BANDA, SPEKTRUM – Pemassran jadi kendala utama produktivitas hasil pertanian di Maluku. Hal ini diakui, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Ir. Diana Padang saat diskusi berssma i Forum OPD Dinas Pertanian Provinsi Maluku yang digelar di Pulau Banda, 12-13 Maret 2021.
Selain pemasaran, Diana mengaku banyak kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian di Maluku namun pihaknya optimis dengan sumber daya yang ada.
“Olehnya itu, melalui Forum OPD se Maluku dapat meningkatkan optimalisasi pembangunan pertanian palagi realisasi kinerja tanaman pangan se Maluku masih belum maksimal diantaranya produksi padi yang hanya mencapai 78 persen dari target yang ditentukan.
Diana memberi contoh produksi jagung. Pada tahun 2019, Distan Maluku dapat bantuan bibit jagung dari APBN cuma terkendala pemasaran hasil panen yang belum maksimal.
“Dari sisi tupoksi, Dinas Pertanian hanya produksi, bantuan APBN luar biasa tapi pemasarannya tidak maksimal. Kami juga telah komunikasi dengan PT Bulog, walaupun ada MoU antara Kementerian Pertanian dengan Bulog, yakni mengambil hasil produksi masyarakat dengan harga Rp 3.400 per kg dengan kadar air 15 persen namun setelah diproduksi Bulog tidak bisa ambil. Jadi petani Maluku Tengah berpikir hasil lanen dibawa ke Bulog dengan harga yang sama namun biaya transportasinya lebih tinggi. Dengan demikian kondiai ini tidak bisa dipertahankan,” katanya.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan petani di Desa Tala SBB. Petani Desa Talla bekerjasama dengan BUMDES. Hasil panen dibeli per kilo Rp 3.100 dan BUMDES menjualnya ke Bulog dengan harga Rp 3. 400.
Untuk Desa Tala, Distan Maluku fasilitasi berbagai alat pertanian diantaranya alat pengumpul jagung dan lainnya. “Kebanyakan masyarakat Desa Tala berasal dari MBD jadi makanan pokoknya jagung,” katanya.
Diana Padang meminta semua OPD bersama-sama mewujudkan pembangunan pertanian sehingga target yang ditentukan di tahun 2021 dapat terealisasi. (HS-16)