KUPANG, SPEKTRUM – Ketua Kontingen Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Provinsi Maluku, Widya Pratiwi Murad, bersama rombongan tiba di Bandara Internasional El Tari Kupang, Selasa (25/10/2022).
Kedatangan Kontingen Pesparani Maluku itu disambut, anggota DPRD Provinsi Maluku Saudah Tethool, Istri Penjabat Walikota Ambon, Sekretaris Kota Ambon beserta Istri, dan dikalungi bunga dari Pihak Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dalam kunjungan di Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur ini, Widya Pratiwi Murad mengunjungi Rumah Tenun Ina Ndao Kupang NTT, dan Rumah Tenun Rote Kelompok Cinta Budaya Binaan Bank Indonesia.
Dalam kunjungannya, Widya mengaku senang, karena berkesempatan memakai Kain Tenun dari Desa Bokong, Kecamatan Amanatun Utara, Kabupaten Timur Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
“Luar biasa sekali peninggalan sejarah kain tenun dari Desa Bokong ini, saya berharap Maluku bisa termotivasi dan terinspirasi lebih banyak memproduksi motif-motif tenun, seperti yang ada di Nusa Tenggara Timur,” ujarnya.
Widya berharap, nantinya di lain kesempatan, kelompok tenun di Maluku bisa melaksanakan studi banding dan berbagi pengalaman serta ilmu pembuatan tenun, agar dari tahun ke tahun nilai sejarah dan cerita dari tenun tidak terlupakan.
Di tempat yang sama juga, Penjabat Ketua Dekranasda Kota Ambon, Felicia Wattimena saat melihat beragam motif tenun yang ada di Rumah Tenun, berharap agar para pengerajin tenun yang ada di Kota Ambon dapat termotivasi, dan bisa lebih banyak memproduksi motif-motif tenun.
“Dengan adanya kunjungan pada hari ini saya lebih termotivasi untuk mengajak pengerajin tenun yang ada di Kota Ambon untuk sama-sama bergandengan tengan, menciptakan motif-motif tenun yang ada di Kota Ambon pada khususnya dan Provinsi Maluku pada umumnya,” ujar Wattimena.
Istri Penjabat Walikota Ambon ini juga mengatakan, keinginannya menghadirkan Rumah Tenun di Kota Ambon dengan menampilkan motif-motif khas Ambon.
Sementara itu pemilik rumah tenun Dorce, berpesan kepada para pengrajin tenun yang ada di Maluku agar melestarikan kearifan budaya.
“Pembuatan kain tenun yang saya kerjakan ini bukan saja untuk pemenuhan ekonomi keluarga, melainkan juga untuk melestarikan kearifan budaya yang ada, dan ini bukan saja tugas para orang tua, melainkan juga tugas para generasi penerus, yang harus merawat dan melestarikan kekayaan budaya yang ada di Indonesia,” ungkapnya. (*)