AMBON, SPEKTRUM– Universitas Pattimura (Unpatti) membuka sekolah untuk siswa jenjang SD, SMP dan SMA. Sekolah laboratorium Unpatti tersebut tahun ini menerima siswa untuk tahun ajaran 2021/2022.
Dalam sambutannya sebelum meresmikan gedung sekolah yang masih menggunakan gedung Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) di Rumah Tiga, Jumat (25/6/2021), Rektor Unpatti, M.J. Saptenno mengatakan, Unpatti merasa terpanggil dan bertanggung jawab terkait masalah mutu pendidikan, menyelesaikan bersama pemerintah provinsi dan kabupaten kota di Maluku.
Ia membeberkan, selama ini kelihatannya ada pihak yang saling menuding tentang rendahnya mutu sumber daya manusia di Maluku. Padahal dana pendidikan yang dialokasikan cukup besar.
“ Pemerintah daerah sering dituding, dengan dana pendidikan yang begitu besar tapi kualitas makin menurun. Itu persoalan yang mestinya diselesaikan secara obyektif. Tanpa saling menuding tetapi mencari alternative pemecahannya dengan berbagai macam cara,” bebernya.
Rektor menaruh perhatian besar terhadap hasil tes tahun 2020/2021 oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), setelah hasil ujiannya dicek, ternyata anak-anak Maluku yang lulus murni, persentasenya rendah sekali bila dibandingkan dengan anak-anak di luar Maluku.
Hal ini, menurut Rektor, mengindikasikan ada sesuatu yang salah dalam sistem pendidikan sehingga membutuhkan kejelian untuk menyelesaikan.
Pendidikan sejak dini, mulai dari PAUD, SD, SMP dan SMA, kata Rektor, sebenarnya adalah basis pembinaan karakter dan keilmuan yang perlu digodok dengan berbagai pengetahuan yang baik sehingga ketika masuk di perguruan tinggi, sudah tertanam sesuatu yang bermakna. Ia berharap, pendidikan dan kebudayaan harus ditanamkan seiring sejalan.
“ Dua-duanya harus berjalan secara baik. Pendidikan tanpa kebudayaan, saya yakin sungguh kita tidak mampu menghasilkan SDM yang berkualitas. Budaya kerja keras, budaya, belajar, budaya mandiri, budaya bertanggung jawab. Itu perlu dikembangkan,” tandasnya.
Lahirnya Sekolah Laboratorium Unpatti ini, menurut Rektor untuk menjawab sebagian permasalahan yang dijelaskannya tersebut. Ia meminta semua pihak tidak memandang sekolah ini sebagai saingan tetapi saling melengkapi sebagai wujud tanggung jawab bersama.
“ Ini akan berbeda dengan yang lain. Kami tidak menjadikan ini sebagai competitor dari yang lain. Hanya merupakan bagian untuk kita menjawab persoalan-persoalan kualitas tadi. Kami tidak bermaksud mengganggu sekolah swasta maupun negeri yang sudah ada,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penyelenggara Sekolah Laboratorium Unpatti, Anastasia Limba mengatakan, pembelajaran sekolah ini berbasis riset, karena itu, tidak menerima siswa yang terlalu banyak, maksimal siswa didik berjumlah 25 orang untuk tiap kelas.
“ Untuk jenjang SD, menerima 2 rombongan belajar. SMP sama, 25 siswa peserta didik. Untuk SMA, ada tiga jurusan. Jurusan IPA, IPS dan jurusan Bahasa yang masing-masing jumlah peserta didik juga 25 orang maksimum,” jelasnya.
Guru-guru yang mengajar di sekolah laboratorium Unpatti ini, kata Anastasia, berkualifikasi paling rendah sarjana strata 2 dan 3 (S2 dan S3). Termasuk yang mengajar ekstrakulikulernya berupa olahraga, seni, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan komunikasi rekayasa untuk jenjang SMP dan SMA. Ditambah KRIDA dan dibimbing untuk membuat dan berlomba menciptakan karya ilmiah.
Sedangkan di jenjang SD, ekstrakulikuler berupa belajar menjadi dokter kecil, persiapan berlomba Olimpiade, teater dan jurnalistik. (HS-17).