AMBON, SPEKTRUM – Pascagempa tektonik Magintudo 6,5 SR pada 26 September, menyebabkan ratusan siswa-siswi SMP di Desa Waai, Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku Tengah, harus belajar di tenda pengungsian.
Tenda yang digunakan ratusan pelajar tersebut berada di hutan desa Waai. Hingga Rabu (20/11/2019), mereka masih berlajar di tenda. “Meski pun belajar di dalam hutan dan duduk di atas rumput atau batang kayu, tetapi seluruh murid diwajibkan untuk tetap mengenakan pakaian seragam lengkap,” kata Saniri Negeri Waai, Stefi Tapilaha di Ambon, Rabu (20/11/2019).
Jumlah siswa SMP Negeri 1 Salahutu di Waai ini mencapai sekitar 360 orang dan mereka sempat tidak melakukan pelajaran selama tiga minggu pascagempa utama.
Kondisi ini diakibatkan bangunan sekolah mereka juga mengalami kerusakan dan dindingnya retak-retak, sehingga Kepala SMP Negeri 1 Salahutu, A. Matakupan bersama dewan guru tidak berani mengambil risiko mengerahkan muridnya masuk sekolah.
Apalagi sampai saat ini masih terus terjadi gempa-gempa susulan yang belum dua bulan pascagempa utama tetapi jumlahnya sudah mencapai lebih dari 2.000 kali dengan kekuatan bervariasi dan berpusat di darat maupun laut.
Menurut Stefi, meski dengan peralatan yang serba minim namun para pelajar tetap mengikuti proses belajar-mengajar di tenda pengungsian.
“Kebetulan ada donatur asal PT. Indobumi Mineral ikut menyumbangkan 1,5 meter kubik papan, 159 buah papan oles, white board untuk digunakan para guru dan siswa, termasuk satu unit megaphone atau alat pengeras suara yang dipakai untuk kegiatan apel sekolah,” kata Stefi.
Proses belajar mengajar di tenda pengungsian ini sudah berlangsung lebih dari satu bulan. Sedangkan untuk para siswa SMA Negeri 5 Salahutu mereka turun ke negerinya dan belajar di tenda dekat bangunan sekolah mereka karena kondisi bangunannya juga retak-retak. (ANT/S-06)