AMBON, SPEKTRUM – Intensitas hujan di wilayah Maluku khususnya di Kota Ambon sampai Maret 2021 diperkirakan akan meningkat karena pengaruh La Nina.  Kendati musim penghujan biasanya sudah berakhir di bulan Oktober ini. Antisipasi dan kewaspadaan harus dilakukan karena kemungkinan potensi bencana hidrometeorologi mengancam.

Hal ini disampaikan Kepala Seksi Observasi dan Informasi, Stasiun Meteorologi Pattimura, Ambon, Wilhelmina Paays, kepada Spektrum, Senin (26/10/2020) di ruang kerjanya.

“Ada pengaruh global La Nina, pada musim kemarau ini, Ambon akan sering hujan. Intensitas hujan akan sedang sampai lebat walau durasinya meningkat . Peluang untuk bencana hidrometeorologinya sangat besar,” terangnya.

Di Maluku, kata Paays, musim hujannya berbeda antar wilayah. Maluku bagian selatan seperti Maluku Tenggara, Kepulauan Tanimbar, Maluku Barat Daya dan Buru, biasanya musim hujan pada kisaran bulan Oktober-Desember. Sedangkan di bagian tengah seperti pulau Lease, Seram dan Buru Selatan, musim hujan berada di bulan Juni-Agustus. Akibat peristiwa turunnya suhu air laut di Samudera Pasifik di bawah suhu rata-rata di sekitarnya yang mendorong pembentukan awan berlebihan,  menyebabkan curah hujan tinggi pada daerah terdampak atau musim kemarau kali ini akan berkurang.

“Sangat harus diantisipasi.  Dampak itu justru yang musim hujan ini karena hujannya pasti akan lebih banyak. Dampak di wilayah musim kemarau agak berbeda. Durasi hujan tidak seperti pada wilayah-wilayah yang ada pada musim hujan,” ungkapnya.

Ia mendukung upaya kesiapsiagaan seperti saat pertemuan dengan Walikota Ambon terkait bencana banjir beberapa waktu lalu karena menurut Paays, intensitas La Nina tetap akan dari lemah menuju moderat. Walaupun dampaknya berbeda tetapi tetap wajib mengantisipasi karena sewaktu-waktu mungkin ada kejadian kalau faktor lokal dan regional memenuhi.

“Dua faktor memenuhi ditambah fenomena global La Nina ini, kemungkinan ada hujan-hujan berpeluang sedang hingga lebat,” ujarnya.

Faktor regional, kata Paays menyangkut pola angin. Dari pola angin ada masa udara yang membentuk pumpunan angin sehingga dari pumpunan itu akan mendukung pertumbuhan-pertumbuhan awan hujan.

“ Indikasi proses penguapan berlangsung dengan cepat,” terangnya.  

Menurut Paays, La Nina memiliki pasangan yang disebut El Nino yang dampaknya saling bertolak belakang. Jika La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan sedangkan El Nino justru menyebabkan musim kemarau lebih panjang.  Namun kenyataannya, kondisi cuaca buruk itu tidak semata-mata dipengaruhi oleh La Nina sebagai fenomena global. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti cuaca dalam skala regional, meliputi pola angin, faktor cuaca lokal juga sangat mempengaruhi.

“Lokal berbicara tentang pertumbuhan awan,  stabilitas atmosfer. Ketika atmosfer labil, berpeluang terjadi kondisi cuaca buruk. Akan terjadi hujan,” tandasnya (S.17).