AMBON, SPEKTRUM – Diperkirakan ratusan karyawan perusahaan Migas LNG Tangguh Bintuni-Papua Barat bakal dikarantina di Kota Ambon, sebelum masuk ke perusahaan tersebut.
Ratusan karyawan tersebut tidak serentak jalani karantina di Kota Ambon namun dilakukan bergilir. Setiap hari, ada sekitar 25-30 karyawan LNG Tangguh Bintuni akan jalani karantina di dua hotel berbintang di Kota Ambon yakni Hotel Santika dan Hotel The Natsepa.
“Jika mereka dikarantina di fasilitas pemerintah milik Pemda Maluku untuk standar migas belum penuhi syarat. Makanya pihak perusahaan menggunakan beberapa hotel yakni Santika Hotel dan The Natsepa Hotel. Sebelum para pekerja ini tiba di Ambon, sudah ada terlebih dulu dokter dari perusahaan yang stand by di hotel. Atas permintaan pihak perusahaan, seluruh petugas yang ditugaskan di lokasi tersebut diperiksa menggunakan Rapid Test, karena dikuatirkan virus corona menyebar dan menjangkiti pekerja ini,” kata Ketua Pelaksana Harian Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku, Kasrul Selang kepada wartawan di Kantor Gubernur Maluku, Jumat (08/05/2020).
Dikatakan, hotel-hotel ini dianggap memenuhi syarat, artinya dari sisi perhotelan, kamarnya, dan seterusnya. Mereka dikarantina tanpa berinteraksi dengan siapa pun. Karyawan hotel juga dilakukan RDT, supaya jangan sampai karyawan hotel malah yang berpotensi menularkan Covid-19 ke mereka yang tanda kutip, sudah dinyatakan sehat karena sudah RDT.
Sebelumnya, menurut Selang, Perusahaan migas LNG Tangguh di Bintuni, Papua Barat, mengajukan permohonan agar Maluku menjadi tempat karantina bagi para karyawannya, sebelum memasuki area pengeboran gas alam yang berada di perut Teluk Bintuni tersebut.
Para karyawan ini sebelum dikirim ke Ambon, telah melakukan serangkaian tes kesehatan termasuk Rapid Diagnostic Test (RDT), dan dinyatakan negatif dari Covid-19.
“Tugas kita di Gugus Tugas Provinsi Maluku, maupun Kota Ambon dan Maluku Tengah hanya supervisi. Pertimbangkan kita, ini industri strategis nasional, minyak dan gas, dan industri ini harus tetap berjalan untuk mencukupi kebutuhan kita akan minyak dan gas,” jelas Selang.
Dikatakan, perusahaan pengeboran migas di Bintuni meminta agar Ambon menjadi tempat karantina untuk pra-kerja karyawannya. Para karyawan ini diterbangkan ke Ambon untuk dikarantina selama 14 hari, sebelum diizinkan memasuki area pengeboran.
“Dari Bintuni ke Ambon mereka sudah melakukan RDT, untuk memastikan mereka sehat dari Covid-19 atau tidak? Baru kemudian mereka bisa naik pesawat. Pesawat Wings yang mereka pakai kapasitasnya 70 penumpang, namun hanya dipakai untuk 25 hingga 35 tempat duduk saja,” beber Selang.
Pada hari kesepuluh karantina nanti, para karyawan sudah harus mempersiapkan diri untuk menuju daerah pengeboran di Bintuni.
Sebelum kesana, mereka akan melakukan tes swab lagi. Meskipun telah melakukan serangkaian tes kesehatan termasuk RDT dan karantina, namun untuk meyakinkan perusahaan, para karyawannya ini juga harus melakukan tes Sweb Covid-19.
“Untuk dokter dan sebagainya, disiapkan oleh mereka sendiri. Setelah itu baru mereka yang sehat dikirim kembali ke Bintuni dengan pesawat carteran. Kalau misalnya mereka positif, maka mereka akan melaporkan ke kita,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Kasrul yang juga menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Maluku ini menegaskan, para karyawan yang di karantina di Maluku ini bukanlah expatriate atau tenaga asing.
“Semua yang datang kesini, bukan tenaga asing. Mereka tenaga kerja Indonesia yang sedang cuti, dan akan kembali beraktivitas di perusahaan tersebut,” jelasnya. (S-16)