AMBON, SPEKTRUM – Nusaniwe Diving Community (NDC) bersama komunitas Lebe Bae dan Muspika Nusaniwe serta pemerintah Kota Ambon membersihkan sampah yang ada di laut dan di sekitar Tanah Lapang Kecil (Talake) Kelurahan Wainitu, Sabtu (23/1/2021).

Tidak hanya membersihkan sampah. Sebelumnya mereka juga mengedukasi warga setempat, termasuk anak-anak sebaya dan yang umurnya dibawah mereka tentang pentingnya menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan, jenis-jenis sampah dan dampak yang ditimbulkannya baik sampah di laut maupun di darat.

Anak-anak NDC dan Komunitas Lebe Bae bersama anak-anak Talake membuat lingkaran dan bernyanyi sebelum melakukan edukasi. Satu persatu berdiri di tengah lingkaran, memperkenalkan diri dan menjelaskan dengan gambar dan pesan-pesan. Kezia, Nafa, Lila, Jenifer, Cinta, Anya, Fany dan Satrio. Ada yang menjelaskan tentang perbedaan sampah organik dan anorganik serta bahayanya limbah kategori Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).

Sebelum menyelam membersihkan sampah di laut, pose bersama Sekot, A.G.Latuheru

“ Kita tahu ada tiga jenis sampah. Organik, anorganik dan B3. B3 itu sampah yang berbahaya, contohnya jarum-jarum suntik dari puskesmas. Sampah medis juga pecahan botol,” urai Nafa Tahalele.

 Salah satu penyelam belia yang juga pendiri komunitas Anak Pecinta Laut (APL), Christofanny Riupassa dengan piawai menjelaskan bahayanya sampah plastik di laut. Ia mencontohkan botol yang dibuang ke laut, sebelum tenggelam,  botol itu bergerak ke tengah. Biasanya ketika di tengah, ikan-ikan akan bergerombol memakan sampah plastik tersebut  sampai akhirnya tenggelam. Ada yang menutupi terumbu karang ada juga yang dibawah terumbu karang.  Terumbu karang adalah tempat ikan bermain bahkan mencari makanan. Jika terumbu karang mati, otomatis ikan-ikan pada akhirnya juga mati karena kehilangan sumber makanan dan tempat bermain. Ia berharap para penyuka laut ketika berenang dan melihat sampah plastik yang mengambang di permukaan air, sebaiknya diambil dan dibuang ke tempat sampah, sebelum sampah itu tenggelam dan mengotori dasar laut.

“ Sampah plastik akan mengambang dulu.  Lari ke tengah, ikan-ikan akan berebut makan akang. Lalu siapa yang akan memakan ikan itu? Kita semua. Ikan itu kita makan lalu ada plastik di dalamnya, otomatis masuk ke tubuh dan tidak bagus untuk kesehatan kita,” terangnya.

Fanny Riupassa, penyelam belia yang juga pendiri Komunitas Anak Pecinta Laut

Sementara Keiza Tulalessy mengatakan, ia dan rekan sebayanya selalu ingin berbuat hal yang bermanfaat bagi lingkungan. Hal-hal kecil sederhana yang bisa mereka lakukan namun berdampak baik bagi lingkungan dan sangat menunjang pariwisata di Maluku, khususnya di Ambon. Ia berpesan, semua orang bisa melakukan hal kecil tapi berdampak yaitu membuang sampah pada tempatnya. Selain itu ia juga menyarankan sebaiknya kemana-mana membawa tumbler agar tidak menambah limbah kemasan botol plastik.

“ Kalau pergi mana-mana, paling penting itu bawa botol air. Kalau beli air kemasan mineral pakai botol-botol plastik, akan menambah jumlah botol plastik yang ada. Bagaimana kita bisa mencegahnya,” ungkapnya.

Kezia berharap dengan kesadaran seluruh warga yang semakin baik, ke depan kota Ambon akan benar-benar bersih sampai di semua sudut-sudut kota sehingga menarik wisatawan datang.  

Sekretaris Kota Ambon, A.G. Latuheru yang datang mewakili Walikota mengaku bangga dengan kesadaran anak-anak NDC dan komunitas Lebe Bae. Ke depan ia berharap seluruh kelurahan bahkan sampai ke tingkat RT dan RW menjadwalkan kegiatan bersih-bersih lingkungan secara rutin di tempatnya masing-masing.

Kapolsek Nusaniwe, Eggy Syahilatua, Pasi I Lettu Marinir Mardanus dan Danramil Nusaniwe, Letda H. Lumamuly

“ Anak-anak Nusaniwe Diving Community mulai menunjukkan kebolehannya. Adik-adik dari Lebe Bae Community. Bersih-bersih hari ini. Didukung  masyarakat Wainitu termasuk TNI Polri. Danramil. Kapolsek. Babinsa. Babinkamtibmas. Termasuk yang dari Amahusu. Mau datang berbagi. Terima kasih banyak,” tuturnya.

Ia mengatakan, di saat orang lain masih tidur. Masyarakat Wainitu justru sudah siap membersihkan lingkungannya di ruang terbuka hijau. Jika masyarakatnya sendiri yang membersihkan lingkungannya akan mengurangi banyak biaya untuk menyewa orang atau membayar buruh membersihkan lingkungan. Padahal lingkungan yang dibersihkan adalah lingkungan di mana masyarakat itu tinggal.

“ Dimana kita hidup disitu. Kita menghirup udara segar di situ. Kalau hari ini digagas oleh Nusaniwe Diving Community dibantu Lebe Bae. Didukung TNI Polri. Ini contoh yang baik. Bisa ditiru di lingkungan-lingkungan lainnya,” pintanya.

Sementara itu, Danramil Nusaniwe, Letda H. Lumamuly dan Kapolsek Nusaniwe, Eggy Syahilatua dan pejabat sementara Pasi I Lettu Marinir Mardanus, kompak mengatakan bangga dengan anak-anak yang memiliki kesadaran tinggi dan secara nyata melakukan aksi tidak hanya di tempat tinggal mereka, namun juga di tempat-tempat umum, terutama di lokasi wisata.

“ Kita sudah dua kali. Di tempat wisata. Kami dari pihak TNI khususnya koramil, sangat bangga. Sangat sangat bangga. Masih kecil sudah lakukan suatu tindakan. Punya kesadaran untuk bersihkan sampah. Di gunung, di pantai, di laut. Kami semua dukung. Semoga berkelanjutan sampai kota Ambon benar-benar bersih,” ungkapnya.

Menurut Kapolsek Nusaniwe, Eggy Syahhilatua, kegiatan seperti ini dapat sebagai sarana untuk membina hubungan baik dengan masyarakat. Membina sinergitas Polri dengan TNI, termasuk dengan Muspika. Dalam hal ini dari kecamatan.

“ Hubungan baik ini tetap terjaga dengan membuat kegiatan seperti ini. Sangat mendukung sekali,” ungkapnya.

Para Penyelam sedang membersihkan sampah di laut
Tumpukan sampah yang berhasil diangkat dari laut oleh para penyelam

Sementara Lettu Marinir Mardanus mengatakan bersih-bersih pantai adalah program triwulanan Lantamal IX. Mereka siap membantu pemerintah, tidak hanya dalam hal keamanan di laut namun juga membersihkan sampah di laut. Pada kegiatan ini beberapa personil Lantamal IX langsung diterjunkan membantu anak-anak NDC dan komunitas Lebe Bae serta pemerintah kota.

Hadir juga Camat Nusaniwe, Nel Latuny dan Lurah Wainitu, Malvin Nikijuluw. (S.17).