Konstruksi LAPEN, Dokumen Kementerian PUPR HOTMIX
AMBON, SPEKTRUM – Ruas jalan yang menghubungkan Desa Waisarisa dan Negeri Kaibobu yang dibangun sejak tahun 2008 hingga saat ini tak kunjung tuntas.
Jalan sepanjang 8 km ini telah menghabiskan anggaran sekitar Rp 7 miliar tersebut hingga kini belum bisa dinikmati masyarakat.
Untuk itu, Pj. Bupati Seram Bagian Barat (SBB) Andi Chandra As’aduddin fokus mengusut proyek pembangunan ruas jalan tersebut.
Ternyata ruas jalan tersebut dibangun tidak sesuai dokumen Kementerian PUPR. Sebab, pada dokumrn PUPR tercatat konstruksi jalan Waisarisa – Kaibobu harus dihotmix namun ternyata pihak ketiga yakni CV Tri Setya Novalima mengerjakannya dengan konstruksi LAPEN.
“Siapa yang merekomendasikan perubahan tersebut,” kata As’aduddin kepada Spektrum, semalam.
Pernyataan As’aduddin sekaligus membantah pernyataan lima tokoh agama dalam konfrensi pers yang dilaksanakan di Ambon, Selasa (13/09/2022), jika Pj. Buoati SBB sengaja menutup akses jalan tersebut padahal akan dilaksanakan MPP AMGPM ke 34 pada Bulan Oktober 2022 di Negeri Kaibobu.
“Ruas kalan Kaibobo -Waisarisa dibangun dengan konstruksi LAPEN oleh penyedia, yang seharusnya dibangun dg konstruksi HOTMIX, akibatnya jalan tetap rusak dan masih dalam garansi pihak ke tiga, tidak ada hubungannya dengan beta buka atau beta tutup itu jalan,” katanya tegas.
Seperti diberitakan Spektrum sebelumnya, jika pembangunan ruas jalan Waisarissa-Kaibobu Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) terkesan amburadul. Padahal pembangunan jalan tersebut menghabiskan anggaran hampir Rp 7 miliar yang bersumber dari DAK APBD.
Pembangunan jalan Waisarissa – Kaibobu dikerjakan Anwar Patty dengan perusahaan CV Tri Setya Novalima, dengan konstruksi lapen.
Dalam proses pekerjaannya, perusahaan tersebut diduga menggunakan material dalam hal ini batu yang tidak sesuai spesifikasi.
Jika sesuai spesifikasi maka harus menggunakan perekat/aspal, kemudian disusun batu 5/7dilanjutkan dengan perekat/aspal, dan batu 2/3, kemudian perekat/aspal lanjut dengan batu 1/2, tapi ternyata yang digunakan batu 5/7 digabungkan jadi satu dengan batu 2/3 tanpa perekat/aspal.
Selain itu, batu 2/3 yang dipakai bukan batu pecah melainkan kerikil hasil ayakan atau blanding. Jika batu jenis ini digunakan maka pada saat proses pengerasan menggunakan Bomag maka akan berdampak buruk pada kualitas jalan.
Jalan sepanjang 8 km tersebut, dibangun sejak tahun 2008, sebelumnya juga bermasalah, dan diduga merugikan negara.
Jalan Waisarissa – Kaibobu sangat diharapkan lantaran pada bulan Oktober mendatang akan dilaksanakan event keagamaan lantaran Negeri Kaibobu menjadi tuan rumah penyelenggaraan Musyawarah Pimpinan Paripurna (MPP) ke 34 Angkatan Muda Protestan Maluku (AMGPM) yang pesertanya berasal dari 2 provinsi yaitu Maluku dan Maluku Utara.
Sementara itu, Ketua Koordinator Lumbung Informasi Rakyat ( LIRA ) Seram Bagian Barat Darto Albanah kepada media Spektrum di Piru Senin, (12/09/2022) menegaskan ada dugaan mantan Kadis PUPR yang kini menjabat sebagai Sekda SBB serta kontraktor yang paling bertanggungjawab atas proyek jalan tersebut.
Dirinya meminta Kejati Maluku untuk melakukan investigasi serta audit terhadap CV.Tri Setya Novalia dan Mantan Kadis PUPR SBB Alvin Tuasuun.
Pihaknya akan melakukan aksi besar besaran di depan Kantor Kejati Maluku apabila tuntutan mereka tidak di gubris.
“Jika tuntutan kami tudak digubris, maka kami akan turun ke jalan di Kota Ambon,” tegasnya. (MG-06)