PIRU, SPEKTRUM – Mitra Laki-Laki Perempuan Lakukan Kerajinan Anyaman.
Ini namanya inovasi. Persekutuan pelayanan Laki-laki dan perempuan sector Ebenhaezer, jemaat GPM Elpaputih, Kabupaten Saka Mese Nusa melakukan ibadah hidup dengan melakukan serangkaian kegiatan keterampilan mengayam (anyaman ) seperti diantaranya menganyam tagalaya, bakul, tapisan, tatohi dan jenis-jenis anyaman lainnya.
Inovasi dan gagasan ini tercetus oleh kedua wadah pelayanan di dalam jemaat Elpaputih, dengan maksud, nilai-nilai kearifan local seperti anyam-anyaman dari bulu nyaris hilang.
Menurut salah satu pengurus Pelpri, tujuan dari ibadah hidup ini untuk mengembalikan lagi keterampilan para leluhur tempo dulu yang kini telah ditinggalkan oleh generasi saat ini akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadikan semua orang menjadi malas lantaran semua itu telah ada dan dijual di pertokoan maupun supermarket.
Namun bagi Pelpri dan Pelwata sector Ebenhazer, jemaat Elpaputih, keterampilan anyaman dari bamboo yang telah dilakukan oleh para leluhur ini harus dilestarikan bagi generasi yang akan dating dan sekaligus mengajak generasi muda untuk tidak duduk berpangku tangan tetapi melihat berbagai potensi sumber daya alam yang berlimpa di pulau Seram itu bias dimanfaakan menjadi uang agar bias meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Yafet, Salah satu pengurus Pelpri Ebenhaeser melalui telpon selulernya mengatakan, sebenarnya di desa Elpaputih ini banyak sumber daya alam yang kalau dimanfaatkan sebaik mungkin, bisa membantu mendongkrak pendapatan jemaat dan masyarakat, terutama lewat ketrampilan anyaman dari bahan bamboo alias loba ini.
Anyaman-anyaman tradisional yang sudah hilang puluhan tahun adalah, tagalaya, tapisan untuk memanskan buah kopi atau lainnya di atas tungku atau para-para.
Tagalaya yang dulu dipakai para leluhur untuk menyimpan ikan kering atau cumi, dendeng rusa atau babi dan kusu, sudah tidak kelihatan lagi.
Selain itu tatohi yaitu jenis anyaman yang berfungsi untuk menapis ampas ela di sagu saat (lomi sagu ) untuk tuang papeda.
Kemudian kampoti juga saat ini sudah tidak ada.
Padahal barang-barang tersebut ketika dia lepuk dan membusuk tidak merusak lingkungan disbanding plastic dengan berbagai jenis yang merambah sampai ke pelosok-pelosok tanah air (*)