27.2 C
Ambon City
Selasa, 8 Oktober 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ketua HIPMI Maluku Disebut Minta Uang ke Pedagang Untuk Gubernur

AMBON, SPEKTRUM – Viralnya percakapan antara Patrik Papilaya mantan wartawan yang kini ditempatkan sebagai tenaga honorer di Biro Umum Setda Maluku dengan Ketua Asosiasi Pasar Mardika Ambon (APMA), Alham Valeo.

Dalam pembicaraan berdurasi 16,26 menit tersebut, terungkap jika Azis Tunny Ketua HIPMI Maluku meminta sejumlah uang mengatasnamakan Gubernur Maluku, Murad Ismail..
Tidak tanggung-tanggung, uang yang diminta Tunny berkisar ratusan juta rupiah.

Dalam pembicaraan tersebut, terungkap jika permintaan sejumlah uang tersebut diawali ketika pemerintah membongkar Gedung Putih untuk dibangun baru.

Akibat pembongkaran tersebut, pedagang terbengkalai dan meminta agar Ketua APPMA, Alham memfasilitasi tempat berdagang bagi pedagang.

Alham dalam kapasitasnya sebagai Ketua APMA langsung berkoordinasi dengan Walikota Ambon saat itu, Richard Louhenapessy. Dan diusulkan agar dilakukan pembangunan lapak diatas trotoar.
“Saya mengusulkan agar pembangunan lapak diatas trotoar karena tidak ada lagi lahan untuk pembangunan lapak pedagang. Mendengar hal tersebut, walikota langsung mengatakan jika trotoar merupakan domainnya pak gubernur,” kata Alham dalam pembicaraan dengan Patrik Papilaya.

Mendengar penjelasan mantan Walikota Ambon, Alham langsung memastikan dirinya bisa menemui Gubernur Maluku melalui salah satu temannya yakni Azis Tunny yang juga orang dekatnya gubernur.

Singkat cerita, menurut Alham, setelah dia berkoordinasi dengan Azis Tunny ternyata langsung disetujui Gubernur Maluku. Dan, pihaknya langsung membangun lapak diatas trotoar itu.
“Sebagai ungkapan terima kasih, saya memberikan sejumlah uang yang diberikan secara bertahap yakni pertama Rp 80 juta, kemudian Rp 50 juta dan selanjutnya setiap ada perjalanan ke Jakarta untuk pengurusan HIPMI selalu minta. Total mencapai Rp 200-an juta, ini juga karena saya batasi, saya bilang kasihan ini pedagang punya lapak,” katanya dalam pembicaraan tersebut.

Alham juga menjelaskan jika dirinya telah berkomitmen untuk memberikan sedikit uang kepada Gubernur Maluku sebagai tanda terima kasih memberikan izin membangun lapak bagi pedagang diatas trotoar.

Namun, lanjut Alham tidak berselang lama, Azis Tunny kembali menghubunginya dan menanyakan soal uang yang dijanjikan kepada gubernur itu.
Azis Tunny lanjut Al kemudian menghubunginya dan menanyakan kesiapannya memberikan uang yang dijanjikan kepada gubernur.
“Saat menyerahkan uang sebesar Rp 100 juta tersebut saya mengatakan kepada abang Azis, salam jua buat pak Gubernur, kami ingin bertemu dengan beliau karena saat ini pedagang lagi resah lantaran ada surat dari Kipe bahwa nantinya pasar tersebut dikelalo Kipe melalu perusahaan SBT apa BTS, sehingga pedagang panik,” katanya.

Menyikapi hal tersebut Azis Tunny yang dihubungi Spektrum memberikan klarifikasinya melalui pesan singkat WA.

Sebagai catatan klarifikasi saya atas pemberitaan media hari ini:
1). Berita itu informasinya tidak benar dan fitnah, karena sebagai pribadi dan Ketum HIPMI Maluku, termasuk sebagai orang dekat Pak Gubernur, saya tidak pernah mengatasnamakan Bapak Gubernur untuk minta uang di pedagang Mardika.

2). Saya punya hubungan sangat baik dengan para pedagang Pasar Mardika, khususnya yang berhimpun di Asosiasi Pedagang Pasar Mardika Ambon (APMA). Sejak terjadi relokasi lebih dari 2000 pedagang saat Gedung Pasar Mardika Ambon direhabilitasi lewat dana APBN, saya ikut mengadvokasi para pedagang untuk mendapat tempat jualan yang layak.

3). Terkait berita yang tersebar luas itu, saya minta kepada Ketua APMA, saudara Alham Valeo, bisa memberikan penjelasan dan klarifikasi sehingga tidak menimbulkan opini yang semakin membias di masyarakat.

4). Atas nama pribadi, saya minta maaf kepada Gubernur Maluku Bapak Murad Ismail, karena berita ini telah membawa nama Pak Gubernur. Beliau saya sudah anggap bukan saja sebagai pemimpin di daerah ini, tapi sudah sebagai orang tua saya. Pak Gubernur orang baik, dan saya tidak akan berkhianat kepada beliau dengan masalah seperti ini.

5). Sebagai mantan pekerja pers, saya berharap agar pemberitaan media juga dapat cover both side, tidak menghakimi, sebab ada kode etik jurnalistik yang mesti dijunjung tinggi yakni perimbangan berita.

Sementara itu, Patrik Papilaya yang dihubungi Spektrum mengaku tudak tahu menahu akan hal itu dan meminta Spektrum untuk mengkonfirmasi langsung ke Alham Valeo.

Sedangkan Alham Valeo yang dihubungi tudak menjawab panggilan telepon maupun pesan singkat WA padahal pesan tersebut telah dibaca (centang biru) (TIM)

Berita Terkait

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles