharap persoalan tersebut dapat segera diselesaikan agar aktivitas belajar mengajar di sekolah kembali berjalan normal.
“Yah, semoga ada niat baik dari pemilik lahan dan pihak berwenang bisa selesaikan masalah ini secepatnya agar anak-anak bisa kembali bersekolah,”ungkapnya.
Sementara itu, pemilik lahan, Wolter Lesnussa mengaku kecewa, dan penyegelan terpaksa dilakukan lantaran lahan milik dia tak kunjung dibayar, baik oleh pihak sekolah dan juga pemerintah daerah (Pemda) Bursel.
“Kenapa sampai beta (Saya) palang sekolah, karena beta tidak di hargai, sudah bangun sekolah di beta punya lahan sampai pendidikan sudah jalan, tapi mereka tidak bayar lahan,”ungkap Wolter dengan nada kesal.
Dia mengaku kecewa setelah mengetahui pembayaran ganti rugi lahan telah dilakukan oleh pihak sekolah kepada warga lain yang lahannya masuk turut dipakai untuk pembangunan ruang kelas yang baru.
“Lalu sekarang ada tambahan rungan di lahan orang lain sementara ruang kelas belum dibangun tapi lahan sudah di bayar. Lalu saya punya sudah dibangun tapi belum di bayar, berarti pihak sekolah stidak menghargai saya,”pungkasnya. (RED)