NAMLEA, SPEKTRUM – Menteri Pertanian, DR. Syahrul Yasin Limpo saat kunjungan kerjanya di Desa Grandeng Kecamatan Lologguba Buru, Minggu (04/10/2020).
Saat bertemu dengan ratusan petani, Limpo memberikan motivasi kepada petani untuk semakin meningkatkan kualitas hasil pertanian sebab Sektor pertanian satu-satunya sektor yang tidak terdampak dan mampu menunjukkan kinerjanya di tengah kondisi Pandemi wabah Covid 19.
“Di saat sektor lainnya terpuruk, justru sektor pertanian meningkat tajam,” katanya.
Limpo menjelaskan, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis PDB sektor pertanian menjadi penyumbang tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2020 yang mengalami penurunan sebesar 4,19 persen (Q to Q) dan secara year on year (yoy) turun 5,32 persen.
“PDB pertanian tumbuh 16,24 persen pada triwulan-II 2020 (q to q) dan secara YoY, sektor pertanian tetap berkontribusi positif yakni tumbuh 2,19 pertanian. Capaian tersebut ditopang subsektor tanaman pangan yang tumbuh paling tinggi yakni sebesar 9,23 persen,” katanya dihadapan ratusan petani di desa itu.
Sebagai informasi, tahun Ini grafik kinerja sektor Pertanian meningkat signifikan. “Saat sektor lain alami penurunan, kinerja ekspor pertanian pada periode Agustus 2020 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar 8,6 persen atau naik menjadi Rp 36,5 Triliun dibanding periode yang sama pada tahun 2019 yang hanya Rp 32,6 Triliun. Olahan pertanian pada periode Januari-Agustus 2020 juga meningkat 5,4 persen dibanding periode yang sama tahun 2019,” jelasnya.
Kenaikan yang sama juga terjadi pada Nilai Tukar Petani (NTP) periode Agustus 2020, yakni sebesar 100,65 atau meningkat 0,56 persen dibanding bulan Juli 2020 yang hanya 100,09.
Di samping itu, tingkat Inflasi di bulan Agustus 2020 untuk Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau paling rendah dibanding kelompok pengeluaran lain, yaitu 0,86 persen (deflasi).
“Semua ini pastinya karena kerja keras kita semua, karena jerih payah petani yang selalu tak berhenti menanam, para aparat yang selalu setia mengawal dan mendampingi. Dan Saya ingin sinergi ini terus berjalan,” katanya.
Limpo mengaku bangga melihat panen saat ini. “Saya sangat bangga Pulau Buru menjadi Kabupaten Sentra Produsen Padi di Provinsi Maluku. Prestasi ini yang harus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Meskipun dihadapkan pada tantangan maraknya alih fungsi lahan, hama dan cuaca, namun Pulau Buru mampu membuktikan ketangguhannya sebagai penyumbang pangan bagi Maluku,” puji Limpo.
Mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini menjelaskan, peningkatan produksi terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengurangi impor dan meningkatkan volume ekspor.
“Dalam peningkatan produksi, Kementan melakukan beberapa upaya dengan memberikan bantuan sarana produksi, alat pra panen dan pasca panen, serta mendorong para petani untuk menggunakan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) dan pengembangan pertanian berbasis korporasi dan klaster,” katanya.
Pada tahun 2020, lanjut Limpo, secara nasional Pemerintah menargetkan luas tanam padi 11,69 juta ha, berpotensi menghasilkan 31,65 juta ton beras. Sasaran luas tanam padi pada musim kemarau hingga September 2020 ini sebesar 5,6 juta hektar. iengan dukungan SDM, alsintan, benih, infrastruktur, KUR , asuransi pertanian dan sistem logistik distribusi diperkirakan menghasilkan beras 12,5-15 juta ton beras.
MT-I sudah berhasil dilewati dan menghasilkan stock 7,4 juta ton. Kini MT-II sedang berjalan dan sudah mencapai 89 pers diharapkan stock beras pada akhir Desember 2020 mencukupi bahkan berlebih.
“Oleh karena itu kami mengharapkan kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan gerakan di lapangan dan menggerakkan Kostratani di Kecamatan sebagai ujung tombaknya. Komitmen yang kuat semua pihak yang terlibat di masing-masing tingkatan akan menjadi indikator keberhasilan pencapaian sasaran tanam padi,” harapnya.
Dalam kunkernya itu, Limpo membawa bantuan dari Kementerian Pertanian untuk Kabupaten Buru senilai Rp 3.940.412.500, untuk Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Hortikultura.
Sedangkan total bantuan untuk Provinsi Maluku dari Kementerian Pertanian senilai Rp 31.224.029.000. (S-16)